BAB 23

5.3K 627 103
                                    

Usai dari toilet, dengan langkah santai Dimas menghampiri istrinya.
Saras mengulurkan ponselnya. Sebenarnya banyak pertanyaan yang akan ia utarakan. Tapi Saras tetap diam, karena masih banyak saudara yang lain.

"Kamu bawa aja Ay... " Kata Dimas dan mengenakan jaketnya.

Tanpa kata Saras memasukkan ponselnya di tasnya.
Keluar dari Pub, mereka tak langsung pulang. Masih makan di depot yang memang jam operasionalnya malam hari.

"Ayu pengen makan apa?" Tanya Dimas dengan hangat.

"Apa ya? Aku nggak lapar. Tadi uda makan sandwich." Kata Saras. Dia tak nafsu makan sejak membaca pesan tadi.

"Teh hangat sama kentang goreng ya? Biar nggak masuk angin Ay.... "

"Nggak usah, males makan. Lagian ntar pulang, kita juga langsung tidur.... " Kata Saras seolah memberi kode bahwa dia tak mau di ganggu.

"Dikit aja ya?! Kalo nggak mau makan, lebih baik kita nggak usah keluar malam lagi. Mas takut kalo kamu sakit, ntar di omelin Ayah. Tuh! Liat! Mereka aja makan... " Kata Dimas ketika melihat Nesa serta Nila menyantap makanan dengan lahap.

"Mas pesen apa?" Tanya Saras.

"Mie goreng. Atau kita makan berdua aja? Aku juga nggak bakal abis kalo sendirian... "

Saras hanya menganggukkan kepala.

Lewat pukul 2 pagi hari, mereka baru masuk kamar.
Hati Saras tidak tenang, karena di kepalanya penuh pertanyaan.

"HP mas masih ada di tas ku... " Kata Saras yang masih duduk bersandar di kepala ranjang. Dia berusaha memulai dan ingin tau reaksi suaminya ketika membaca pesan.

"Oh iya... Mana?" Tanya Dimas yang sudah merebahkan tubuhnya.

Saras meraih tas yang ada di nakas lalu memberikan ponselnya ke Dimas.
Suaminya menerima ponsel, melihat aplikasi sebentar lalu meletakkan di nakas. Seolah tidak ada apa-apa.

"Ada pesan masuk?" Tanya Saras.

"Ada... Tapi nggak penting... Yuk tidur!" Kata Dimas dan menepuk kasur yang ada di sebelahnya.

"Beneran nggak penting? Pesan dari siapa?"

Dimas kembali bangun, dia meraih ponsel dan memberikan kepada istrinya.

"Ngapain di kasih ke aku?"

"Mungkin kamu mau liat. Dan menurut aku, pesan yang masuk nggak penting." Kata Dimas lagi dan ikut duduk di sebelah istrinya. Dia ingin tau apa yang akan dilakukan istrinya.

"Menurut mas, yang penting itu gimana?"

"Pesan dari kamu, keluarga, dan perusahaan. Kenapa Ay? Tumben kamu nanya masalah ginian?" Tanya Dimas.

Saras membuka aplikasi pesan, dan dia masih menemukan pesan dari Gita. Sudah terbaca, tapi tidak ada balasan dari suaminya.
Lalu wanita ini menunjukkan kepada suaminya. Dimas melihat sekilas lalu tersenyum.

"Kamu tadi liat pesan masuk dari dia ya?" Tanya Dimas.

Saras hanya menganggukkan kepala.

"Dia mantan." Lanjut Dimas lagi.

"Kenapa mas nggak jawab kalo mas uda nikah. Dan jelasin kalo wanita yang dia liat tadi istri mas."

"Males jawab... " Kata Dimas santai.

"Kenapa? Biar disangka mas single terus?"

"Ya uda....kamu aja yang balas..."

"Ya mas donk yang balas. Ini kan HPnya mas. Lagian dia pasti tau kalo orang lain yang jawab."

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang