Bagian Kesembilan

360 187 100
                                    

Hai ... semuanya.
Selamat datang di cerita ini. Semoga kalian suka dan tertarik. Pasti kalian mengerti bagaimana cara menghargai tulisan seseorang.

Pada cerita ini. Beberapa tokoh akan saya ganti nama depannya demi keberlangsungan cerita.

Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Ini murni cerita fiksi.

.
.
.
.
.

"Baby, makan sayang. Mau cepat sembuh kan?"

Winwin dengan sabarnya menyuapi Jisung. Jisung sudah seharian tidak makan.

Wendy sudah pulang ke rumah. Chanyeol yang memiliki riwat penyakit darah tinggi, kembali kambuh saat mendengar kabar Jisung.

Lagi-lagi Jisung menggelengkan kepalanya. Jisung sama sekali tidak memiliki nafsu makan.

"Dua suap saja. Papa janji tidak akan memaksa lagi."

Bujuk Winwin yang masih memegang, semangkok bubur untuk bayi.

"Jisung enggak mau makan, Pa."

Jawab Jisung dengan suara serak. Wajahnya sudah kelihatan pucat, bibirnya juga sudah mulai tampak membiru.

"Dua sendok saja."

Jisung perlahan membuka mulutnya. Satu suapan berhasil masuk.

Hueeekkkk.

Jisung memuntahkan isi perutnya. Winwin langsung meletakkan mangkok bubur diatas meja.

Jisung masih memuntahkan isi perutnya. Sudah tidak ada lagi yang bisa di muntahkan. Perut Jisung benar-benar kosong saat ini.

Hueeekkk

Yang keluar hanya cairan putih. Baju dan selimut yang di kenakan Jisung, sudah di penuhi oleh bubur.

"Papa."

Jisung mencengkram kuat lengan Winwin. Jika bukan Putranya, Winwin pasti akan berteriak.

Winwin terus mengusap-ngusap punggung putranya. Jisung sudah menangis, katakanlah dia menjadi remaja yang lemah, tetapi mau bagaimana lagi.

"Jika sudah tidak ada lagi, jangan di paksa ya."

Ujar Winwin. Ia sudah tidak tega melihat kondisi putranya.

Hueeekkk

"Papa."

Tanpa jijik sedikitpun. Winwin langsung membawa Jisung ke dalam dekapannya.

"Sudah?"

Beberapa menit tidak lagi terdengar suara Jisung. Yang terdengar hanya suara isakan kecil. Jisung dapat merasakan detak jantung Papanya, yang berdetak sangat cepat.

Winwin dengan hati-hati mengganti baju Jisung. Sebelumnya Winwin sudah menghubungi pihak rumah sakit, agar membawa baju ganti.

Karena Jisung pasien, jadi dia harus memakai baju pasien rumah sakit.

Jisung duduk di pangkuan sang Papa. Ia meletakkan kepalanya di dada Papanya. Detak jantung Papanya membuatnya nyaman. Ia sama sekali tidak terusik.

Dua orang suster dalam ruangan, sedang mengganti sprei Jisung. Pihak rumah sakit tentu saja sudah biasa dengan hal seperti ini.

***

Jarum jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Winwin masih terjaga. Ia sudah berbaring di samping Jisung.

Life partner | Winwin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang