Chapter 2

5 0 0
                                    

Menjadi seorang istri dari Dennis Adeva Pratama menjadikan Avi sebagai menantu pertama di keluarga Aldrian Pratama dan Nessa Arumi Akbar -- mertuanya. Avi memiliki dua mertua yang sangat menerimanya, menyayanginya, dan mengasihinya seperti putri mereka sendiri. Rara dan Nesya -- adik iparnya -- juga sangat menghormati Avi selayaknya kakak mereka sendiri.

Avi benar-benar merasa bersyukur Allah memberikannya satu lagi nikmat keluarga baru yang sangat menerimanya dan menyayanginya seperti keluarga mereka sendiri. Allah memang Maha Baik dengan segala rencana-Nya bukan?

"Wahh, harumnya sampe kamar Bunda nih masakannya, mantu Bunda lagi masak apa hari ini?" Ibu mertua Avi yang masih sangat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala lima ini menghampiri Avi yang sedang sibuk di dapur.

"Pagi Bunda, ini lagi masak ayam suwir sama tadi buat sayur bening Bun, bukan Avi yang masak kok Bun, Avi cuma bantu Mbak Imah aja ini."
Jawab Avi seraya tersenyum lebar pada Ibu mertuanya.

"Wah Mbak Avi ini merendah Bu, saya cuma bantu potong-potong aja padahal Bu, semuanya yang racik Mbak Avi."

"Yasudah yasudah siapapun yang masak, Bunda cuma udah nggak sabar mau cobain aja nih, harum banget." balas Bunda Nessa sambil menepuk bahu menantunya dengan lembut.

"Oh iya Vi, Abim belum bangun? Lalu Deva?" Ibu mertuanya menanyakan keberadaan suami dan putranya yang belum terlihat batang hidungnya pagi ini.

"Tadi sebelum Avi turun Abim belum bangun Bun, kalo Mas Deva udah bangun tadi ke masjid juga subuh, mungkin sekarang masih siap-siap."

Bukan, ini bukan tiga atau empat tahun setelah ijab qabul mereka. Ini baru lima hari setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Lalu Abim? Ya, Abimanyu Narendra Pratama atau yang dipanggil Ibu mertuanya dengan sebutan Abim tadi adalah anak sambung Avi dan putra kandung dari suaminya, Deva.

"Ibu.." Avi tersentak kaget ketika sepasang tangan mungil tiba-tiba memeluk kakinya dari belakang.

"Selamat pagi, Abang.." Avi menyambut putranya dengan senyum yang sangat cerah secerah warna bunga matahari yang ditanam Ibu mertuanya.

Satu lagi nikmat yang Allah berikan padanya, seorang anak laki-laki tampan nan lucu yang menjadi pelipur laranya.

"Ibu ngga ada di sebelah Abang begitu Abang bangun tadi.. Abang cari Ibu.." Abim merajuk karena ketika ia membuka mata tadi tidak ada Avi di sisinya.

"Iya maaf ya, Ibu tadi bantuin Mbak Imah di dapur masak.. Abang tadi nggak ke kamar Ayah emang? Kan Ayah udah bangun."

"Abang maunya sama Ibu aja."

Bukan, Abim bukan tidak dekat dengan Ayahnya. Tapi memang belum terlalu dekat. Abim sulit dekat dengan Ayahnya karena Deva terlalu sering menghabiskan waktunya untuk bekerja dibandingkan untuk bermain dengan Abim. Avi juga tidak mengerti apa alasannya, tapi Abim memang sangat lengket dengannya walaupun Avi tergolong orang baru di kehidupan mereka.

"Yaudah, sekarang Abang mandi dulu ya, terus ganti baju, abis itu turun lagi ajak Ayah sarapan, Ibu buatin susu buat Abang dulu.. Oke Bang ?"

Tanpa disadari oleh sepasang Ibu dan anak yang terlihat seperti Ibu dan anak kandung itu, Deva mengamati keakraban keduanya yang sangat lengket padahal mereka baru tinggal bersama dalam waktu lima hari. Deva heran dibuatnya, Abim yang notabene putranya justru lebih akrab dan manja dengan Avi, bukan dengannya.

"Abim tuh pinter ya Kak, udah bisa bedain yang mana yang tulus menyayangi dia dan mana yang hanya terus mencukupi materinya tanpa dicukupi kebutuhan kasih sayangnya.."

Rara menyapa Kakak laki-lakinya yang sedang mengamati kebersamaan Istri dan putranya diam-diam. Belum sempat Deva membalas, Rara meninggalkan Deva sendiri menuju ruang makan.

"Abang mau mandi sama Ibu aja, gamau sama Mbak Imah.." Avi menghela napas pelan karena Abim sedang tidak mau menuruti perkataannya seperti biasa. Sepertinya anak laki-laki itu sedang benar-benar merajuk.

"Mbak Imah, nanti tolong ditata di meja aja ya begitu kira-kira bumbu ayamnya sudah meresap, saya tinggal dulu temenin Abim, terima kasih ya Mbak."

"Iya Mbak Avi, ini biar saya yang selesaikan."

Mbak Imah dibuat semakin kagum dengan menantu wanita pertama dan satu-satunya keluarga ini yang sangat baik dan santun itu. Abim dan majikannya benar-benar beruntung mendapatkan Avi sebagai anggota baru keluarga kecil mereka.

"Yuk Bang, mandi dulu.. Nanti ditunggu Eyang buat sarapan."

Avi tidak menduga ia dan Abim akan berpapasan dengan Deva -- suaminya -- begitu ia akan keluar dari dapur. Ia kira suaminya itu masih bersiap-siap karena jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan biasanya suaminya baru akan turun ketika jam menunjuk ke angka tujuh.

"Mas udah turun.." Avi yang masih kikuk ketika berada di satu ruangan yang sama dengan Deva hanya bisa menyapa suaminya dengan sekedarnya.

"Iya, saya haus."

"Ayo Ibu, Abang udah lapar.."

Avi kemudian mengalihkan perhatiannya dari suaminya ke arah putranya yang sudah tidak sabar ingin segera membersihkan tubuhnya itu. Avi kemudian meninggalkan Deva karena Abim sudah menarik tangannya. Padahal ia belum menanggapi suaminya.

"Abang, tadi kan Ibu lagi bicara sama Ayah, lain kali tunggu Ibu selesai bicara dulu sama Ayah ya, kalau begitu nggak sopan, Nak."

Avi memberi pengertian kepada putranya sembari menyisir rambut putranya yang sudah berpakaian rapi siap untuk berangkat ke sekolah. Abim yang merasa bahwa Ibunya sedang mengingatkannya hanya mengangguk setelahnya.

Avi tau betul, Abim merasa tidak nyaman jika berada di sekitar Deva. Dia merasa bingung bagaimana harus bersikap sementara Ayahnya jarang mengajaknya bicara. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara mengobrol dengan Ayahnya dan Avi yang harus berusaha untuk mengakrabkan keduanya. Avi hanya berharap ia bisa berhasil untuk yang satu itu, karena entah kenapa cukup sulit menyatukan keduanya.

"Wah, cucu Eyang sudah ganteng sekali, pasti wangi juga, coba Eyang Pa cium dulu.."

Aldrian Pratama menyambut cucu kesayangannya yang baru saja turun dengan Avi disampingnya. Avi menyapa kedua adik iparnya dengan senyum karena mereka juga sudah rapi untuk berangkat ke galeri dan ke kampus. Ya, adik ipar pertamanya nya Rara adalah seniman yang sudah memiliki sebuah galeri di daerah Jakarta Barat. Sedangkan adik ipar keduanya Nesya saat ini masih kuliah di salah satu kampus swasta di Jakarta mengambil jurusan Manajemen. Avi yang notabene anak bungsu sangat bahagia karena merasa memiliki dua adik saat ini.

"Mas mau roti atau nasi?"

       Avi yang melihat suaminya belum mengambil sarapan berinisiatif menawarkan sarapan yang diinginkan suaminya itu. Deva yang sedang melihat beberapa email masuk melirik menu sarapan setelah mendengar tawaran istrinya.

"Saya mau roti aja, nanti saya ambil sendiri."

       Avi yang merasa suaminya tidak menyambut baik tawarannya lantas mengambil sarapan untuk Abim dan dirinya sendiri. Suasana meja makan mendadak hening setelah Deva 'menolak' dilayani oleh istrinya.

🐛

Hello Semuanya!
How are youuu?

Back again di eps kedua ceritanya Avi dan Deva yang bikin geregetann. Ada yang pengen ngeplites Deva? Monggo silahkan mewakili Avi wkwkw

Hope you guys enjoy this storyy! Jangan lupa tinggalin jejak dan click ikon bintang di pojok kiri bawah yaa! 😍

See you guys!

🐛

(Un)Happy Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang