6

24 4 51
                                    

°°°

rich_fangirl disini~

Di chapter terakhir ini, aku mau ucapin terima kasih buat kamu karena udah baca sampai sini :' <3
Aku seneng banget karena kamu menikmatinya~
Aku berdoa semoga kamu selalu mendapat nasib baik dan terhindar dari musibah <3

Terima kasih juga karena udah selalu vote dan comment di setiap chapter tanpa absen :'''
Aku bener-bener bersyukur banget kamu mau baca cerita yang aku tulis.

Aku masih harus banyak belajar. Jadi, aku mau minta maaf kalo ada kesalahan kata-kata, salah eja atau lainnya dari tulisanku ini 🙏🏻

Maaf dan terima kasih <3

Happy reading~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

---o0o---

Hari senin, paginya, Hana dateng ke gue sambil bawa berita baik. Tim dancenya menang dan bakalan di tawarin masuk agensi.

"Sebagai bentuk rasa syukur, gue bakalan traktir makan!" Seru Hana.

"Wah? Bener nih? Asikk! Makan yang mahal ya pokoknya!"

"Terserah! Kita pesen makan terus makan di bawah pohon. Gimana?"

"Boleh banget! Enakan begitu daripada makan di restonya."

"Siip! Kalo gitu nanti gue pesen ya pas udah selesai kelas sore. Sekalian ajak Yuta, Ji."

"O,oh. Oke." Kata gue.

"Gapapa, kan? Soalnya kan sekarang dia temen gue juga. Rasanya gak enak kalo dia gak diajak."

"Iya. Gapapa. Santai."

.
.

"Kalian kenapa sih? Perasaan gue aja atau kalian lagi berantem?" Tanya Hana pas ngeliat gue berusaha keras gak liat muka Yuta.

Kita : gue, Hana, sama Yuta udah lagi duduk di bawah pohon sycamore sambil makan makanan yang Hana pesen (beef teriyaki, srimp roll, nugget). Yuta cuma gelengin kepala sambil senyum. Tapi gue gak jawab sama sekali. Pake bahasa tubuh aja nggak. Hana yang bisa baca situasi cuma bisa iyain aja.

.
.

Beberapa hari setelahnya, gue terus-terusan ngehindarin Yuta. Gue malu rasanya kalo ketemu dia apalagi kalo lagi gak ada Hana, yang ternyata lagi PDKT sama kak Jovan itu. Contohnya pas gue ketemu Yuta di koridor pas gue mau ke perpus, gue spontan langsung puter balik walau jalan yang gue tempuh jadi 2 kali lipat lebih jauh. Gak cuma itu. Bahkan chat Yuta cuma gue bales sekedarnya aja. Yuta juga nanya ke gue lewat chat kenapa gue begini. Tapi gue berkilah dengan bilang "gue gapapa kok. Biasa aja.".

Hah! Dusta!

Gue gak ngerti kenapa gue malu ketemu dia. Iya, gue suka sama Yuta. Tapi sebesar rasa suka gue ke dia, sebesar itu juga rasa malu gue. Gue gak tau kenapa begini. Walau sadar gak bisa menghindar terus, tapi gue pengen terus-terusan menghindar selagi bisa.

Kok gue pengecut banget sih?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ujian semester baru aja selesai. Gue bersyukur banget udah bisa lewatin masa ujian dengan baik. Walau gue gak terlalu yakin nilai gue berapa, setidaknya gue yakin bakalan lulus.

Monochrome to Color |•| Yuta NCT [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang