Aku terisak. Satu surat saja cukup membuatku menangis. "Kamu bodoh mas Aufar! kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu udah jatuh cinta?!" Aku berteriak. Beberapa saat kemudian, aku mengambil lipatan surat yang memiliki nomor 2 itu.

"Akhirnya, Lo terpaksa menikah sama gue. Lo gagal menikah sama orang yang Lo cintai. Jujur, gue terpesona sama Lo. Sikap Lo, cara Lo memperlakukan gue, semua hal tentang Lo. Tapi gue gak bisa janji untuk gak nyakitin Lo.

Gue tau gue jahat. Gue emang manusia tolol. Gue gak bisa mengungkapkan perasaan dengan cara yang baik. Dan parahnya, gue punya pacar. Meskipun gue gak cinta dia, tapi dia adalah cewek yang udah nemenin gue selama 2 tahun.

Gue bingung, gue bener-bener bingung. Tapi gue gak bisa biarin Lo nikah sama cowok yang Lo suka. Gue sering ketemu pria itu di rumah sakit ketika gue anter om Radit chek up. Pria itu menggandeng perempuan lain. Bukan mamanya, gue tau.

Perempuan itu hamil, wajahnya juga tidak tua. Gue pengen banget kasih tau Lo, tapi gue gak punya hak. Gue cuma pria yang gak penting dihidup Lo. Maafin gue."

Aku menutup mulutku. Aufar benar-benar pria tolol! Dia bilang dia tidak penting disaat aku sering menangis karenanya? Aku memukul bantalnya. Jika orang itu ada disini, dia pasti sudah kulempari ratusan sandal.

Aku mengambil lipatan surat ketiga. Membukanya perlahan. Mengapa semua isi suratnya membuat hatiku mencelos?

"Pesta malam itu diadakan dirumah. Lo gak marah, meskipun gue tau Lo gak nyaman. Sikap Lo selalu buat gue kagum. Tapi, gue bingung bagaimana gue harus bersikap. Lo cewek paling bodoh yang pernah gue temui.

Kenapa Lo biarin gue dan Nanda berduaan dikamar? Apa status suami istri ini tidak bisa menjadi sesuatu yang bukan hanya sekedar status? Tapi gue gak bisa berbuat apa-apa. Nanda terlalu keras buat Lo.

Cewek yang berhati lembut. Gue takut Nanda jahatin Lo, karena yang boleh jahatin Lo cuma gue. Maafin gue."

Aku mengusap air mataku. Membuka lipatan surat keempat. Entah bagaimana isinya nanti, aku akan tetap menangis karenanya.

"Tadi, gue baca buku. Ada kutipan kayak gini, 'Yang buruk tuhan biarkan pergi agar yang baik bisa masuk.' Tapi, dihidup gue beda. Tuhan malah kasih yang baik dan buruk secara bersamaan.

Gue bingung gue harus pilih yang mana. Disisi lain, gue percaya Nanda. Tapi gue gak mau nikah sama dia. Gue percaya sama Lo, tapi, gue cuma takut gak bisa jadi yang baik buat Lo. Kalau ini soal waktu, gue kelamaan gak sih? Maafin gue."

Surat-surat itu masih masih tersusun rapi disana. Aku tidak tahu bagaimana harus membacanya karena air mataku sudah terlalu deras.

"Zayna, Lo ketemu Farez, cowok yang selama ini jadi sahabat gue. Setiap ngelihat kalian berdua, gue cemburu. Gue ngerasa Farez naruh hati sama Lo, padahal, Lo istri gue.

Tapi, Farez malah yang selalu ada buat Lo. Maafin gue zay. Gue sering modusin Lo dengan cara yang kasar. Cara yang salah. Gue gak pernah berniat kayak gitu, tapi, gue gak pandai mengungkapkan isi hati gue. Maafin gue."

"Om Radit meninggal. Gue tau Lo pasti sedih banget, kehilangan sosok yang membuat Lo nikah sama gue. Udah gak ada alasan Lo dan gue bertahan didalam pernikahan ini. Gue tau Lo terpaksa.

Tapi jujur, gue gak mau kehilangan Lo. Perempuan langka yang harus gue lestarikan. Gue bingung, zay. Maafin gue."

Aku menghela nafas, isi surat-surat adalah isi hatinya dari awal bertemu denganku, hingga sekarang ia sudah pergi. Dari awal, kami sudah sama-sama merasa sakit. Tapi, sekarang, aku merasa sakit sendirian.

Aku membuka surat terakhir setelah surat-surat yang lain selesai kubaca.

"Gue gak nyangka, kalau Islam bisa membuat pernikahan seindah dan semenyenangkan ini. Setiap ngelihat Lo, hati gue selalu menggebu-gebu, perut gue kayak ada kupu-kupu sekebon.

Lihat muka Lo, ngebuat hati gue adem. Gue pengen ngasih sesuatu sama Lo. Gue udah siapin jauh-jauh hari. Kalau nanti gue gak bisa ngasih itu langsung, Lo langsung aja ke kamar gue, di bawah kasur ini ada kardus. Nah, didalam kardus itu hadiahnya, hehe.

Lo adalah perempuan sempurna yang gak menginginkan pangeran sempurna. Bahkan, kalau diibaratkan, Lo itu kayak ratu dan gue prajurit. Tapi Lo bisa mencintai seorang prajurit dengan tulus.

Nanti kalau gue ketemu Allah, gue mau cerita tentang segala kebaikan Lo. Maafin gue."

Aku menghela nafas. Dia tidak pernah lupa mencantumkan dua kata, "maafin gue" disetiap baris terakhir. Padahal, dia sama sekali tidak salah dimataku.

Aku melirik kebawah lorong kasur. Benar, disana ada kotak lumayan besar. Aku mengambilnya, kotak itu sepertinya sudah lama disana hingga atap kotak itu berdebu. Setelah membersihkannya, aku segera membukanya.

Aku menutup mulutku karena melihat segala perlengkapan bayi lengkap. Aku mengambil kertas yang ada diatas baju bayi itu.

"Xixixi, lucu kan? Semoga kita cepet punya bayi." Aku menutup wajahku menangis lalu memegang perutku yang sudah terlihat membesar.

"Gak lucu, far!"

"Gravitasi tak pernah bertanggung jawab bagi orang-orang yg jatuh cinta." Aku memukul lantai.

"Kamu tau? Bagian paling berani setelah mengenalmu adalah menaruh hati kepadamu. Karena sudah terbaca akan terluka, namun, aku masih tetap melakukannya. Bukan sengaja ingin merasakan patah, namun, beberapa perasaan tidak bisa diatur dengan mudah."

"Tapi pada akhirnya, kamu adalah orang yang berhasil membuatku merasakan jatuh hati sejatuh-jatuhnya dan patah hati sepatah-patahnya secara bersamaan."

🍁🍁🍁

Alhamdulillah bisa update hari ini 😭

Semoga feel nya dapet asikkk..

Gaboleh nangis!

Asksksksks

Makasih buat yang udah bacaaa!!

Kalau mau share2 quotes Jan lupa tag aku ya! Syifazali, wkwkw

Jangan lupa bersyukur hari ini ❤️

FARحيث تعيش القصص. اكتشف الآن