5 - Second Hello

48 12 26
                                    

Rilo... jatuh cinta pada Sierra.

Kalimat sederhana yang sedari tadi berputar di pikirannya.

Setiap ucapan dari Rilo di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah Kara masih diingatnya dengan jelas.

"Ketika pertama kali gue ngeliat Sierra, gue langsung terpana. She's so pretty. I don't think I've ever seen a woman as pretty as her. Gue gak bisa ngelupain wajahnya, apalagi senyumnya. Ini kali pertama gue merasakan hal ini ke seseorang, Kar. Dan karena ini pertama kalinya buat gue, semua perasaan itu campur aduk di gue. Gue excited banget, rasanya gue punya alasan yang lebih menyenangkan untuk ke kantor. Gue panik dan mungkin merasa takut, karena gue gak tau harus berbuat apa. As I said, this is my first time. Gue gak tau harus bagaimana mengatur perasaan dan juga ekspektasi gue. Gue gak tau bagaimana cara ngedeketin cewek. For God's sake I'm such an idiot in this thing. Tapi setidaknya gue lega, gue masih punya lo yang bisa bantu gue. Eh, lo bisa bantu gue... kan?"

Bukan hanya ucapan itu, Kara juga ingat dengan sangat jelas wajah Rilo yang terlihat sangat berseri-seri. Sisi Rilo yang belum pernah dilihat Kara sebelumnya. Dan tidak mungkin Kara menjawab 'tidak' atas pertanyaan yang Rilo ajukan tadi.

Kara tahu, seharusnya dia ikut bahagia. Rilo teman baiknya, satu-satunya orang yang mendukungnya di kantor. Mungkin, satu-satunya orang yang mendukungnya dalam hidupnya selama ini. Kara memang memiliki banyak teman dan banyak orang yang menyukainya. Namun, tidak ada yang bisa Kara anggap sebagai sahabat baiknya. Dan tidak ada juga yang menganggap Kara sebagai sahabat mereka. Hubungan Kara dan mereka hanya sebatas teman sekolah, teman kuliah, atau teman kerja.

Bagi orang lain, Kara hanyalah si gadis baik hati dan murah senyum. Gadis yang tidak segan membantu teman-temannya, serepot apapun dia jadinya. Gadis cerdas yang selalu mendapatkan peringkat teratas di kelasnya. Gadis yang mudah didekati tetapi sekaligus membuat orang segan untuk mendekatinya. Dan bagi sebagian orang, gadis yang kebaikannya bisa mereka manfaatkan. Toh Kara tidak pernah menolak untuk membantu mereka, dan tidak pernah terlihat mengeluh sedikitpun.

Kara sudah terbiasa dengan dua perlakuan terhadapnya: dimanfaatkan atau dikasihani.

Dan Rilo adalah orang pertama di kehidupan Kara yang tidak masuk dalam keduanya.

Kara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Tubuhnya terasa sangat letih. Sebenarnya ini hari pertama Kara bisa sampai di rumah sebelum jam 9 malam dalam dua minggu terakhir. Akhir-akhir ini dia harus bekerja lembur untuk membantu Devina mengurus proses rekrutmen beberapa karyawan baru di kantor. Kantor mereka akan melakukan launching produk baru sehingga membutuhkan banyak karyawan baru di beberapa posisi. Dengan kata lain, beban kerja departemen human resources sedang sangat tinggi. Kara berharap bisa mendapatkan tidur malam yang sangat dibutuhkannya. Namun sayangnya, otaknya masih menolak untuk beristirahat.

Ucapan Rilo sepanjang perjalanan tadi terus diingatnya. Kata demi kata. Setiap perubahan ekspresi wajah Rilo. Setiap senyum saat Rilo mengucapkan nama Sierra. Juga matanya yang seakan-akan ikut tersenyum. Kesimpulannya jelas. Rilo jatuh cinta pada Sierra.

Ya terus kenapa, kalau Rilo suka Sierra? She's pretty and charming. She suits him a lot. You should be happy Kar, temen lo akhirnya menunjukkan ketertarikan pada seorang perempuan, demikian ucap logikanya.

Namun, suara kecil di hatinya akan memberikannya sebuah pertanyaan yang belum bisa dijawabnya saat ini. But why does it hurt so much?

***

Sebuah pesan masuk di gawai Kara saat Kara sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Kara segera mengambil gawainya dari tas dan membukanya, tidak ingin membuat siapapun yang mengiriminya pesan menunggu. Apalagi jika itu berhubungan dengan pekerjaan.

Please Say NoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang