1 - Usual Day at The Office

96 22 31
                                    

Kara menekan tombol lift berulang kali, walau mengetahui hal itu tidak akan mempercepat apapun. Diliriknya jam tangannya, jam 9 pagi kurang 3 menit. Rapat akan dimulai tepat pukul 9 pagi dan lift yang ditunggunya masih berada di lantai paling atas.

Kara menggeleng, menyadari bahwa dia akan terlambat jika dia menunggu lift ini. Kara segera menuju tangga darurat dan bergegas menaikinya menuju lantai 3, tempat ruangannya berada. Kara mendekap erat dokumen yang dibawanya, dokumen yang dibutuhkan untuk rapat hari ini.

"Kara! Kok baru sampai sih?!"

Sapaan dari Cecil menyambut Kara yang sampai di ruangan departemen human resources dengan terengah-engah. Kara melirik jam tangannya. Tepat jam 9 pagi. Dia memberikan dokumen yang ada di tangannya itu kepada Cecil yang sudah menunggu.

"Sorry ya. Gue baru selesai jam 3 pagi tadi. Emailnya udah lo terima kan?"

"Udah kok. Thanks ya. Yuk masuk ruang rapat, yang lain udah di dalam."

Kara mengangguk lalu berjalan mengikuti Cecil memasuki ruang rapat sambil mengatur napasnya. Cecil mengambil tempat di depan untuk mempermudahnya mempresentasikan materinya, sementara Kara memilih kursi di paling belakang. Kara melihat ke sekeliling ruangan rapat dan tidak melihat Pak Rudi, sang managerdepartemen HR. Kara menghela napas lega, setidaknya rapat ini belum dimulai bukan karena dia yang terlambat hadir.

Lima menit berselang, Pak Rudi memasuki ruang rapat dan meminta Cecil langsung mempresentasikan materi yang sudah disiapkannya.

Materi yang gue siapkan, ralat Kara di dalam hati.

Cecil mengangguk lalu mulai mempresentasikan materi yang disiapkan Kara sampai pukul 3 pagi tadi. Cecil adalah pembicara yang handal dan sangat meyakinkan, tidak akan ada yang mengira bahwa apa yang dibicarakannya itu tidak dibuatnya sendiri. Presentasi dari Cecil membuahkan pujian dari Pak Rudi. Senyum lebar menghiasi wajah gadis itu.

Walaupun namanya tidak ada di dalam PPT ataupun disebut langsung oleh Cecil, tetapi Kara ikut tersenyum lega. Usahanya semalam setidaknya membuahkan hasil yang baik. Kara teringat ketika kemarin sore tepat sebelum dia pulang, Cecil dengan panik menghampirinya dan meminta bantuannya. Cecil tiba-tiba diminta Pak Rudi untuk mempresentasikan laporan hasil training karyawan, laporan yang belum sempat dibuatnya sama sekali. Masalahnya, Cecil tidak akan bisa membuat laporannya itu karena harus menjaga ibunya yang masuk rumah sakit. Tidak perlu banyak pertimbangan bagi Kara untuk setuju membantu Cecil. Walau itu berarti dia harus membawa pulang pekerjaannya dan kehilangan waktu tidurnya.

Kara baru merasakan gelombang kantuk yang hebat saat dia duduk di kursi kerjanya. Kepalanya pusing dan kelopak matanya terasa berat. Kara beranjak dari kursinya, memutuskan untuk membeli kopi untuk membantunya terjaga.

"Mba Kara mau kemana?" tanya Jeanny, anak baru di tim HR yang duduk di sebelahnya.

"Mau beli kopi di kantin bawah."

"Aku boleh nitip gak, Mba? Samain aja sama minumannya Mba Kara."

Cecil ikut menoleh ke arah Kara mendengar pembicaraan Kara dan Jeanny. "Eh, gue juga dong Kar. Titip green smoothies nya satu."

Satu per satu, pesanan titipan lain mulai berdatangan untuk Kara.

"Kasihan Kara dong harus bawa semua titipan kalian sendirian," cetus Bu Ambar, salah satu karyawan senior di departemen HR, yang sedang sibuk bekerja dari balik laptopnya.

"Ajak Si Priyo untuk bantu bawa aja, Kar," ucap Cecil yang dijawab dengan gelengan dari Bu Ambar. Priyo adalah pramu kantor di lantai 3 kantor ini, tempat departemen HR dan departemen IT berada.

Please Say NoWhere stories live. Discover now