3.🍂

257 45 4
                                    

Sepi. Mungkin itu yang bisa mendeskripsikan bagaimana keadaan rumah Lisa saat ini. Rumah yang biasa dihuni oleh lebih dari satu orang kini tidak lagi. Lisa tidak mengerti apakah keputusan mengusir Jungkook itu benar atau salah. Sebab, bukannya merasa lega justru Lisa merasa sangat kesepian. Ah, mungkin ia tidak terbiasa tinggal sendiri maka dari itu rasanya kini berbeda. Pasti hari-hari berikutnya akan terbiasa, kok.

Lalisa sengaja tidak berangkat bekerja hari ini. Untungnya Ibu Kim mengizinkan nya untuk cuti satu hari. Lisa hanya butuh ketenangan. Mungkin dengan mengurung di rumah akan menjadi lebih baik keadaannya.

Gadis berponi itu menoleh saat mendengar suara ketukan di pagi hari ini. Kakinya ia paksakan untuk melangkah membuka pintu. Tentu saja Lisa sebal mendengar suara pintunya yang diketuk secara brutal.

Ceklek!

Jujur saja Lisa sudah akan siap memaki orang yang berani-berani mengganggu ketenangannya. Namun, langsung ia urungkan saat mengetahui siapa pelaku yang mengetuk pintu rumahnya secara tak sabaran.

"Cih, lama sekali."

Lisa mengepal tangannya erat. Pintu yang tadinya ingin ia tutup secara keras justru gagal. Sebab, pria dihadapannya ini segera menahannya.

"Kenapa ingin kabur? Takut?"

Ayah Jungkook. Ya, pria itulah yang muncul dihadapan Lisa sekarang ini.

"Saya tidak ada urusan dengan Anda. Selagi saya berbicara baik-baik, silahkan pergi dari sini." Lisa berujar dengan sabar.

"Tidak seru. Bagaimana kalau kita berbincang sebentar? Saya akan menceritakan bagaimana tangan saya ini yang telah berhasil membuat seluruh keluarga kamu mati." Tuan Ahn sengaja menekan kata terakhir untuk membuat gadis berponi itu murka.

"Saya tidak ada waktu untuk meladeni anda. Jadi, silahkan pergi dari sini!"

Lisa kembali menutup pintunya yang langsung ditahan oleh Tuan Ahn. Bahkan tanpa ada rasa bersalahnya pria paruh baya tersebut langsung masuk kedalam rumah Lisa. Mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dengan satu kaki yang dilipatkan diatas pahanya.

"Duduklah." Tuan Ahn tersenyum menatap Lisa serta menepuk sofa sisi kanannya supaya gadis itu mendudukkan diri disampingnya.

Kepala Lisa mendidih. Benar-benar kurang ajar. Jangan salahkan Lisa jika ia akan berbicara lancang kepada orang yang lebih tua darinya.

"Apa mau anda?! Saya bilang pergi dari rumah saya! Atau saya akan melaporkan anda kepada polisi!" Emosi Lisa tak terkontrol. Kilatan amarahnya pun sangat terlihat di matanya.

Tuan Ahn tertawa geli saat Lisa lebih memilih berdiri berjarak sepuluh langkah darinya ketimbang duduk manis di sofa sampingnya.

"Mau saya? Kan sudah saya bilang, saya akan menceritakan hal menarik kepada kamu."

Tangan Lisa semakin mengepal erat. Terlebih lagi saat Tuan Ahn mulai bercerita tentang kejadian yang ingin Lisa lupakan. Tuan Ahn bisa sekali membuat Lisa sungguhan tersulut emosi.

"Kamu tau? Saat saya berhasil menembak mati Ayah dan Ibu kamu ada seorang laki-laki dengan beraninya menghampiri saya dan langsung memberi bogeman ke wajah saya. Saya sudah menebak jika itu kakak kamu..." Tuan Ahn menjeda ceritanya untuk melihat reaksi Lisa. Bibirnya menyunggingkan senyum miring saat melihat gadis itu mulai menitikkan air mata.

"Saya sungguh marah saat kakak kamu berhasil membuat saya kewalahan. Ah, ternyata pemberani sekali kakakmu itu. Tapi, sayang sekali sekuat apapun dia, pastinya tidak akan bisa mengalahkan saya. Jadi, saat itu juga saya langsung melayangkan pistol kearahnya. Lalu, dor... saya berhasil melesakkan peluru itu di kepalanya." Jelas Tuan Ahn dramatis.

I Wanna Be With You || Lizkook [END]✔Where stories live. Discover now