"Oh, begitu..."

"Kakak Lenjun! Kita nungguin kakak dali tadi, kita pikil kakak ndak dateng!" Seru salah satu dari anak-anak tersebut, dia cadel namun menggemaskan.

"Kakak dateng kok, tadi agak macet di jalan," balas Renjun lembut. "Nah, mau dinyanyiin lagu apa?"

"Goyang dombret dong, Njun," celetuk Haechan.

"Diem."

Haechan mengatupkan bibirnya karena tatapan Renjun begitu tajam. Tadi berbicara panjang lebar dengan nada biasa, barusan dingin dan singkat. Dasar Renjun.

"Kakak namanya siapa? Ganteng sekali, nama aku Blythe!" Kata anak perempuan cadel tadi kepada Jeno.

Jeno tersenyum manis sampai kedua matanya menyipit. "Nama kakak Jeno."

"Wah, mata kakak kayak bulan. Aku suka bulan, aku juga suka kakak."

"Etdah, bocil jago amat ngalusnya," dumel Haechan dalam hati.

"Kamu gak mau kenalan sama kakak ganteng yang satu ini?" Tanyanya kemudian.

Blythe menggeleng. "Gak mau, kakak serem."

"Pft, hahahaha!" Tawa Jeno pecah. Aduh, perutnya sampai sakit karena tertawa.

"Loh, serem dari mana?!" Protes Haechan.

Mata Blythe mengerjap polos, menunjuk ke saku jaket Haechan. "Itu di benda yang kakak bawa ada darahnya, kakak habis jatuh ya? Hati-hati kak, nanti kakak sakit."

Renjun dan Jeno sontak mengalihkan pandangan mereka ke saku jaket Haechan sesuai petunjuk Blythe.

"Chan... lo ngapain bawa gunting dan ada darahnya gitu?"
































































Yoonbin
|kenapa chat gue
jam segini, Jin?

Gue mau tanya|
Lo kenal yang nama|
nya Seunghwan?

Yoonbin
|kayaknya kenal,
kalau gak salah
dia satu kampus
sama gue
|emang kenapa?

Dia suka tau rahasia|
orang lain?

Yoonbin
|dari pengalaman gue...
iya
|gak cuma temen-temen
deketnya, dia tau rahasia
satu kampus
|makanya banyak yang
segan sama dia karena
gak mau rahasianya di
bongkar

Dia tau dari mana?|

Yoonbin
|gak ada yang tau

Bisa ketemuan? Biar|
lebih enak bahasnya

Yoonbin
|gak bisa, ada yang
harus gue urus.
|gue ada di tempat
yang jauh

Gue penasaran, lo itu|
sebenernya kemana?
Lo menghilang tiba-tiba|
tanpa kabar

Yoonbin
|lo gak perlu tau
|cukup urus diri
lo sendiri, Jin
|gue sibuk, sorry

Oke...|


Hyunjin penasaran. Yoonbin sebenarnya ada dimana sih? Dia menghilang lalu muncul saat Felix kecelakaan. Anehnya, dari typingnya tadi terlihat bahwa Yoonbin seperti baru mengenal dirinya. Padahal kan mereka pernah bertemu.

"Tau ah. Ini si Jisung kemana coba? Seharian gak keliatan, tumben. Apa dia gak mau ketemu gue karena gue bunuh Seungmin? Gak mungkin."

Daripada pusing di rumah, lebih baik dia keluar mencari angin segar. Malam minggu adalah malam yang pas untuk keluar rumah, kecuali kaum rebahan seperti aku.

Hayo, siapa yang setiap malam minggu selalu di rumah?

Hyunjin hanya memakai kaos hitam polos dan celana jeans selutut serta sendal selop. Dia ingin berkeliling komplek sebentar, buat apa berpakaian rapi? Kotor kotorin baju saja.

Angin malam itu menyejukkan, terkadang seram sih...

Jalan sepi, lampu remang-remang, berdiri sendiri disini, tak membawa apapun selain ponsel, Hyunjin jadi takut.

Dia merasa diikuti seseorang, karena itu dia berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Berpura-pura tidak tahu dia lakukan untuk mencegah kemungkinan terburuk bilang menoleh ke belakang. Setidaknya si penguntit tidak tahu kalau Hyunjin menyadari keberadaannya.

Namun, Hyunjin tak bisa diam saja. Dia ambil langkah selanjutnya, berlari. Orang yang mengikutinya langsung mengejarnya!

Kenapa malam minggunya menyeramkan seperti ini sih? Kalau yang mengejar wanita cantik yang ingin meminta nomor ponselnya sih tidak apa-apa. Tapi kalau orang itu berbahaya? Duh, jangan sampai deh.

Dugh!

"ADUH!"

"Astaga, lo ngapain lari malem-malem begini?!"

Sial, bukannya berhasil lolos malah menabrak orang. Hyunjin mengusap-usap kakinya yang berbunyi kretek saat jatuh, sakit...

"Bin, lo ngapain disini?" Tanya Hyunjin balik.

Soobin menatap Hyunjin dengan pandangan aneh. "Ini kan jalan ke rumah gue, seharusnya gue yang tanya begitu ke lo. Lo ngapain disini? Pucet amat tuh muka."

Syukurlah ada Soobin disini, orang yang mengejarnya tadi tidak ada lagi. Hyunjin lega, dia aman.

"Gak apa-apa, tadi gue liat hantu."

"Jangan bikin gue takut."

"I-iya. Lo habis dari mana?"

"Rumah Sanha, ada Eric juga."

Loh, sejak kapan mereka bertiga dekat kembali? Mereka kan berbeda kubu setelah kecelakaan Bomin. Apa mereka sudah baikan?

"Kita gak peduli mau dicap pengkhianat sama kubu sendiri, gue capek musuhan," ucap Soobin menjawab rasa heran Hyunjin. "Kita itu bermasalah, kita harus selesaiin itu. Bukan berantem dan gak merasa, ini masalah serius."

"Gue tau, Bin. Tapi maaf, gue gak mau baikan sama kubu lo."

"Hyunjin-"

"Hati-hati di jalan, gue balik dulu."

Soobin menatap kepergian Hyunjin dengan tatapan yang sulit diartikan, perkataan seseorang muncul di kepalanya.

"Kyu, apa yang pernah lo omongin ke gue kayaknya bener. Hyunjin punya topeng yang jauh berbeda dari yang lain. Gue harus gimana?"













































































Di dalam ruangan berpencahayaan minim, seseorang menghela nafas karena temannya tak kunjung menyelesaikan masalahnya. Dia tahu semuanya, hanya saja dia diam.

"Masa iya gue ikut campur? Hhh, lagi-lagi gue menentang takdir... untung gak terjadi apa-apa sama gue. Pasti kalau gue muncul bakal banyak yang salah paham nih, mending nanti dulu deh."

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now