"Roy, apa yang harus aku katakan pada Sayna. Dia pasti menanyakan kenapa aku tidak pulang semalam" Skala cemas bukan main, ia menghidupkan ponselnya yang baru saja di ambil. Ternyata wanita itu menaruhnya di atas nakas.

"Oh, shit! Roy, dia menelpon ku berkali-kali. Bagaimana ini" Skala mengigit ibu jarinya, hatinya tak tenang saat membaca pesan yang dikirim oleh istrinya.

"Bilang saja kau semalam lembur tuan, pasti nyonya tidak akan marah" ujar Roy, memberi saran.

"Kau mengajariku berbohong Roy?"

"Lalu, apa tuan akan mengatakan yang sebenarnya jika semalam tuan tidur bersama denganku—eh em maksudku dengan Vanilla? Wanita yang sama saat di Club?"

"Tidak,,," jawab Skala lirih. Bagaimana ini, apakah ia harus berbohong lagi kepada Sayna? Tapi ia tidak mau. Mengingat tatapan kecewa yang Sayna berikan padanya saat Skala berbohong, membuat pria itu takut untuk berbohong lagi.

Tapi,,,,, ia tak mungkin berbicara yang sebenarnya tentang masalah semalam. Ia tidak mau wanitanya pergi.

"Roy, kenapa kau diam saja. Jalankan mobilnya cepat"

Roy tersentak dari pikirannya saat mendengar ucapan Skala. Pria itu mulai melakukan mobilnya dengan perasaan was-was.

Tuan, sepertinya aku mengingat kejadian semalam. Batin Roy cemas. Kejadian yang akan merubah semuanya.

Oh, shit!

•••••

Dengan perasaan cemas, Skala mulai memasuki mansion. Pria itu langsung melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.

Rasa ragu mulai muncul saat hendak membuka pintu. Skala belum siap jika harus berbohong kepada Sayna, tapi ia juga tidak mau wanita itu meninggalkan nya jika tau apa yang telah ia lakukan semalam.

Skala menghembuskan nafasnya berkali-kali, mencoba meyakinkan dirinya. Pria itu mulai membuka pintu kamar takut-takut.

Pintu terbuka menampilkan istrinya yang tengah duduk di tepi ranjang dengan menggenggam sebuah bingkai foto kecil di tangannya. Skala tau itu adalah foto mereka berdua saat honeymoon.

"Sayna?" Panggil Skala gugup. Aura Sayna terlihat berbeda dari biasanya. Wanita itu melirik saat Skala memanggilnya. Dari sini saja Skala bisa melihat mata Sayna yang memerah namun pandangan mata itu kosong.

"Sayang aku semalam ada lem—"

"Jika kau mengatakan suatu kebohongan lagi, saya akan pergi" potong Sayna tanpa membalas tatapan mata Skala.

Skala terkejut mendengar perkataan formal istrinya. Tak biasanya Sayna memanggil nya dengan sebutan kau, dan apa tadi katanya? Dia menyebut dirinya sendiri dengan saya?

"Sayang, kenapa bicara mu—"

Prak!

Sayna membanting bingkai foto itu kencang, membuatnya pecah berserakan di lantai. Ia mengambil fotonya, dan merobeknya di bagian tengah antara ia dan Skala.

Skala terbelalak melihat apa yang istrinya itu lakukan. Ia mendekat dan merebut foto yang sudah terbagi menjadi dua.

"Apa yang kau lakukan Sayna!" Sentak Skala penuh amarah. Pria itu menatap foto yang ada ditangannya dengan perasaan kesal bukan main. Bagaimana bisa istrinya itu merobek foto kebersamaannya semudah itu.

"Kau sudah gila!" Teriak pria itu lagi tepat di hadapannya.

Tak terasa air mata wanita itu kembali membasahi pipinya. Bukan karena takut Skala membentaknya tadi, tapi ia kecewa saat Skala akan membohongi nya lagi.

Not Perfect Husband || END  Where stories live. Discover now