Lembar Keempat

1.3K 266 40
                                    

(Y/n) terbangun karena sinar matahari yang memaksa masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu pun membuka matanya perlahan kala ia merasa sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhnya. Ia pun menyentuh bahunya dan kemudian ia mendapati sebuah selimut miliknya di tangannya.

Sebuah senyum mengembang di wajahnya. (Y/n) sudah menduga jika pelakunya pasti di antara Manjirou atau Shinichiro. Karena sangat tidak mungkin ayahnyalah yang menyelimuti tubuhnya ketika (Y/n) jatuh terlelap kala ia tengah belajar. Sudah berkali-kali gadis itu mengalami hal yang sama. Saat ini merupakan kejadian yang kesekian kalinya.

(Y/n) pun bangkit dari posisi duduknya. Akibat tidur semalaman dengan posisi yang membungkuk di atas meja belajar membuat tubuhnya terasa pegal dan kaku. Gadis itu pun memutuskan untuk melakukan gerakan-gerakan kecil sekedar hanya untuk merenggangkan ototnya.

Setelah dirasa pegalnya mulai menghilang, (Y/n) beranjak ke luar kamar. Ia menuruni tangga dan bergerak menuju dapur. Di dapur, punggung milik Shinichiro-lah menjadi pandangan pertama yang (Y/n) lihat. Lelaki itu tengah sibuk membuat sesuatu di sana.

"Nii-chan, apakah kau butuh bantuanku?" (Y/n) pun mendekat dan menawarkan bantuan. Seharusnya membuat sarapan merupakan tugas (Y/n) sebagai satu-satunya perempuan di rumah ini. Namun, entah mengapa hari ini justru Shinichiro-lah yang melakukannya.

"Sayangnya tidak ada, (Y/n). Kau duduklah di kursi meja makan. Biar aku saja yang melakukannya," jawabnya disertai senyuman hangat.

"Mengapa hari ini Nii-chan yang membuat sarapan?" tanya (Y/n) setelah ia duduk di kursi sesuai dengan perintah kakaknya.

"Kau terlihat lelah karena belajar semalaman. Maka dari itu, aku berinisiatif untuk melakukannya. Memasak bukan hanya tugas milik perempuan, 'kan?" Ia terkekeh.

Seketika (Y/n) tertegun. Shinichiro telah kembali berkutat dengan kegiatan memasaknya yang tertunda sehingga (Y/n) hanya bisa menatap punggung milik kakaknya dari belakang. Punggung yang tampak begitu tegap itulah yang selalu melindungi (Y/n) kala bahaya terjadi. Tidak hanya itu, Shinichiro pasti akan rela mempertaruhkan nyawanya untuk kedua adiknya.

Sebuah tangan yang melingkar di depan bahu (Y/n) seketika membuat gadis itu berjengit kaget. (Y/n) tahu dengan jelas siapa pelakunya karena saat ini Shinichiro masih sibuk memasak.

"Ohayou, (Y/n)."

Di telinganya, (Y/n) dapat merasakan geli ketika Manjirou mengucapkan selamat pagi untuknya. Gadis itu pun terkekeh lalu segera menyahuti sapaan kakaknya.

"Ohayou, Nii-chan," balasnya seraya tersenyum.

"Hari ini kita sarapan apa?" tanyanya seraya duduk di sebelah (Y/n) agar ia bisa memandangi potret (Y/n) dari samping dengan mudah. Karena menurut lelaki itu, (Y/n) terlihat lebih imut jika dilihat dari samping.

"Aku tidak tahu. Shinichiro Nii-chan tidak memberitahu tentang itu padaku," sahut (Y/n) apa adanya. Toh ia memang tidak tahu.

"Mari kita sarapan," ujar Shinichiro seraya membawa dua buah mangkuk ke hadapan mereka. (Y/n) pun segera turun tangan dan membantu.

"Tou-san tidak ikut sarapan?" tanya (Y/n) setelah membawa semua sarapan ke atas meja.

"Tou-san sudah berangkat pagi tadi. Katanya, ada sesuatu yang harus beliau urus sehingga membuatnya berangkat lebih pagi," jelas Shinichiro singkat.

"Berarti, Nii-chan sudah bangun sejak tadi pagi?" (Y/n) baru paham dan sadar.

Shinichiro terkekeh. "Ya. Aku tidak bisa terlelap kemarin malam."

Setelah mengucapkan selamat makan, mereka pun mulai menyantap sarapan bersama. Meskipun tidak ada sosok seorang ibu di antara mereka, namun tetap saja, kebahagiaan pasti terselip di setiap momen yang mereka habiskan bersama.

***

Penilaian tengah semester akan dimulai esok hari. Selama dua minggu belakangan ini, (Y/n) selalu menghabiskan waktunya untuk belajar. Ia bahkan mengurangi memainkan ponselnya. Ponselnya pun ia gunakan hanya ketika ia ingin mencari tahu tentang sesuatu yang tak ada di buku paketnya. Selebihnya, waktu luangnya ia gunakan untuk belajar.

Malam ini pun masih sama. (Y/n) mengulang kembali materi yang telah ia pelajari. Segelas kopi yang masih cukup hangat telah tandas sejak beberapa jam yang lalu. Tujuannya adalah agar ia tidak jatuh tertidur ketika otaknya masih ingin mengulang pelajaran sebagai persiapan ujian esok hari.

(Y/n) menopang dagunya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya sibuk mencatat materi yang telah ia hafalkan ke atas kertas kosong. Selalu begitu selama beberapa puluh menit. Hingga pada akhirnya, (Y/n) pun menutup buku pelajarannya dan mematikan lampu belajarnya. Meskipun belajar itu penting, namun tidur juga merupakan hal yang cukup penting. Materi yang ia pelajari akan menjadi sia-sia jika gadis itu tidak tidur dengan cukup.

"Kau masih belajar?"

Bersamaan dengan suara pintu yang dibuka, suara itu pun menyapa telinga (Y/n). Ketika ia menoleh, gadis itu mendapat Manjirou berdiri di ambang pintu. Di tangannya terdapat sebuah mug.

"Aku baru saja selesai belajar," jawab (Y/n) seraya bangkit dari duduknya dan mendekati sang kakak.

"Tidurlah. Hari sudah malam. Kau juga perlu tidur, bukan?" Manjirou mengusap lembut surai adiknya. Lalu, ia pun mengacak-acaknya dan dihadiahi delikan mata (Y/n). Meskipun demikian, (Y/n) tidak bisa marah kepada kakaknya.

"Aku baru saja membuat segelas susu cokelat kesukaanmu. Kau mau?" tawarnya.

(Y/n) pun mengangguk. Ia menerima mug yang disodorkan oleh Manjirou. Setelah mengucapkan terima kasih, lelaki itu melangkah pergi seusai melemparkan senyuman hangat kepada (Y/n).

Langkah kaki (Y/n) berhenti di tepi tempat tidurnya. Sejenak, ia memandangi mug berwarna putih gading yang dihiasi oleh sebuah kalimat "I always be with you" itu.

Bibir (Y/n) menyesapnya perlahan. Rasa hangat seketika mengalir di kerongkongannya dan merambat hingga ke perutnya. Bersamaan dengan perasaan bahagia yang membuat senyumnya mengembang.

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Sano Manjirou a.k.a. MikeyWhere stories live. Discover now