Bagian kelima

440 240 208
                                    

Hai ... semuanya.
Selamat datang di cerita ini. Semoga kalian suka dan tertarik. Pasti kalian mengerti bagaimana cara menghargai tulisan seseorang.

Pada cerita ini. Beberapa tokoh akan saya ganti nama depannya demi keberlangsungan cerita.

Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Ini murni cerita fiksi.

.
.
.
.
.

Jisung bersama kedua sahabatnya sedang menunggu Bus berikutnya. Mereka ketinggalan Bus, karena Dongpyo hari ini piket.

"Ji, apa Papamu tidak menjemputmu?"

Tanya Dongpyo yang duduk di kursi halte. Ini pertama kalinya ia melihat Jisung ikut naik Bus.

"Aku yang menyuruhnya, tidak usah menjemput."

Jawab Jisung yang mengeluarkan topi hitamnya dari tas sekolahnya.

"Apa Papamu tidak marah. Kamu harus dua kali naik Bus baru bisa sampai ke perusahaan Om Winwin."

"Tidak. Gw enggak kesana. Gw nunggu Papa di halte berikutnya."

"Bus sudah tiba."

Ujar Sunghoon. Ketiganya langsung naik ke Bus saat Bus berhenti. Tidak ada pembahasan antara mereka hingga Bus berhenti di halte berikutnya.

Ketiganya langsung turun. Perlu di ingat bahwa yang membayar ongkos Jisung itu Dongpyo. Jisung tidak membawa uang cash. Ia hanya membawa kartu.

"Mau menunggu di rumahku saja."

Ajak Dongpyo. Rumah Dongpyo tidak terlalu jauh dari halte. Hanya saja berbeda gang dengan rumah Sunghoon.

"Terimakasih Pyo. Gw nunggu Papa di depan sana."

Tunjuk Jisung di salah satu toko bunga yang tidak jauh dari sana. Dongpyo mengira Jisung menunjuk restaurant di sebelahnya.

"Baiklah, kami akan menunggumu untuk menyebrang."

"Tidak usah. Pulanglah, Mama kalian pasti sedang menunggu."

"Kami duluan ya."

Dongpyo dan Sunghoon mulai menjauh. Jisung menundukkan kepalanya. Jika ia punya Mama, pasti Mamanya juga menunggunya.

Saat kendaraan sudah tidak ramai. Jisung meyebrang dan memasuki sebuah toko bunga.

"Mau beli bunga apa, dek?"

"Ahjooma. Aku ingin membeli mawar merah, mawar putih, dan sedikit tuli putih di tengahnya."

Jelas Jisung sambil menunjuk jenis bunga yang ia inginkan.

"Baiklah. Dimana Ibumu?"

Tanya perempuan itu saat menyadari, remaja kecil di hadapannya hanya datang sendiri.

Jisung menggeleng sebagai jawaban. Ini bukan pertama kali baginya. Jika ia membeli sesuatu sendiri, maka ia akan mendapat pertanyaan seperti itu.

Life partner | Winwin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang