"Baik. Ayah akan cabut tapi sekarang ayo berdiri." Mendengar itu, Taehyung berdiri. Tersenyum sebagai bentuk terima kasih pada ayah Jimin.

Di depan Taehyung, tuan Park menghubungi seseorang. Memintanya mencabut kasus sebelum kemudian menghela nafas.

"Ayah tidak mengerti denganmu saat ini. Tapi ayah harap ini adalah keputusan yang terbaik. Jangan sungkan untuk meminta apapun dari ayah ya?" Tuan Park menjulurkan tangan untuk sekedar memberi tepukan di puncak kepala Taehyung.

Mengabaikan ponselnya yang telah berdering puluhan kali, Taehyung membawa tungkai kakinya untuk melangkah di jembatan yang terbangun kokoh di atas sungai Han

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengabaikan ponselnya yang telah berdering puluhan kali, Taehyung membawa tungkai kakinya untuk melangkah di jembatan yang terbangun kokoh di atas sungai Han.

Air danau menjadi fokus Taehyung saat ini. Hazel  indahnya menatap penuh perhatian pada air tenang yang
berada di bawah sana. Hening, hari ini tidak terlalu ramai dan Taehyung menyukai suasana ini.

Seragam sekolahnya telah Taehyung ganti dengan hoodie putih setelah tadinya menemui mama Jimin di rumah keluarga Park. Menyempatkan diri berbincang sebentar sebelum memutuskan datang kemari.

Dalam diam, memori di kepalanya tiba-tiba memutar kilas balik kisah hidupnya. Dimana ibunya harus menerima berbagai hinaan dari mulut ayahnya sendiri. Masih segar dipikirannya bagaimana ibunya mengakhiri hidup di depan matanya.

Tali tambang yang melilit kasar leher ibu nya masih dapat Taehyung ingat. Dan saat itu, Taehyung merutuki dirinya yang hanya mampu menangis saat suara menyakitkan keluar dari belah bibir sang ibu.

Saat hari kelam itu, Taehyung hanyalah seorang anak berusia lima tahun yang tidak mengerti perbuatan apa yang ibunya lakukan. Bahkan ketika ibunya dimasukkan ke dalam peti, Taehyung masih tidak mengerti bahwa ibunya telah pergi.

Egois, Taehyung selalu merasa ibunya egois. Meninggalkan Taehyung sendirian untuk menjadi sasaran amukan sang ayah. Menjadi sasaran caci maki dan harus menerima segala kekerasan tanpa tau alasannya.

Seiring waktu berjalan, Taehyung mengerti. Ayahnya tidak pernah ingin dirinya hadir. Karena yang Taehyung tangkap, dirinya hanya kesalahan yang tidak seharusnya terjadi. Turut mengerti mengapa ibunya memilih pergi karena tak lagi sanggup menghadapi segala tekanan ayahnya.

Mungkin Taehyung juga begitu. Hanya saja di beberapa kali kesempatan, nasib buruk mendatanginya saat selalu ada orang yang datang untuk menghentikan aksi nekadnya.

Tentang ibu Jeongguk, Taehyung menyayangkan bahwa wanita yang sama adalah mantan kekasih yang ayahnya sangat cintai hingga membuatnya kalut akan rasa benci terhadap ibunya dan Taehyung. Wanita yang sama yang meninggalkan ayahnya karena merasa dikhianati. Taehyung mengerti. Hanya saja kehadiran sosok itu lagi, membuat segalanya semakin rumit.

Tentang Jeongguk. Taehyung mengenal pemuda itu sebagai seseorang yang angkuh dan berniat bermain-main. Jika saja permainannya berhasil, mungkin Taehyung setidaknya akan merasa sedikit puas. Sayangnya dalam ini, hatinya turut mengambil peran. Menyimpan segala afeksi yang pemuda Jeong lakukan selama ini dan membuatnya menjadi sesuatu yang tidak pernah Taehyung rasakan.

Namun kembali lagi, dirinya dan Jeongguk hanya sebuah permainan. Taehyung telah menyimpulkannya dan selalu ingin terlepas meski berakhir terjerat kembali akan perasaan yang diam-diam tumbuh tanpa izin.

Jimin adalah pihak yang menentang meski belakangan ini terlihat mulai luluh. Tidak heran jika perlakuan Jimin terlihat berlebihan. Melihat latar belakang Taehyung, Jimin adalah sosok yang tepat untuk berdiri di sampingnya sebagai peneman dalam status sahabat selamanya.

Namun hari ini. Taehyung telah terlalu letih akan segala bentuk tindasan fisik dan psikisnya. Mengetahui dengan jelas jika salah satu penyebabnya adalah dirinya sendiri. Taehyung merasa tidak seberharga orang-orang disekitarnya.

Maka saat petang tiba, Taehyung memikirkan sesuatu yang tiba-tina terlintas saat melihat kondisi tempat yang sangat sepi. Tidak ada seorang pun disini dan tidak ada apapun yang akan menjadi penghalang saat ini.

Mengabaikan kembali dering ponsel yang berbunyi keras-keras Taehyung mengambil nafas. Menghirup udara sepuasnya.

"Kim Taehyung!" Sayangnya seseorang kembali hadir saat selangkah lagi kebebasannya tercapai.

Hi Wan! Aku gak jadi tamatin di chapter ini karena aku lupa kalau masa lalu Taehyung belum di bahas tuntas dan sekarang semuanya udah selesai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hi Wan! Aku gak jadi tamatin di chapter ini karena aku lupa kalau masa lalu Taehyung belum di bahas tuntas dan sekarang semuanya udah selesai. Jadi chapter depan end-nya. See you soon wan!

©queen_na1

Our Relationshit [KV]✔Where stories live. Discover now