Lembar Ketiga

1.1K 198 27
                                    

Hari ini adalah hari pertama untuk hukuman (Y/n). Namun, gadis itu tidak menganggapnya sebagai masa hukuman dan untuk mengintrospeksi diri. Melainkan sebagai hari libur dari kegiatan sekolah yang selalu menyibukkan.

Seperti biasanya, (Y/n) membuatkan sarapan terlebih dahulu untuk dirinya dan Chifuyu. Kali ini ia tidak bisa menghindar dari kakaknya itu karena alasan untuk kaburnya sedang tidak bisa ia gunakan. Selama ini, (Y/n) memang menghindari Chifuyu dengan berkata ia akan berangkat lebih dahulu ke sekolah. Namun, mulai hari ini dan selama dua hari ke depan, gadis itu tidak bisa menggunakan alasan tersebut. Oleh karena itu, ia harus memikirkan alasan lain.

"Ohayou, (Y/n)."

Dengan kalimat yang sama, (Y/n) pun menyapa Chifuyu. "Ohayou, Nii-chan."

"Kau tidak apa-apa seorang diri di rumah?" tanya Chifuyu membuka percakapan.

(Y/n) menggeleng kuat-kuat. Berusaha meyakinkan kakaknya jika ia memang baik-baik saja. "Aku akan baik-baik saja. Nii-chan lebih baik segera berangkat sekarang sebelum terlambat."

Tatapan milik Chifuyu menatap (Y/n) sekali lagi setelah ia menghabiskan sarapan buatan gadis itu. "Kau yakin?" tanyanya lagi.

(Y/n) pun mengangguk dengan mantap. Ia memang baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Dengan berat hati, Chifuyu melangkahkan kakinya. Meninggalkan rumah itu serta meninggalkan (Y/n) di dalamnya.

***

Semenjak beberapa tahun silam sejak kematian kedua orang tua mereka, Chifuyu bekerja sambil kuliah. Ia tahu, warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya akan habis dalam kurun waktu yang singkat jika ia tidak mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan adiknya, (Y/n). Alhasil, bekerja dan kuliah sekaligus menjadi pilihan terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.

(Y/n) sendiri memilih untuk bekerja part-timer dikarenakan jam sekolahnya yang lebih padat dibanding kuliah Chifuyu. Awalnya, Chifuyu sudah melarang (Y/n) untuk bekerja meskipun hanya part-time. Namun, sekeras apapun Chifuyu melarang, sekerasa itu pula (Y/n) menolak. Mengatakan jika dirinya sendiri pun harus ikut membantu, bukan berleha-leha tanpa berbuat apa-apa. Pada akhirnya, Chifuyu pun mengalah. Membiarkan (Y/n) melakukannya.

Karena saat ini (Y/n) masih berada dalam masa hukuman, gadis itu pun berpikiran untuk bekerja hari ini. Kemarin ia tidak datang ke kafe di mana ia bekerja. Semoga saja atasannya itu masih berbaik hati membiarkannya untuk bekerja di sana.

Setelah mengunci pintu dengan rapat, gadis itu mulai berjalan perlahan menyusuri trotoar yang dapat mengantarkannya menuju kafe tujuannya. Sesekali (Y/n) mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Berharap bisa melihat sesuatu yang menarik di tengah sibuknya kota pagi ini.

Perjalanan yang terasa lama itu pun berakhir ketika (Y/n) tiba di depan sebuah kafe. Kafe itu tampak sederhana dengan bangunan bergaya vintage yang didominasi oleh warna cokelat tua dan putih.

Gadis itu mendorong pintu kaca yang membatasi bagian dalam kafe dengan dunia luar. Ketika ia melangkah masuk, aroma kopi yang menyengat seketika memenuhi rongga dadanya.

"(Y/n)-chan! Jarang sekali kau datang ketika hari masih pagi. Bukankah seharusnya kau masih sekolah?" Minami, salah satu rekan (Y/n) pun menghampirinya. Bertanya dengan wajahnya yang tampak sumringah ketika melihat kedatangan (Y/n) pagi ini.

"Aku sedang libur sekolah," dustanya. Ia berbohong bukan untuk melindungi dirinya sendiri. Bukan untuk menjaga image-nya sendiri. Melainkan untuk Chifuyu. Agar kakak laki-lakinya itu tidak dianggap sebagai seseorang yang gagal mendidik adiknya sendiri. (Y/n) tidak ingin Chifuyu dihina karena perbuatan yang (Y/n) lakukan. Apa yang telah ia lakukan, maka itulah yang harus ia tanggung. Seorang diri.

"Oh, begitu." Minami mengangguk-angguk paham. "Tetapi, aku senang melihatmu di sini." Ia tersenyum lebar.

"Apakah itu artinya aku tidak dipecat karena tidak hadir kemarin tanpa memberikan kabar apapun?" tebak (Y/n) ragu namun ia harap jawabannya sesuai yang ia inginkan.

"Minamoto-sama tidak mungkin memecatmu, (Y/n)-chan. Beliau tahu, kaulah karyawan yang paling rajin di kafe ini. Bahkan melebihiku." Minami terkikik kemudian.

"Itu artinya kau mengakui kemalasanmu sendiri, Minami," balas (Y/n) seraya bergerak menuju meja kasir. Sudah menjadi bagian pekerjaannya di sana. Tugasnya memang sebagai penjaga kasir.

"Kalau begitu, selamat bekerja! Aku akan mengantarmu pulang nanti, (Y/n)-chan!" seru Minami.

"Bilang saja jika kau ingin melihat kakakku," sahut (Y/n) seraya mendengus.

Minami sontak tertawa. Perkataan (Y/n) memang tidak ia sangkal karena memang itulah kenyataannya.

***

"Selamat datang. Apa yang ingin Anda pesan?" tanya (Y/n) seraya tersenyum ramah.

Namun, senyumannya yang ramah itu mendadak lenyap ketika ia melihat siapa orang yang tengah berdiri di hadapannya itu. Gadis itu sontak melemparkan tatapan sinis pada orang di depannya.

Reaksi yang diberikan oleh Misa tak jauh berbeda dengan (Y/n). Bahkan Misa tak menyangka jika gadis itu adalah bekerja di sebuah kafe ketika ia berada dalam masa hukumannya.

"Kau ingin pesan apa?" (Y/n) mengulang pertanyaannya. Kali ini tanpa senyuman ramah dan bahasa yang formal.

"Satu americano dan satu chocolate avocado," jawab Misa tanpa memandang (Y/n). Lebih tepatnya menghindari pandangan (Y/n). Melihat wajah gadis itu, ia teringat dengan aksi karate milik (Y/n) yang masih membuat tangannya terasa sakit.

"Silakan ditunggu pesanannya."

Selama beberapa saat, Misa memperhatikan gerak-gerik (Y/n). Gadis itu tampak cekatan ketika membuat dua buah minuman yang dipesannya. Seolah-olah ia sudah bekerja di bidang itu selama beberapa tahun. Atau memang benar itu adalah faktanya? Entahlah, Misa tidak tahu.

"Ini pesanannya. Silakan datang kembali." Sebelum kepergian Misa, (Y/n) memaksakan sebuah senyuman agar kafe ini tidak dicap sebagai kafe dengan pelayanan yang buruk hanya karena perbuatan (Y/n).

Sepeninggalnya Misa, (Y/n) pun mengelap meja dengan hati-hati. Ia merapikan peralatan yang tak terpakai ke tempatnya semula.

"Kau sudah boleh pulang, (Y/n)."

Suara milik atasannya itu—Minamoto—menghentikan gerakan (Y/n). Gadis itu mengangguk paham dan mengucapkan terima kasih sebelum melangkah keluar. Minami tidak bisa mengantarnya pulang dikarenakan shift kerjanya yang belum selesai. Ia pun cemberut setelah mengetahui tidak bisa menemui Chifuyu. Namun, entah mengapa (Y/n) mengucap syukur tentang hal itu.

Gadis itu menunggu lampu bergambar orang berjalan berubah menjadi hijau. Setelah itu, (Y/n) mulai melangkah bersama beberapa pejalan kaki lain yang juga ingin menyeberang.

Padahal (Y/n) sudah yakin aman untuk menyeberang. Ia juga sudah yakin tidak ada kendaraan yang akan melanggar aturan. Dan, ia juga merasa yakin jika bukanlah dirinya yang tertabrak.

Memang benar bukan (Y/n) yang tertabrak. Melainkan seseorang yang bahkan lebih berharga daripada nyawanya sendiri.

***

Yo minna!

Pertama-tama, aku mau bilang makasih bangett kalian udah menyempatkan waktu kalian untuk membaca cerita ini. Terima kasih ya! ♡(*´ω`*)/♡

Selamat menjalani hari ini!💃✨

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Chifuyu MatsunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang