x. terimakasih

1.2K 126 3
                                    

"beomgyu!" teriakan nyaring mark membuyahkan lamunan beomgyu, sebenarnya sedari tadi beomgyu hanya mendaratkan kepalanya di meja belajar miliknya, pikirannya masih teringat akan kata kata ayahnya yg tak sengaja ia dengar saat ingin keatas, rooftop.

"jika ya jeno lebih memilih orang lain dibanding renjun, bisa saja satu dunia terutama para pendeta memberikan ancaman besar untuk jeno, atau bisa saja mereka memenggal kepala jaemin."

kata kata tersebut selalu berdengung di kepalanya entah kenapa, beomgyu sendiri bahkan tan mengerti namun rasanya, ada yg tak beres dengan ini, terutama pada akhir kata 'penggal' bulu kuduk beomgyu berdiri.

"pintunya tidak bamgyu kunci."

tak lama, mark membuka pintu kamar beomgyu dengan cara mendorong kenop pintu, namun atensi beomgyu teralihkan dengan seorang anak seumurannya.

"temanmu berkunjung, keluar sesekali dari kamar ya gyu." mark meninggalkan keduanya di kamar beomgyu, sebelum itu, ia dengan sempatnya mengusak gemas surai beomgyu.

hening dan canggung. kedua bertatap muka, yg lebih tinggi menatap beomgyu kosong, dibalas tatapan takut dari beomgyu.

"bermain?"

"bamgyu bahkan tak mengenalmu."

bagaimana pendapatmu tentang mate yg saling bertemu di umur yg terbilang masih kecil dan terikat sejak lahir? apa taehyun bereinkarnasi?

ya, taehyun.

***

"apa yg kau takutkan?"

haechan kembali bertanya untuk yg ke 17 kalinya. sebenarnya ini sudah larut malam, namun pria berkulit tan tersebut tak menunjukan ciri ciri akan pulang, mereka berdua kini tengah berjalan di sisi trotoar. entahlah, jaemin hanya mengikuti jejak haechan.

jaemin menghela nafas berat. "dunia."

dalam hati haechan merutuki bahkan sambil memaki tuhannya sendiri, berkeluh kesah, sesat.

disusul helaan nafas haechan, ia kembali membuka mulutnya. "tak nyaman jika harus memaksakan keadaan, setidaknya kau mempunyai jeno yg benar benar telah mencintaimu."

"bersyukur karena itu sudah lebih dari cukup, tentang konsekuensi dunia ... itu mungkin muncul sewaktu waktu na, maka dari itu, sebaiknya hubunganmu dengan jeno semakin utuh, kita tak tau apa rencana tuhan, terutama aku." haechan berbicara seolah olah ia adalah seseorang yg pintar, padahal tugas makalahnya masih menumpuk.

jaemin tersenyum menanggapi, menendang kerikil di hadapannya dengan emosi membuncah.

"menurutmu, apa yg terjadi jika jeno bertemu dengan queen omega nantinya?"

haechan tertawa pelan. "aku berani bertaruh, jika jeno meninggalkanmu, aku bersedia mengelilingi dunia dengan spanduk di dada bertuliskan 'haechan membutuhkan mate pengganti ' "

jaemin tersenyum miris.

"kau ini sempurna na. meskipun kau bukan queen omega, kau tetap sempurna, titipan tuhan yg istimewa dari alpha menjadi omega."

"tapi kau tau sendiri bukan? aku me-" jaemin sejujurnya malu jika mengatakan dirinya sendiri mengidap sindrom, tetapi bukankah ini kenyataannya?

"ya ya ya, kau punya sindrom. dan itu menambah kesempurnaanmu, dalam artian negatif dari seseorang sepertimu, bisa saja menjadi positif, kau itu sempurna." haechan membekap mulut jaemin sebelum ia menyelesaikan bicaranya.

demi apapun, siapa yg akan menyebut jaemin jelek? mata bulat bersinar, kulit yg kontras putih bersih, rambut gulali dengan warna baby blue, haechan saja sempat mengira jika jaemin adalah malaikat.

monochrome | nomin [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora