"Gue, kan udah bilang tadi buat pake baju panjang aja." Gio mengomel sembari membuka jaket yang cowok itu kenakan lalu menyampirkan-nya ke pundak Cella.

Cella cengengesan. "Gue pikir gak akan sedingin ini, kan."

Kendra yang baru saja selesai mengeluarkan beberapa koper dari dalam mobil di bantu oleh Leo dan sopir-nya tersenyum melihat perhatian yang Gio berikan kepada Cella.

Pria yang sudah berkepala empat itu menghampiri keduanya. Membantu Cella memakai jaket setelah sebelumnya naomi sudah di ambil alih kembali oleh Gio.

Sedangkan Leo hanya tersenyum tipis. Tak lama setelah itu sepasang suami-istri datang menghampiri membuat Leo dengan sikap menyalimi keduanya diikuti oleh Gio dan juga Cella.

"Malem banget ke sini-nya," ucap Senja - wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu tersenyum hangat.

"Iya, tadi mampir dulu bawa kucing Cella. Oh iya, apa gak ngerepotin ya kalau Cella bawa kucing?" tanya Kendra.

"Ya enggak, lah. Nanti Cella bisa titip kucingnya ke mbak Ratih, pembantu di rumah," balas Senja membuat Elang yang berada di sampingnya mengelus rambutnya lembut. Keduanya benar-benar terlihat serasa Kendra perhatikan.

"Syukurlah kalau begitu. Sori banget gue gak bisa lama-lama di sini, harus buru-buru balik lagi, gue bawa penerbangan malam ini," ucap Kendra.

Elang mengangguk. "Kalau gitu hati-hati, gak usah khawatir sama anak-anak. Gue jamin mereka nyaman dan aman di sini."

"Gue percaya sama lo." Setelah mengucapkan itu Kendra menoleh menatap Cella yang matanya terlihat berkaca-kaca hendak menangis.

"Janji, Papa cuma dua minggu kok di sana, jangan ngerepotin Tante Senja dan Om Elang ya?" Kendra membawa Cella ke dalam pelukannya.

"Janji ya cuma dua minggu, kalau lebih, Cella marah sama Papa!" ucap Cella merajuk di dalam pelukan sang Papa. Tangannya memeluk erat tak ada niatan untuk melepaskan pelukannya.

Kendra terkekeh mendengar ucapan Cella. "Iya-iya." Kendra melepaskan pelukannya. "Kamu tuh gak percayaan banget sama Papa." Kendra menarik pelan hidung mancung Cella yang memerah.

"Udah-udah jangan nangis, Papa pulang lagi kok," ucap Kendra sembari mengusap air mata yang keluar dari sudut mata anak gadisnya.

"Kok nangis sih? Papa gak bisa pergi loh kalau kamu nangis terus gini," ucap Kendra. Melihat Cella menangis karena tidak ingin dirinya pergi membuat Pria itu terasa berat untuk meninggalkan-nya.

Cella menarik ingus yang hendak keluar dari hidungnya. "Iya-iya Cella gak nangis." Cella melepaskan tangan Papa-nya yang masih membingkai wajahnya.

Yang menyaksikan terlihat sedih sekaligus ingin tertawa melihat Cella yang seperti anak kecil.

"Lang, gue titip anak-anak gue ya," ucap Kendra.

"Tenang aja, hati-hati. Kabarin gue kalau udah sampe, biar anak-anak gak khawatir."

Kendra menganggukan kepalanya. Menatap Cella kembali untuk memastikan gadis itu tidak menangis. Setelah yakin, Kendra melangkah memasuki mobilnya setelah sebelumnya dibuka, kan pintu oleh sopirnya.

Cella melambaikan tangannya dengan wajah yang cemberut hendak ingin menangis kembali. Melihat itu, Gio merangkul pundak Cella.

"Gak biasa-nya lo lebay gini," celetuk Gio. Satu tangannya ia gunakan untuk memegang kucing dan satunya ia gunakan untuk menepuk-nepuk pundak Cella guna memenangkan gadis itu membuat Cella mencebikkan bibirnya saja sebal.

Setelah mobil Kendra menghilang dari pandangan, Senja langsung saja menghampiri Cella. "Ayo masuk, udaranya dingin," ucapnya.

Mendapati ajakan Senja yang terdengar hangat membuat Cella tersenyum. Gadis itu mengangguk lalu melangkah bersama Senja terlebih dulu sedangkan Elang membantu Leo dan Gio membawa koper.

Titan: Bad Tempered Where stories live. Discover now