45 | Kembali Patah

Start from the beginning
                                    

Tut... Tut...

Alizam mengetuk jarinya pada meja, menunggu dengan sabar sampai panggilannya diangkat. Suara merdu putrinya menyapa gendang telinganya.

"Assalamualaikum, Fa, kamu di mana, Sayang? Apa, memang harus sekarang? Oke, kamu hati-hati ya, kasih tahu Arul untuk menyetir pelan-pelan. Iya, iya, Ayah sama Deana, iya, Sayang. Oke, waalaikumsalam."

Klik.

"Iffa kenapa, Om?"

Helaan napas panjang keluar dari bibir tebal Alizam, matanya yang tajam menyorot Deana dengan pandangan lembut. "Iffa harus ke rumah Arul, ponakan Arul ada yang ulang tahun."

Fahrul Fahrezi adalah calon suami Atiffa, beberapa bulan lagi mereka akan menikah.

"Jadi kita makan siang berdua aja, Om?"

"Kamu keberatan nggak? Kalau kamu nggak nyaman kita bisa...."

Deana menggeleng. "Nggak keberatan kok, Om," jawabnya cepat.

Oh, tentu saja Deana tidak keberatan sama sekali, ini adalah momen langka. Makan berdua orang yang dicintainya menjadi kebahagian terbesar baginya.

Bukannya kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik, bukan?

***

"Please, Fa, ya ya ya?" Deana memang wajah memohon dengan puppy eyes yang siapa saja yang melihatnya akan luluh.

Atiffa menghela napas panjang sebelum berkata, "Oke, tapi gue nggak bisa janjiin apa-apa, ya. Kalau Ayah nggak mau rencananya gagal, oke?"

Deana mengangguk semangat sehingga rambut blondenya yang terurai ikut bergoyang. "Oke oke banget!" jawabnya seraya tersenyum manis.

Mata lantas berbinar begitu melihat Atiffa menelepon ayahnya, tidak butuh lama ajakan Atiffa diiyakan oleh ayahnya.

"Terus lo harus bilang mau nyusul aja di resto, setelah itu lo bikin alasan supaya nggak datang ke sana. Terserah apa aja, lo harus yakinkan Om Izam, dan tugas gue menahannya makan siang berdua di resto, kalau beruntung bisa lanjut nonton di bioskop atau ke taman." Membayangkan saja hati Deana sudah bahagia bukan main apalagi kalau sampai menjadi kenyataan.

Kebahagiannya kian membuncah saat dengan gentleman-nya memotongkan steaknya.

Deana berharap bisa sekalian disuapin, boleh? Atau makan sepiring berdua biar romantis.

Sayangnya, kebahagiannya tak berlangsung lama sebab kedatangan sosok perempuan datang menganggu.

Siapa lagi bukan....?

"Lalisa?"

Perempuan bernama Lalisa itu melangkah anggun ke meja mereka dan dengan lancangnya duduk di samping Alizam. Tanpa sungkan Lalisa mencium pipi kiri dan kanan Alizam, mengabaikan Deana yang sedang menatapnya geram sembari mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih.

Kedatangan Lalisa di luar prediksinya.

"Kamu sendiri aja?" tanya Alizam seraya tersenyum manis pada Lalisa.

Perempuan dengan mata berwarna cokelat senada warna rambutnya itu membalas senyuman lembut. "Tadinya janjian sama teman, Mas. Tapi ternyata teman aku batalin janji jadinya aku makan sendiri tapi untung aku lihat kamu di sini jadinya aku samperin eh tahunya kamu sama...." Mata bulatnya menyipit menatap tajam Deana yang duduk pas di hadapannya.

"Oh, iya." Alizam mengikuti tatapan Lalisa menyorot Deana yang sejak tadi hanya diam. "Tadi rencananya aku mau makan sama Deana dan Iffa tapi anak itu tiba-tiba batalin janjinya karena harus ikut Arul ke rumahnya, katanya ponakannya ulang tahun."

"Oh gitu." Mata cokelat Lalisa berubah lembut. "Aku boleh gabung, kan? Kamu tahu kan aku nggak biasa makan sendirian."

Deana melotot kesal, nenek sihir ini mau ikut makan siang bersamanya? Menganggu saja! Dia hanya berharap Alizam keberatan tetapi sayangnya itu hanya harapannya karena detik berikutnya jawaban keluar dari mulut lelaki yang cintainya membuatnya kecewa.

"Boleh kok."

Alizam menoleh pada Deana. "Lalisa gabung sama kita ya biar ramai, kasihan juga dia nggak bisa makan sendirian."

Dengan berat hati Deana mengangguk, dia pikir nenek sihir itu hanya menganggunya saat makan saja ternyata dirinya salah. Ketika akan pulang nenek sihir itu juga mengambil perhatian Alizam untuk keekian kalinya.

"Mas Al, aku nebeng pulang bareng ya, aku nggak bawa mobil."

"Emang mobil kamu di mana?"

"Di bengkel, Mas. Kemarin mesinnya tiba-tiba mati."

Alizam mengangguk. "Oke." Dia menatap Deana yang berdiri di sampingnya. "Yuk, De."

"Emm, Om. Aku naik taksi online aja deh."

Kening Alizam berkerut. "Kenapa?"

Deana melirik Lalisa yang berdiri di depannya, kini menatapnya sinis. Dia menghela napas. "Aku mau mampir ke rumah Rayyan."

"Lho, kok tiba-tiba?"

"Iya, barusan tadi dapat chat dari Rayyan, Om."

Deana jelas berbohong, tidak ada pesan atau janjian apa pun dengan Rayyan hari ini tetapi dia sengaja mengatakannya untuk menguji Alizam. Apakah dia tetap menahannya atau malah membiarkan pulang sendiri.

Tetapi sayangnya harapan itu terlalu sulit baginya, karena setelahnya Alizam mengatakan hal yang membuat hatinya kembali patah, untuk kesekian kalinya.

"Oh gitu, ya udah. Saya dan Lalisa duluan ya."

***

BERSAMBUNG

Yuhuuuuu, aku kembali lagi heheh
Mas uus dan kei aku keep dulu ya, part ini khusus pov Deana dan om duda mateng wkwk

Untuk tahu kelanjutan kisah De dan Om Alizam, kalian bisa baca di karyakarsa ya, dengan harga 3000 ajaaa.
Dan aku juga udah up sampai part 60 di karyakarsa dengan harga yang sama 😊

Jangan lupa vote dan komen yang banyak 🙏

See you next part

Happy weekend 💕

Happy weekend 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now