30

2.5K 329 20
                                        

Ombak memukul pantai dengan pelan, jejak kaki sepanjang pinggiran pantai tersapu. Bersama dengan Jay, Taeyong mengisi sedikit waktu luangnya. Ini adalah saran dari terapis, mau tidak mau sebagai seseorang yang memiliki peran penting (Yuno mencibir saat mengatakan hal ini kepadanya) dalam hidup Jay, dia harus lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Merepotkan memang, apalagi jarak kawasan Universitas dan Rumah Jay tergolong jauh.

Tangan mereka tertaut, dari jauh Yuno dan si kembar memantau situasi. Mereka tidak ingin menutupi kematian orang lagi. Taeyong memiliki banyak pikiran, beberapa hari lalu mereka selalu tidak bisa mengakhiri Megan, bagi Taeyong dan Rose itu bukanlah sebuah masalah tapi bagi Yuno itu masalah besar.

Ada yang kurang, Taeyong sudah merasakannya sejak mengetahui Jay memiliki sifat tersembunyi. Dia tidak bisa menebak apa itu tetapi memancing disaat kondisi Jay tidak stabil adalah masalah. Memalingkan wajah ke kanan, menatap si tampan dengan senyuman lembut. "Kau merasa baik?" Tanyanya. Tangan secara tidak sadar mempererat genggaman, seperti jika dia tidak melakukannya Jay akan menghilang dari pandangannya.

"Lebih baik dari kemarin." Jawab Jay dengan suara serak. Menikmati setiap momen yang dihabiskan dengan pacarnya. Isi kepalanya mulai tertata dengan rapih, apa yang menjadi mimpi buruk perlahan menghilang. Terapisnya mengatakan jika itu adalah hal baik. Sesuatu yang di masa lalu telah membuatnya mengalami berbagai masalah yang tidak diketahui.

Ada satu hal yang Taeyong perhatikan yaitu tatapan Jay. Ketika dia menjadi sosok kejamnya tatapannya menjadi gelap, liar dan sexy sedangkan sosoknya saat ini memiliki tatapan teduh dan menenangkan. Dua karakter dalam satu tubuh, dua hal yang sejujurnya bisa membuatnya menjerit gila. "Senang mendengarnya. Cepat sembuh, kampus terasa kosong tanpa seruan Fangirlmu." Katanya dengan kekehan pelan. Fangirl yang biasanya menjerit meminta perhatian kini tidak seenerjik dulu.

"Bukankah itu baik?" Jawab Jay dengan nada penuh tanya. Teriak-teriakan itu sudah cukup mengusir pendemo, popularitas yang dia jaga sejak hari pertama memang memiliki efek menakutkan. Disaat bersamaan juga Jay tidak ingin melepaskan hal tersebut, comeback yang telah dipersiapkan secara matang-matang masih dalam proses akan tetapi hal itu akan menjadi serangan mematikan.

Menyikut perut Jay dengan pelan dengan tawa yang hampir lolos. Ia senang, ini yang diinginkannya sejak lama bukan? Berdiri berdampingan dengan pangeran setelah menyingkirkan para tuan putri. Kekosongan yang dirasakannya diabaikan untuk saat ini sampai semua kembali normal. "Omong kosong! Itu adalah nilai tambahmu." Serunya. Menggunakan jarinya menusuk pipi tirus Jay, satu hal lagi yang diperhatikannya yaitu rambut yang mulai memanjang.

"Haha konyol."

Tidak berkedip, Taeyong melepaskan genggaman dan membuat gerakan menggenggam jantungnya dengan tatapan tidak percaya. "Bagaimana kamu masih terlihat tampan dalam tubuh kurus ini?" Katanya.

"Faktor keturunan?" Jay menyeringai penuh percaya diri saat menjawab hal tersebut. Ujung matanya menangkap kakaknya yang melambai dari jauh.

Berdecih pelan dengan wajah cemberut. "Sepertinya aku baru saja mendengar Keong bernyanyi." Ucap Taeyong. Dia melangkah sedikit lebih cepat lalu membalikan badan membiarkannya berjalan mundur agar bisa menatap Jay. Memang benar, Jay tampan, ketampanan yang diinginkannya, tidak peduli dengan apa yang pria itu lakukan, sifat serakah dan obsesinya membawanya kembali kepada pria ini.

"Tenang saja, ketampananku hanya milikmu." Kata Jay lembut. Menyodorkan tangannya untuk digenggam oleh Taeyong.

Menggelengkan kepala, menolak uluran tangan itu. Taeyong menyeringai jahil, dia akan membuat Jay kesal dengan sendirinya. "Apa aku baru saja mendengar kamu merayu?" Tanyanya penuh godaan. Kakinya telah basah akan air laut, beberapa karang terlihat terbawa ombak. Langit mulai menunjukkan perubahan warna, tidak buruk untuk kencan pertama (?).

Seducing By Devil | Jaeyong ✔Where stories live. Discover now