Bab 1

20.3K 715 84
                                    

"Iya, makanya kita ketemu dulu. Atau kamu mau ke gudang ku?" Kata Dimas sambil memegang ponsel di telinganya.

".... "

"Kalo ke gudang kan enak, kamu bisa liat langsung produk ku... "

".... "

"Ok lah! Tapi jangan mendadak ya... Soalnya kadang aku keluar kota. Abis gini aku email proposalnya...."

"... "

"Makasih... Bye..." Pria ini mengakhiri pembicaraan.

Lalu dia menekan internal phone.

"Feb?!"

"Iya pak Ardi"

"Tolong kirim price liat terbaru dari vendor. Kirim ke WA aja. Sekarang ya?! Makasih" Dimas meletakkan gagang telpon.

Dimas Ardinata.
Di lingkup keluarga, dia biasa di panggil Dimas.
Tapi saat di kantor, dia lebih menyukai di panggil Ardi.

"Rif!" Teriak Dimas dari dalam ruangan.

"Iya pak!" Balas seorang pria ikut berteriak lalu bangkit dari duduknya dan menuju ruangan Dimas.

Tak lama, pria yang bernama Arif ini keluar.

"Bapak minta di belikan nasi penyetan, lauk telur sama tahu... " Kata Arif sambil melewati Febi, Filda dan Rima.

"Aku nitip gado-gado." Kata Filda sambil mengeluarkan dompetnya. Lalu memberikan uang kepada Arif.

"Aku es campur. Es batu dikit ya ... " Kini Rima yang bersuara.

"Mbak Febi nggak nitip?"

"Nggak pak! Saya udah sarapan.... " Jawab wanita ini dengan sopan.

Pria yang bernama Arif meninggalkan lantai 3 ruko ini.

Tidak lebih dari setengah jam, Arif datang lagi. Dan membawa pesanan.

Perlahan dia mengetuk pintu ruangan Dimas.

"Ya! Masuk!" Suara Dimas.

Pria ini masuk hanya untuk meletakkan nasi bungkus pesanan bos nya, lalu keluar lagi.

"Mbak, ini gimana ya bilangnya sama pak Ardi.... Aku nggak bisa kerja kayak gini terus...
Kasian ibu di rumah.... " Febi mencurahkan isi hatinya.

"Besok aja kamu bilangnya.
Kalo sekarang, biasanya dia abis makan keluar lagi... "

Mereka mendadak terdiam saat mendengar suara kenal pintu.

"Iya! Ini aku mau jalan....kamu dimana?" Dimas berjalan dan membawa sebungkus nasi.
Dia meletakkan di meja Febi, karena meja ini yang terdekat dengan pintu ruangan Dimas.

Dia masih berdiri di dekat meja Febi. Mengetuk telunjuknya di meja, matanya menerawang jauh sambil mencerna lawan bicara.

"Kamu share loc aja .."

"... "

"Iya! Ini aku langsung kesana... Bye bye... "

"Aku tinggal dulu ya...
Kalo ada apa-apa, WA aja... " Pamit Dimas langsung keluar tanpa menunggu jawaban pegawai nya.

"E a lah! Makanannya ditinggal lagi... " Kata Arif selaku OB dan Housekeeper.

"Sekarang gilirannya siapa?" Tanya Filda.

"Pak Arif ... " Sahut Febi.

Begitu lah Dimas.
Dia sering memesan makanan, tapi kadang makanan itu tak di sentuhnya sama sekali.
Dengan senang, pegawai yang 1 lantai dengannya menerima secara bergantian.

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang