7

117 13 1
                                    

Dia Terlihat Sangat Menggemaskan dan Sang Jenderal Mengajaknya Tinggal Bersama
***********

"Gege, jaga dirimu. Aku juga menitipkan ayah dan kakek kepadamu." Chuchu melepaskan pelukan erat kakaknya.

"Menitipkan ayah dan kakek?" Chu He tertawa kecil mendengar pesan perpisahan dari adik tersayangnya, seakan-akan kata-katanya adalah sebuah kekonyolan.

"Ayah dan kakek akan baik-baik saja. Lagipula mereka berdua akan tetap tinggal di ibukota." Chu He dengan santai menepuk pundak adiknya. "Bukankah seharusnya yang kau khawatirkan adalah diriku, leluhur kecil."

Chuchu terlihat diam. Dan kemudian dia menoleh ke arah Xiao Jinyu yang terlihat panik seketika ketika mendengar Chu He mengatakan kata-kata bahwa ayah dan kakek mereka akan tinggal di ibukota.

"Xiao Jinyu, bisakah kau memberikan penjelasan kepadaku? Kita baru saja menikah dan menjadi suami istri, dan belum satu hari kau sudah membohongiku?" Chuchu berbalik dan menatap marah Xiao Jinyu. Dia lagi-lagi masuk ke dalam jebakan Xiao Jinyu.

"Istriku, aku... aku..." Xiao Jinyu dengan terbata-bata mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi Chuchu sudah mulai memarahinya dan memukul Xiao Jinyu.

"Apakah Xiao Jinyu tidak memberitahu tentang ayah dan kakek kepada Chuchu?" Chu He bertanya kepada Xiao Jinli ketika mereka berdua berjalan bersama menuju pintu gerbang.

"Aku tidak tahu. Mungkin saja Jinyu lupa memberi tahu. Kau kan tahu ini baru beberapa hari setelah mereka menikah. Jadi maklumi saja."

"Cih, memaklumi adik pembawa bencana milikmu? Dalam mimpimu! Awas saja jika terjadi hal buruk dan masalah-masalah yang bisa membawa adikku bahkan tergores sekecil apapun, keluarga dan leluhurmu akan merasakan akibatnya."

Dan Chu He tertawa setelah mengatakan hal itu. Dan Xiao Jinli bingung melihat pria itu yang tadi marah dan jengkel sekarang menjadi tertatawa. Itu terlihat sangat aneh tetapi juga menggemaskan bagi Jinli.

Ketika mereka keluar dari ibukota, Xiao Jinli meminta Chu He naik kereta yang sudah disiapkan di luar gerbang. Sedangkan dia sendiri akan menaiki kuda perangnya, dan berjalan di depan kereta Chu He.

"Apakah tidak apa-apa jika aku naik kereta ini? Bukankah lebih baik jika aku naik kuda saja." Chu He membuka tirai di sampingnya dan kebetulan ada Xiao Jinli di dekat kereta.

Xiao Jinli tersenyum. "Aku rasa kau lebih baik naik kereta. Dilihat dari tubuh lemahmu itu, aku takut baru beberapa jam saja kau akan mengeluh seluruh badanmu sakit. Bukankah itu akan menjadi semakin merepotkan."

"Apakah aku terlihat selemah itu?"

Dan Xiao Jinli mengulurkan tangannya untuk menjitak dahi Chu He. Dan Chu He meringis kesakitan karena hal itu.

"Tepat. Dan jika aku membuatmu tidak nyaman di sepanjang jalan ini, kemungkinan besar keluarga mu akan mengutuk ku dan seluruh leluhurku."

Setelah mengatakan hal itu, Xiao Jinli mempercepat kudanya dan kembali ke posisi di depan kuda.

Dan yang aneh adalah sikap Chu He. Biasanya dia akan membantah dan mencaci maki Xiao Jinli dengan kemarahan. Tapi kali ini dia hanya tersenyum dan kemudian menutup tirai ketika pria itu pergi.

Di dalam kereta, Chu He melihat dekrit kekaisaran yang mengangkatnya sebagai pejabat baru di daerah Qingzhou. Dia menjadi kepala forensik sekaligus pejabat penyidik kabupaten Qingzhou.

Walaupun dia adalah seorang ahli forensik, dia juga seorang sarjana. Akan tetapi karena dia adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarga Chu, dan dia juga tidak ingin adiknya menanggung bebannya, dia memilih kembali hidup sederhana dengan keluarga kecilnya.

Akan tetapi setelah dia ikut ambil bagian dalam kasus yang ditangani Chuchu dan Xiao Jinyu, dia mendapatkan promosi jabatan.

Sekarang dia kembali ke Qingzhou dengan Xiao Jinli untuk mengemban tugas. Akan tetapi dia tidak kembali ke rumahnya. Jarak dari rumah lamanya ke kantor pemerintah cukup jauh. Rumah lamanya berada di pinggiran kota, sedangkan kantor pemerintah agak sedikit dekat dengan perbatasan. Jadi dia memutuskan akan menyewa sebuah rumah.

"Kau akan tinggal dimana ketika sampai di Qingzhou?" Xiao Jinli bertanya ketika mereka berhenti di tengah hutan untuk beristirahat. Dan dia juga memberikan kepada Chu He sepotong ayam yang baru saja selesai dia panggang.

"Aku memutuskan untuk menyewa sebuah rumah kecil." Chu He menerima ayam itu dengan senang, dan kemudian segera memakannya dengan lahap.

"Kau menyewa rumah milik siapa?" Xiao Jinli duduk di samping Chu He dan mulai memakan ayamnya sendiri.

"Belum tahu. Aku belum menemukan rumah. Rencananya aku baru akan menyewa rumah ketika sampai di sana."

"Apa kau tidak memiliki kenalan atau teman yang bisa membantu mu?" Xiao Jinli bertanya karena dia penasaran dan sedikit heran dengan rencana Chu He.

Mendengar pertanyaan Xiao Jinli, Chu He sempat berhenti makan dan melamun sebentar. Akan tetapi dia akhirnya kembali melanjutkan makannya.

"Tidak punya. Apa kau tidak tahu jika berteman dengan seseorang yang keluarganya bahkan semua leluhurnya adalah seorang pemeriksa mayat akan membawa sial? Apakah Chuchu tidak pernah bercerita kepada Xiao Jinyu?"

Chu He mengatakannya dengan nada acuh, akan tetapi di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal dan Xiao Jinli bisa melihatnya.

"Ah-Yu pernah menceritakannya kepadaku. Akan tetapi pekerjaan sebagai pemeriksa mayat bukanlah pekerjaan yang bisa diremehkan dan dihina seperti itu. Itu pekerjaan yang cukup penting." Xiao Jinli mengeluarkan pendapatnya.

Chu He sedikit tersentuh. "Yah, bisa kau sebut jika aku sama sekali tidak memiliki teman. Kakek, ayah dan Chuchu adalah keluarga juga sahabat dan temanku. Apakah menurutmu kehidupanku membosankan?"

Xiao Jinli menatapnya, dan dengan tegas pria itu menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa dia sama sekali tidak setuju dengan cara berpikir Chu He.

"Kau sama sekali tidak membosankan. Sekarang aku jadi tahu alasanmu bersikap kasar kepada orang asing. Kau tidak terbiasa dengan kehadiran adikku di samping adikmu. Dan waktu itu juga kau sering sekali berdebat denganku. Ku kira memang temperamenmu buruk. Akan tetapi ternyata itu tidak. Aku bisa mengerti." Xiao Jinli mengeluarkan semua isi hatinya selam ini.

"Terima kasih." Chu He tersenyum tulus kepada Xiao Jinli. Kata-kata pria itu membuatnya bisa mengerti beberapa bagian dirinya saat itu. Dan juga sekaligus membuatnya sedikit merasa optimis.

"Jadi, apakah sekarang kita adalah teman?" Xiao Jinli kembali membuka percakapan.

Chu He menoleh ke arahnya, dahinya berkerut. Dari ekspresi wajahnya, terlihat jika dia sedang pura-pura mempertimbangkan Xiao Jinli. Xiao Jinli entah mengapa rasanya dia ingin meraih Chu He dan memeluknya karena terlalu menggemaskan.

"Apakah tidak terlalu dini menjadikanmu sebagai seorang teman? Apa kontribusimu jika aku mengambilmu sebagai teman? Dirimu terlihat sama sekali tidak menguntungkan bagiku. Bahkan mungkin hanya akan membuatku marah setiap hari."

Chu He mengatakan itu dengan senyum dan tatapan menilai. Dia sedang menggoda Xiao Jinli. Dan yang di goda sedang menahan diri untuk tidak benar-benar menarik Chu He dan memeluknya dengan erat.

Ketika Xiao Jinli memikirkan hal itu, tiba-tiba pemikiran lain datang kepadanya. Sebuah senyum mengembang di wajahnya. Dan kemudian di susul kalimat yang membuat Chu He terdiam seketika.

"Apakah kau mau tinggal bersama denganku?"


**************


Up tiap seminggu dua kali ya tiap malam minggu, tapi kalau lagi sibuk cuman sekali seminggu..
Harap maklum, penulis juga lagi sibuk...
Warning, mengingatkan jika ini konten 21+,
jadi pembaca harap bijak sekarang ya, buat yang masih di bawah umur, mundur dulu nih,
Jadi jangan sampai ntar nyesel pas udah baca sampai bab-bab selajutnya, ini konten BL
BL, ya readers, jadi bagi yang sensitif sama konten LGBT menyingkirlah....

[BL] The General and His ForensicsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon