"Iya, ini juga nanti sama bi Suni. Mas, udah, ya. Ini udah di WhatsApp sama mbak Nanda. Nanti takutnya bikin dia nunggu lebih lama." Maida mengambil tas Selempangnya lalu berjalan keluar kamar, manuruni tangga.

"Iya. Yaudah, kamu hati-hati. Assalamualaikum." Maida mematikan ponselnya setelah menjawab salam dari Aufar. Bi suni sudah siap untuk menemani Maida menuju rumah sakit.

Taksi juga sudah siap disana. Pak Gilang, yang seharusnya menjadi supir itu kini sedang mengambil cuti. Anaknya sedang wisuda, jadi ia tidak bisa mengantar kami kemana-mana.

"Rumah sakit Ibnu Sina, pak." Kata Maida berpesan kepada supir taksi itu. Supir taksi itu mengangguk. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 50 menit. Setelah bertahan didalam AC taksi itu, akhirnya pintu taksi terbuka.

"Makasih ya, pak. Hati-hati!" Ucap bi Suni setelah membayar taksi tersebut. Supir itu tersenyum mengangguk. Maida yang sedari tadi sudah menahan rasa mualnya itu hanya bisa tersenyum tipis.

Mual-mual seperti itu seringkali ia rasakan akhir-akhir ini. Mungkin akibat kehamilannya. Bi Suni menggandeng Maida ketika melihat wajahnya pucat.

"Ya Allah, non. Mukanya lho pucet banget. Masih kuat jalan, kan?" Tanya bi Suni membuat Maida mengangguk.

"Ini tadi, mungkin cuma kaget sama AC mobilnya. Saya gak suka bau lemon." Jawab Maida membuat Bi Suni mengangguk. Mereka akhirnya memasuki pintu rumah sakit tersebut.

Setelah menaiki beberapa lantai rumah sakit itu, akhirnya mereka sampai diruangan dimana dikursi tunggu itu sudah diduduki oleh gadis pemilik nama Nanda. Nanda tersenyum ketika melihat Maida datang.

"Katanya, tunggu sekitar lima belas menit lagi." Kata Nanda memberi informasi. Maida dan bi Suni mengangguk lalu duduk di kursi tunggu itu.

Pakaian Nanda sudah lebih sopan dari biasanya. Dia seperti menjadi orang yang berbeda.

"Gue deg-degan." Ucap Nanda membuat Maida tersenyum tipis. Sebenarnya, Maida memiliki perasaan yang sama.

"Iya, kalau gak deg-degan ya mati to, neng." Bi Suni menyahut membuat gelak tawa diantar mereka bertiga. "Gak gitu konsepnya, bi. Ini deg-degan nya lebih deg deg gitu." Jelas Nanda membuat Bi suni tertawa.

Setelah lima belas menit, akhirnya nama Nanda dipanggil oleh dokter yang bertugas. Maida hanya menunggu diluar karena Nanda lah yang memang harus mengambilnya. Setelah sepuluh menit, akhirnya Nanda keluar membawa beberapa berkas.

"Ini." Matanya sembab membuat Maida dan bi Suni mengerutkan kening. Dengan hati-hati, Maida mengambil berkas itu. Membukanya perlahan. Matanya berair ketika mendapati Kalimat, "probabilitas Aufar Farobi Abdullah sebagai ayah biologis dari anak yang dikandung oleh Reynanda adalah 0%".

"Bukan Aufar pelakunya." Nanda menghela nafas lalu mendudukkan dirinya dikursi lemah. Iya, lemah, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan janinnya. Janin yang tidak tahu siapa ayahnya. Maida menatapnya iba.

"Terus anak siapa ini!!" Nanda mengacak rambutnya kasar. Membuat Maida kebingungan apa yang harus ia lakukan. Maida mengelus punggung Nanda. Membuat gadis itu sedikit tenang.

"Udah, Lo buruan telepon Aufar. Kasihan, mungkin dia udah nungguin hasilnya dari tadi." Saran Nanda membuat Maida tersadar bahwa dia harus memberi kabar suaminya itu.

Maida mengambil ponsel nya didalam tas, lalu menelpon Aufar via video call. Teleponnya tersambung, namun tidak diangkat. Ia menelponnya berkali-kali namun, tidak juga diangkat. Ia tau, Aufar adalah tipe orang yang tidak suka mode silent di ponselnya.

"Kenapa?"

"Gak diangkat." Jawab Maida singkat.

"Coba Farez." Maida akhirnya menelpon nomor Farez. Sama, justru nomor Farez tidak aktif.

"Mereka lagi meeting, kali, ya?" Maida mencoba mengingat jadwal meeting mereka hari ini. Di jam ini, Aufar memang seharusnya beristirahat, bukan meeting. Mungkin, ponselnya sedang tidak bersamanya.

🍁🍁

Alhamdulillah, bisa up hari ini 😭

Setelah bergulat dengan kata-kata yang sangat susah untuk dituangkan.

Terimakasih buat kalian yang udah sempetin bacaa<3
Jazakumullahu Khairan Katsiran 🥰

Jangan bosen-bosen yaa!
Semoga sukaa!! Aamiin aamiin.

Jangan lupa bersyukur hari ini ❤️

FARNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ