12

3K 475 34
                                        

Pukul 04.00 am, disaat orang-orang masih bergelut manja diatas kasur hangat dengan selimut tebal, seseorang tengah bersembunyi di sudut penuh ketakutan dan keringat dingin. Tzuyu menyesali perbuatannya, menunjukkan keberadaannya dan percaya jika Rozenveld tidak akan menyakitinya. Ia terlanjur percaya jika Rosemary akan melindunginya dari si iblis itu tetapi nyatanya tidak.

Dalam lelap dan mimpi indah, nomor asing menerornya—menelepon berulang kali dan memintanya untuk melihat keluar jendela. Mata yang setengah sadar berhasil mendapatkan kesadaran penuh kala melihat seseorang dengan senyuman mengerikan melambaikan tangannya. Wajah malaikat dan tongkat baseball ditangannya.

Tzuyu berusaha menutup semua akses dari luar untuk masuk ke asramanya tetapi entah bagaimana bisa Taeyong sampai didepan kamarnya dengan cepat. Mengetuk berulang kali dan terus memanggil namanya dengan nada penuh main-main.

Tangan bergetar hebat berusaha menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Telinga menjadi sangat sensitif akan suara terutama suara seretan dilantai. Asrama sedang sepi karena sebagian penghuni menjadi utusan di turnamen besar yang diikuti universitas. Sebelumnya Tzuyu tidak pernah setakut ini berada sendirian dalam asrama.

"Tzuyu—Tzuyu—kau bersembunyi dimana? Apa kau tidak mau manyapaku? Aku sedih.", Taeyong sudah mematikan semua cctv di asrama guna memperlancar rencananya. Ia berniat menakuti Tzuyu agar tidak berani mengusik ketenangannya, melukai secara fisik bukanlah gayanya. Rasanya tidak cukup jika masih ada rumput liar yang mengelilingi sekitarnya.

Memekik tertahan, Tzuyu menutup mulutnya rapat dengan air mata tidak berhenti menetes. Dia sangat takut, julukan itu tidak salah sama sekali. Seharusnya dia tak berurusan dengan iblis itu, menyesali tidak ada gunanya karena air mata tidak akan menghapus kesalahan yang telah diperbuat.

Gelap dan sepi, telinga bisa mendengar suara dari berbagai arah dan yang paling mendominasi adalah suara Taeyong.

"Tzuyu—Dimana kau bersembunyi cantik?", Ini sangat menyenangkan, Taeyong sangat suka melihat seseorang dipenuhi ketakutan seperti ini. Wajah angkuh penuh kemenangan hancur lebur hanya karena teror oleh seseorang yang difitnah. Mungkin gara-gara hal ini anak-anak di akademi sangat takut membuat masalah dengannya.

Berhenti sejenak dan memeriksa ponselnya, waktu berlalu begitu cepat dan Tzuyu tidak mau menunjukan wajahnya. Jam kuliah pertama pukul 09.00 am, masih ada waktu baginya untuk bersenang-senang dengan wanita itu. Wanita itu harus pergi dari tempat ini jika ingin merasakan kedamaian.

Bersiul pelan dengan langkah santai mencari keberadaan Tzuyu, "1, 2, 3,4.......ketemu."

Telapak tangan bergesekan keras hibgga menciptakan panas disana. "M-maafkan aku Taeyong, m-maaf -maaf—aku tidak akan mengatakan apapun lagi.", Ucapnya terbata, air mata mengalir dengan deras dan wajah memerah penuh ketakutan.  Jantung berdegup kencang dan dingin menjalar disekujur tubuh, Tzuyu sangat takut melihat senyum diwajah Taeyong. "Maafkan aku."

Senyum menghilang dalam sekejap, Taeyong berdiri lalu menarik rambut Tzuyu dan menyeretnya pergi. Lantai yang akan dilewati tidak akan membuat kulit gadis ini rusak. "Aku bukan malaikat, jangan mengharapkan maaf.", Taeyong akan membawa tzuyu ke pojok bangunan agar tidak ada yang melihat.

Tzuyu memberontak tetapi cengkraman tangan Taeyong tidak main-main, suaranya pun tidak bisa keluar. Rasa takut membuat seluruh fungsi tubuhnya berhenti seketika, kata maaf tidak cukup untuk meredakan amarah taeyong. Dirinya akan menjadi target jika terus menerus berada disekitar taeyong.

Melemparkan tubuh tzuyu ke dinding, Taeyong berjongkok didepannya sembari memasang wajah malaikat. "Mari dengarkan pembelaanmu.", Perbuatannya tidak akan meninggalkan luka fatal, ini bentuk intimidasi dan peringatan agar tidak berulah dimasa yang akan datang.

Seducing By Devil | Jaeyong ✔Where stories live. Discover now