PROLOG

531 79 114
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bagaimana lelaki itu mendeskripsikan rasa sakitnya sekarang?

Rasa sakit ini lebih dari sekedar sebuah katana panjang yang sedang menusuk tepat pada jantungnya saat ini. Bahkan lebih ... dari sekedar dirinya yang telah meregang nyawa.

Dendam. Kemarahan. Kekecewaan. Ketidakpuasan. Kekalahan ....

Mengiringi sang Emperor yang terbaring tak berdaya di atas singgasananya sendiri. Shuga Xandera ... benar-benar menemui kematiannya.

Matanya masih terbuka, menyaksikan seseorang yang telah menusukkan Katana tersebut padanya. Nafasnya tercekat. Matanya terbelalak penuh amarah, menatap Jenderal kepercayaannya.

"Your Majesty, aku ucapkan selamat ... atas kematianmu."

Tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak. Tidak. Ia tidak boleh mati. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah menerima kematian ini. Ia ... seharusnya belum mati. Setidaknya tidak di tangan Jenderal kepercayaannya sendiri.

Pengkhianat. Shuga akan memastikan lelaki itu mati dalam penderitaan yang panjang dan menyakitkan. Tak akan ia biarkan lelaki itu tetap hidup untuk menertawakan kematiannya.

Tapi, bagaimana caranya?

Jasadnya sudah terbaring kaku. Sialnya, ia bahkan dibiarkan begitu saja membusuk di dalam jurang yang curam. Kemana semua pengawal setianya? Kemana semua orang-orang kepercayaannya? Apa dosa yang membuatnya pantas untuk mendapatkan ini semua?

Tentu saja ia tidak punya dosa. Shuga yakin akan hal itu. Bahkan disaat kematiannya pun, ia masih begitu percaya diri.

Oh, lihat saja nanti. Shuga akan memastikan mereka akan hidup dalam bayang-bayang kematiannya yang mengerikan. Lihat saja, bedebah sialan! AKU AKAN MENCEKIKMU DI SETIAP KAU MEMEJAMKAN MATA!

The Emperor's Journey In Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang