"Cantik sih, tapi nggak laku-laku."

***

Hari senin waktunya kembali ke aktivitas masing-masing, kesibukan di kantor tidak hanya dirasakan oleh Keifani dan kawan-kawannya juga untuk sang admin manager. Sejak pagi semuanya penuh dengan pekerjaan yang menguras tenaga dan otak, maka saat jam makan siang tiba, keriuhan mulai terdengar.

"Ah, akhirnya istirahat juga." Karmila merenggangkan ototnya.

"Iya, rasanya pinggang gue sakit semua." Cella menimpali.

"Badan gue jadi kaku kebanyakan duduk," celutuk Bento.

Keifani dan Rahmat hanya menggelengkan kepala, bukannya mereka tak lelah tetapi menurutnya yang namanya kerja itu pasti capek.

Jadi buat apa mengeluh, kan?

"Jadi mau makan apa nih?" tanya Rahmat.

"Pasta," jawab Karmila.

"Seafood," timpal Cella.

"Bakmi Pak Kumis," kata Bento.

Rahmat memutar bola matanya, teman-temannya memang terlalu berbeda. Apalagi soal makanan.

"Lo, Kei?" Rahmat beralih pada Keifani.

"Gue ngikut lo aja deh, Mas."

"Oke, kalau gitu kita makan ayam geprek aja deh."

"Ya kok gitu," protes Cella, Karmila, dan Bento kompak.

Keifani tertawa kecil.

Baru Rahmat akan menyela, pintu ruangan admin manager terbuka, tubuh jangkung Fuad keluar dari sana.

"Kalian sudah ada rencana makan di mana?" tanya Fuad tiba-tiba.

"Kami mau makan ayam geprek aja, Pak," jawab Rahmat mewakili teman-temannya.

"Kami? Lo aja kali, gue nggak!" celutuk Cella membuat Rahmat mendelik padanya.

Fuad terkekeh kecil, matanya beralih pada Keifani yang kini menatap teman-temannya seraya tersenyum.

"Saya sudah pesan steak di restoran teman saya, kita makan itu aja nggak pa-pa, kan?"

Mata keempat manusia itu---kecuali Keifani--- dengan mata berbinar, jelas saja steak adalah makanan mewah bagi pegawai rendahan macam mereka.

"Nggak pa-pa dong, Pak. Kami dengan senang hati menerimanya," jawab Bento semangat.

"Tapi steak-nya gratis kan, Pak?" tanya Cella tak tahu malu.

"Iya, gratis kok. Itung-itung hadiah dari saya karena kalian sudah bekerja keras hari ini."

Karmila, Cella, dan Bento tersenyum malu.

"Ya udah, baru aja driver ojeknya kabarin kalau dia udah dibawa. Kalian tunggu di ruang meeting, saya akan ke bawah mengambil makanannya."

Baru dua langkah Fuad berjalan, Rahmat segera menahannya. "Biar Bento yang ambil, Pak."

Bento yang disebut namanya dengan sigap berdiri dari duduknya. "Iya, Pak. Saya saja yang ambil steak-nya. Bapak dan yang lain silakan tunggu di ruang meeting."

Begitu tubuh gempal Bento menghilang di lift, Cella lantas mencibir. "Tumben si Bento mau disuruh-suruh, biasakan dia malas."

"Ya iyalah rajin, secera makan steak lho. Gratis pula!" sahut Karmila.

"Ya mah kalau Bento asal makanan aja dia bakal gercep." Rahmat ikut-ikutan.

Keifani kembali tertawa.

Semuanya sudah duduk di ruang meeting dengan masing-masing satu porsi steak di hadapannya, langsung saja menyantap dalam diam. Biasanya kalau makan siang bersama, mereka akan membicarakan apa saja, tetapi kali ini berbeda. Semuanya tampak fokus menikmati steak-nya.

Bento bersendawa. "Alhamdulillah," ucapnya.

"Dasar jorok lo!" cibir Cella.

"Bodo!" Bento meleletkan lidah.

"Biarin aja, Cel, sobat misqueen macam Bento mah nggak pernah ngerasain makan makanan sultan."

"Enak aja!" Bento tak terima.

"Jangan salah, Mil. Bento pernah makan steak kok, steak ayam tapi."

Yang lain tertawa mendengar ucapan Rahmat.

Keifani ikut tertawa kecil, bersyukur mereka bisa menikmati jam istirahatnya sejenak sebelum kembali ke pekerjaan yang tak ada habisnya. Sampai matanya tak sengaja jatuh pada netra Fuad hingga mata mereka bertemu sesaat, dengan cepat dia membuang pandangnya.

Tak lama kemudian seruan Cella terdengar, Keifani berdiri dari duduknya bersama yang lainnya. Dia menghembuskan napas lega, bisa terhindar dari tatapan intens admin managernya.

Makin lama Keifani makin takut dengan lelaki itu.

***

BERSAMBUNG

Ayo yang minta up lagi mana suaranya? 😁

Aku usahakan up secepatnya ya, doakan semuanya lancar 😇

Jangan lupa vote dan komennya banyak2 ya 🙏

See you next part

Loveable Ties (TAMAT) Where stories live. Discover now