Awal Pertempuran

213 18 3
                                    

"Hari pertama bukannya ketemu kakel cakep, malah ketemu balok es "

- Thalia -

Thalia pradita jevinka, gadis berparas cantik dan manis ini merupakan siswa baru di SMA Negeri 17 . Tak hanya berparas cantik nan manis, gadis ini juga memiliki otak cerdas dan seringkali meraih banyak prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Dikenal akan kepintarannya, ia tak lantas menjadi sombong dan tinggi hati. Lia,begitu ia kerap disapa. Tetaplah gadis sebagaimana biasa seorang gadis yang hanya ingin bersekolah dengan damai meskipun dirinya sendiri lah yang kerap membuat kegaduhan karena kecerewetannya itu.

Hari ini akhirnya tiba, hari dimana Lia akan memasuki jenjang sekolah menengah atas (SMA). Bagi Lia, masa SMA adalah masa terindah dimana ia akan merasakan jatuh cinta. Tentu saja itu hanya pemikiran pendeknya. Lia mulai melangkahkan kakinya memasuki area sekolah dimana ia akan melanjutkan pendidikannya selama 3 tahun kedepan dan mengejar cinta pertamanya seperti apa yang telah ia impikan. Ia edarkan pandangannya ke seluruh penjuru area sekolah guna mencari keberadaan sahabat karibnya yang juga memilih menempuh pendidikannya di sekolah ini.

BRUKKKK

"Shit! lo ngapain diem tengah jalan sih," ujar seorang pemuda yang baru saja menabraknya. Lia membelalakkan matanya, apa katanya tadi? gue yang ngalangin jalan? gila!!

"Eh! lo kok jadi nyalahin gue? jelas - jelas lo yang ga punya mata nabrak gue," jawabnya dengan nada tinggi dan raut wajah yang sangat jelas menampakkan kekesalan.

"Udah?" jawab pemuda itu santai.

"Apa lo udah - udah?" Lia belum menurunkan nada bicaranya karena masih kesal.

"Berisik."

"Apa? lo baru aja ngatain gue berisik?"

"Tadi lo ngatain gue ngalangin jalan, sekarang lo ngatain gue berisik? yang bener aja lo. Ini hari pertama gue disini dan gue harus menguras energi gue buat berdebat sama orang yang ga gue kenal dan ga punya sopan santun kayak lo. Bener - bener hari sial buat gue," cerocos Lia yang menumpahkan kekesalannya.

"Lo.." baru saja ia hendak memarahi pemuda itu kembali, namun pemuda tersebut sudah melenggang pergi meninggalkan Lia yang masih menahan kesalnya.

"Sial! sial sial sial!" teriak Lia frustasi setelah mendapati hanya dirinya lah yang mengomel sedari tadi dan lihatlah, kini ia menjadi objek perhatian banyak orang.

'awas aja lo' ujarnya dalam hati lalu melenggang pergi menuju aula dengan menahan kesal juga malu.

Lia mencoba menahan dirinya, dilihatnya jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Sisa 3 menit lagi upacara pembukaan MOS akan dimulai. Dengan kecepatan penuh, Lia berlari menuju aula tempat dilaksanakannya acara pembukaan MOS.

Sesampainya di aula, Lia mencoba mencari tempat kosong dan voila, ia menemukan satu tempat kosong. Segera saja ia berjalan ketempat tersebut. Saat sampai ditempat tersebut, Lia harus menahan kekesalannya kembali karena tempat yang ia targetkan kini diduduki oleh seorang pemuda.

Lia mencoba ingin memberitahu pemuda tersebut bahwa ini adalah tempatnya. Namun bukannya mendapat tempat tersebut, mereka kini tengah dihukum dilapangan karena membuat keributan di dalam aula.

"Bisa - bisanya gue ketiban sial di hari pertama masa SMA gue," ujar Lia ketus entah pada siapa.

"Kenapa sih gue musti ketemu cowok modelan kayak lo gini."

"Harusnya tuh gue ketemu sama kakel ganteng, kalem, baik, dan yang gak cuma bisa datengin kesialan buat gue," ucapnya final menumpahkan segala keluh kesahnya dan menatap pemuda disebelahnya dengan sebal.

SEVENTEENWhere stories live. Discover now