Lembar Pertama

2.1K 340 133
                                    

(Y/n) mengacak-acak surainya sendiri. Pasalnya, sejak beberapa belas menit yang lalu ia masih belum bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kalimat pertanyaan yang sama sejak tadi ia baca berulang kali. Namun, otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih untuk mencari jawaban yang tepat.

Mengingat dengan keberadaan kakaknya di sebelah kamarnya, (Y/n) pun bangkit dari duduk. Ia membawa buku tulisnya serta pensil dan penghapus.

Setibanya di depan pintu kamar kakak laki-lakinya, gadis itu mengetuk perlahan pintu di depannya. Setelah ketukan pintu dibunyikan sebanyak tiga kali, masih belum ada sahutan apa-apa dari dalam ruangan itu.

(Y/n) yang merasa heran karena seharusnya kakaknya berada di rumah—dikarenakan hari ini adalah hari Minggu—akhirnya ia pun menekan kenop pintu itu. Pintu yang ternyata tidak dikunci itu pun dapat dibuka dengan mudahnya.

Gadis itu melangkah masuk ke dalam. Mengedarkan manik hitam miliknya ke area kamar kakaknya itu. Namun, nihil tidak ada siapapun di dalam sana.

"(Y/n), ada apa?"

(Y/n) sontak berjengit kaget ketika mendengar suara bariton di belakangnya. Manjirou, kakak laki-lakinya, tampak berdiri dengan tegap. Tangannya mengusap-usap surai pirangnya yang tampak masih basah.

"Ini. Ada yang ingin kutanyakan pada, Nii-chan," ujar (Y/n) seraya mengangkat buku tulis di tangannya.

"Fisika lagi?"

(Y/n) terkekeh. "Ya. Tolong ya, Nii-chan."

Setelah mengatakan itu, mereka beranjak dari kamar Manjirou menuju ruang tengah. (Y/n) duduk di dekat kotatsu. Manjirou pun duduk di hadapan (Y/n). Ia melipat tangannya di atas kotatsu.

"Jadi, apa yang kau ingin tanyakan?" tanya lelaki itu.

"Ini. Tentang parabola." (Y/n) menunjuk soal yang tertera di buku tulisnya.

Manjirou membaca sejenak kata-kata yang tertera di atas buku itu. Ia tampak berpikir sebelum akhirnya mulai menulis sesuatu di atasnya. Setelah selesai, ia pun mengembalikannya pada (Y/n).

Gadis itu menerimanya. Ia membacanya sejenak sebelum menatap kagum ke arah kakaknya yang sedang tersenyum kepadanya.

"Bagaimana caranya Nii-chan menemukan jawabannya secepat itu?" tanyanya takjub dan kesal di saat yang bersamaan. Takjub karena kakaknya bisa menemukan jawabannya dalam waktu singkat dan kesal kepada dirinya sendiri karena terlalu payah dalam Fisika.

"Mudah saja. Kau hanya perlu mencari tahu besar sudutnya terlebih dahulu. Lalu..." Kemudian mengalirlah penjelasan dari Manjirou yang disimak baik-baik oleh (Y/n).

"Oh... begitu. Aku sudah paham. Terima kasih, Nii-chan!" (Y/n) tersenyum lebar.

"Kembali, (Y/n)." Ia mengusap surai milik adiknya dengan penuh kasih sayang. "Jika ada hal lain yang kau butuhkan, beritahu padaku, oke?" pesannya.

Anggukan kepala (Y/n) yang semangat membuat Manjirou menyunggingkan senyuman hangat. Ia merasa senang bisa diandalkan oleh gadis itu.

***

"Nii-chan! Ulangan Fisika-ku kemarin mendapat nilai sembilan puluh!"

Seruan itu membuat Manjirou menoleh ke belakang. Tepat ke arah (Y/n) yang baru saja pulang dari sekolah. Manjirou memang pulang lebih dahulu dikarenakan (Y/n) mengikuti kegiatan OSIS. Dan hari ini OSIS akan mengadakan rapat sepulang sekolah. Sebelumnya, Manjirou berniat untuk menunggu (Y/n). Tetapi, gadis itu menyanggahnya dan menyuruh kakaknya pulang lebih dahulu dengan dalih rapat OSIS kali ini akan berlangsung sangat lama.

"Kau hebat, (Y/n). Aku bangga padamu." Lagi-lagi, Manjirou mengacak-acak surai adiknya. Membuat si pemiliknya cemberut seketika. Namun, tak dapat dipungkiri, saat ini ia merasa bahagia karena hal itu.

"Ada apa?"

Suara bariton milik seseorang di belakang mereka mengalihkan atensi mereka ke orang itu. Shinichiro berdiri di sana masih dengan jas yang melekat di tubuhnya.

"Okaeri, Shinichiro Nii-chan!" sambut (Y/n) antusias.

Gadis itu langsung melompat dari atas sofa—yang membuat Manjirou serta Shinichiro tampak terkejut secara bersamaan—untuk menghampiri kakak laki-lakinya yang paling tua itu.

"Tadaima, (Y/n)." Lelaki itu tersenyum hangat. Mengusap kepala (Y/n) dengan lembut, lalu menanggalkan jas yang ia kenakan.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Manjirou. Ia ikut menghampiri kakaknya itu.

"Cukup lancar. Bagaimana dengan sekolah kalian?" tanyanya balik setelah jasnya diambil alih oleh (Y/n).

"Baik-baik saja," sahut Manjirou.

"Aku mendapat nilai sembilan puluh di ulangan Fisika kemarin!" seru (Y/n) bersemangat.

"Benarkah? Kau memang pintar, (Y/n)." Shinichiro tersenyum simpul.

Senyum (Y/n) kian melebar. "Ya, itu karena Manjirou Nii-chan sempat mengajarkanku sebelumnya," jelasnya singkat.

Shinichiro berganti menatap ke arah Manjirou. Yang ditatap pun menatapnya balik dengan senyum samar di wajahnya.

"Kalau begitu, aku pergi mandi dulu," pamit (Y/n) sebelum beranjak pergi dari sana dan meletakkan jas milik Shinichiro ke tempat pakaian kotor.

Tanpa gadis itu sadari, kepergiannya diiringi oleh tatapan kedua kakak laki-lakinya. Disertai pikiran mereka yang ternyata sama.

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Sano Manjirou a.k.a. MikeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang