Bab 8

5.8K 642 109
                                    

"Ay... " Panggil Dimas.

Saras berhenti di sisi pintu mobil yang sudah dibuka.
Lalu perlahan membalikkan badan.

Dimas melihat Saras yang masih sesenggukan, menahan tangis.
Tiba-tiba Dimas menarik Saras ke pelukannya sambil bicara, "puasin nangisnya..."

Tangis Saras pun pecah di dada Dimas saat pria ini merengkuh nya.
Walaupun tak terucap, tangisan Saras bagaikan aduan.
Saras seolah mendapatkan perlindungan.

Dimas hanya bisa mengusap punggung gadis yang sedang tersedu-sedu.

Dimas benar-benar kembali ke masa lalunya.
Dia mengingat saat ia kecil memeluk maminya yang menangis setelah di pukul atau di tampar oleh papa kandung Dimas.

Mami hanya menangis dan meraung, Dimas tak berani bertanya.
Tapi ia ikut merasakan apa yang di derita mami. Kadang Dimas pun ikut menangis.
Makin lama Dimas makin tau, memeluk orang yang sedih bisa membuat lebih tenang.

Dan sekarang kejadian itu terulang kembali.

Perlahan tangis Saras mereda, gadis ini menghela nafas, lalu menguraikan pelukan.

"Lebih baik?" Tanya Dimas ketika melepaskan pelukan.

Saras menjawab dengan anggukan.

"Mau pulang sekarang?"

"Iya Pak... " Kini Saras bisa menjawab lebih lugas, perasaan nya lebih tenang setelah meluapkan tangis.

"Aku ganti kaos dulu ya... Basah... " Kata Dimas.

"Maaf.... " Saras bersuara lirih merasa bersalah.

"Nggak papa Ay... " Dimas menatap Saras memperlihatkan kesungguhan nya.

Saras menoleh ke arah luar saat Dimas membuka bajunya.

Selama di perjalan mereka hanya diam.
Tapi Saras masih mengeluarkan airmata di sudut matanya.

"Kalo di rumah, parkir nya dimana?" Tanya Dimas.

"Dekat balai RT pak. Setelah rumah... "

Memasuki kampung rumah Saras, Dimas langsung menuju balai RT. Melewati rumah gadis ini.

"Bapak ngapain parkir?!"

"Nganter kamu pulang, sampe depan ibu... "

"Bapak jangan bilang ke ibu tentang tadi.
Saya nggak mau ibu tau kalo saya abis ditampar"

"Ayu....Biar aku yang jelasin.
Percaya sama aku!"

"Beneran jangan bilang yang tadi lho Pak... " Saras meyakinkan lagi.

"Iya Ayu.... " Jawab Dimas dengan sabar dan hangat.

Mereka berdua turun dari mobil.

Saras berjalan di belakang Dimas.

"Kamu ngapain di belakang?! Yang punya rumah harusnya di depan... " Kata Dimas menoleh sekilas.

"Kalo bapak ngomong beneran, Saras mau lari aja..."

Dimas tertawa lirih mendengar rencana Saras.

"Ngapain lari?"

"Ibu pasti marah. Bisa-bisa saya di bego-begoin. Dan akan dibahas sampe tahun depan... "

Dimas meneriakkan salam, dan di balas oleh Ibu.

"Eh... Nak Ardi... "

"Saya nganter Ayu.... " Kata Dimas setelah mencium tangan ibu.

"Ibu pikir kamu ke lapak ayah...
Pantesan ayah belum pulang..." Kata Ibu melihat sosok anaknya di belakang Dimas.

"Nggak bu... " Jawab Saras masih sembunyi.

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang