🍁ρestα🍁

189K 15.9K 866
                                    

Skala dan Sayna sudah sampai di depan sebuah rumah berlantai dua dengan hiasan lampu-lampu yang menemani jalan mereka pada malam hari ini. Sayna mengenakan dress berwarna biru dongker senada dengan jas yang di pakai Skala.

Keduanya mulai berjalan berdampingan, dengan tangan Sayna yang memeluk lengan kekar Skala. Langkah lebar pria itu membuat Sayna kesusahan untuk menyamakan langkahnya. Ditambah lagi ia memakai high heels yang membuatnya kesulitan berjalan.

"Ka pelan-pelan ih"

Skala berhenti sejenak, menatap wajah Sayna yang memelas "Kenapa? Apa kau tak nyaman mengenakan high heels itu?"

Sayna menggeleng "Jangan cepet-cepet jalannya"

"Mau ku gendong?"

"Gk mau, banyak orang" Skala mengangguk, ia berjalan sedikit lambat untuk menyamakan langkah Sayna yang kecil. Sepanjang perjalanan pria itu menuntun Sayna agar tak kesulitan berjalan.

"Kau duduk lah di sana" tunjuk Skala kesatu meja yang kosong "Aku akan menemui temanku dulu"

Sayna mengangguk, ia mulai melangkah ke meja yang di tunjuk Skala. Mendudukkan dirinya di sana, banyak mata yang menatapnya sinis. Mungkin mereka mengira bahwa Sayna adalah salah satu jalang nya Skala.

Tak mempedulikan tatapan itu, Sayna mulai memainkan ponsel yang sedari tadi ia pegang. Hingga satu pria tiba-tiba duduk disampingnya.

"Hai cantik" sapa pria itu, memiringkan kepalanya menatap Sayna lekat. "Kau sedang apa disini gadis kecil, dimana orang tua mu?" tanyanya dengan smirk yang ditunjukkan.

Sayna ketakutan sendiri. Pria di sampingnya berumur sekitar dua puluh delapan tahun, dengan lancangnya memegang bahu mulusnya yang sedikit terbuka. Ia menatap Sayna seolah seorang pedofil yang menyukai anak kecil.

Pria itu menjilat bibir bawahnya sendiri, seolah menemukan mangsanya. Membuat Sayna menggeser tempat duduknya agar lebih menjauh.

"Kenapa little? Kau takut padaku hem? Tanyanya, ikut menggeser tempat duduk mendekati Sayna. Tangan Sayna mulai bergetar kala pria itu mengusap lembut bahunya sehingga membuat ponselnya terjatuh. Ia taku, sangat, berharap dalam diam semoga Skala cepat datang.

Pria itu mendekat kan kepalanya kepada Sayna, seolah akan mencium gadis itu. "Mau bersenang-senang dengan ku malam ini?" Bisik nya tepat ditelinga Sayna. Dengan cepat Sayna menggeleng sambil menunduk, tak berani menatap pria itu.

"Kau menggemaskan sekali little" dengan kurang ajarnya, pria asing itu mengangkat tubuh Sayna, menggendongnya ala bridal style. "Kita akan bersenang-senang sayang"

Sayna memberontak, berteriak kencang. Berharap orang-orang yang melihat akan menolongnya. Namun nihil, semua orang yang ada di sana hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan aktivitas nya masing-masing, seolah tak perduli.

"Diam lah manis, kau semakin membuatku tertarik"

"KA SKALA TOLONGGGG" Sayna berteriak, berharap suaminya itu mendengar.

"Hei, kau siapanya Skala?" Sontak pria itu menghentikan langkahnya, menatap Sayna dengan wajah bingung. Mata sipit itu menatap wajah cantik Sayna yang masih menangis ketakutan. "Jangan-jangan kauー"

"LEPASKAN ISTRIKU!" Rahang tegas Skala sudah mengeras, wajahnya merah padam karena emosi. Tangannya sudah mengepal kuat, siap melayangkan pukulan.

Sontak pria asing itu berbalik ke belang. Saat matanya menemukan Skala di belakangnya, dengan cepat ia menurunkan Sayna dari gendongannya. Gadis dengan tubuh bergetar itu berlari ke arah Skala, mengumpat di belakang tubuh tegap pria yang sekarang menjadi suaminya.

Not Perfect Husband || END  Where stories live. Discover now