DI

335 158 56
                                    

.
Rapat

Dia Ken Cakrawala. Panggil aja Ken. Anak pertama dari dua bersaudara, Ayahnya Wiliam Cakrawala, Ibunya Martha dan Adiknya Yovika Cakrawala. Karakter tokoh yang sudah banyak orang tau, pemalas, nakal dan tengil. Bedanya cowo ketua tim Bola Volly ini mengikuti hampir semua organisasi yang ada di sekolah.

Di mulai dari OSIS yang menjadi Seksi Keamanan, Sispala yang menjadi Sekertaris 1, Pramuka yang masih menjabat sebagai Pradana sejak kelas sebelas. Paslah yang masih aktif melatih junior-juniornya dan sebagai anggota Palang Merah Indonesia (PMR).

Remaja 18 tahun ini juga mengusai berbagai bidang olahraga, dari sepak bola, bola volly, bulu tangkis, takraw bahkan tenis meja. Bisa di bilang ia tak kompeten dalam satu cabang olahraga. Tapi, siapa sangka? Justru ia pernah membawa nama SMAN 01 Myeonelis ke Tokyo dalam perlombaan tenis mejanya. Ia juga masuk dalam TIMNAS di cabang bola volly sebagai generasi penerus bangsa.

.

"Gak bisa gitu dong! Kita aja belum tau ini murni bunuh diri atau gak!"

Dan suasana ruang rapat osis kini ricuh. Di mulainya dengan Stella yang tak terima opini dari Arthur—Ketua Osis sekarang.

"Terus apa sih?" Dan Yumna mulai geram.

Terkumpulnya semua ketua dari berbagai organisasi ini hanya untuk satu tujuan yang abu-abu. Apa lagi kalau bukan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi 'kan? Di pandu oleh Bapak Hery S.Pd., dan Ibu Mila S.Sos. Bu Mila yang berdiri di kursi paling ujung dan Pak Hery yang sibuk menyatukan opini untuk sebuah peluang yang memungkinkan.

"Kalian saya kumpulkan di sini bukan untuk beradu mulut, paham!" dan akhirnya Ketua Osis dari kelas 11 Bahasa 2 bersuara.

Lea menghela napas "Sia? Argumen lo?"

Si ketua teater itu gelagapan sendiri "Aku juga?"

"Bisa fokus sedikit gak sih, Si?!"

Cewe berhijab itu berdehem sejenak, merapihkan jilbabnya dan menepatkan tangannya di atas meja panjang besar itu. "Aku gak tau pasti lah. Tapi kalau di pikir terus-terus, untuk apa Yovi mahu bunuh diri di sini? Kenapa tidak di tempat senyap?"

"Caper?" Levi—ketua PMR menambahkan.

"Mengapa juga mahu perhatian di sekolah ini? Apa gak malu?"

"Lo ngomong apa sih anjing! Ya jelas malu lah! Make nanya lagi!" Dan perempuan yang satu ini tak bisa kalau tak ngegas.

Bu Mila bertepuk tangan guna mencuri perhatian mereka. "Oke, kalo kalian ingin nyelesain masalah, harusnya kalian tau ... kalian ini mau nyelesain masalah apa?"

Sayangnya Lea tak fokus kali ini. Pikirannya terpenuhi oleh beberapa cuplikan tawa dan tangis wajah yang hampir setiap hari datang menggangggunya.

"Lo tau Le, gue udah susah payah ngomong sama dia!"

"Di mulai dari pernyataan 'kenapa seseorang melakukan sesuatu? Kalian tau maksud saya? Questions like 'why are you eating?"

Dan ketua-ketua hebat itu mulai bergulat dengan pikirannya.

"Gak tau lah Bu! Otak saya gak nyampe!" sahut Limo—ketua tim Koperasi.

EKSKUL | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang