THE MOON - 2

1.8K 279 84
                                    

THE MOON - 2

satu minggu penuh jeno dinyatakan koma setelah operasinya berhasil. Jongin hanya bisa menunggui jeno, mengganggam tangan putranya itu dan berharap putranya akan membuka mata dan tersenyum padanya lagi.

Jongin hanya bisa berharap jika jeno akan bangun dan menceritakan semuanya. Menceritakan bagaimana harinya saat dia ada di asrama. Bagaimana teman-temannya dan apa yang sebenarnya terjadi hingga jeno berakhir seperti ini.

Jongin mengusap tangan jeno pelan sambil melihat wajah tampan jeno yang kini terlihat pucat dan menyedihkan. Jongin gagal menjaga putranya. Jongin merasa benar-benar gagal.

Jongin kaget saat tiba-tiba beberapa orang datang membawa beberapa kotak besar dan memberikan jongin sebuah surat. Surat yang menyatakan jeno dikeluarkan dengan alasan tidak jelas dan kotak-kotak itu adalah semua barang jeno yang ada di asrama miliknya.

Jongin tak bisa berbuat apapun dan hanya menerima semuanya. Jongin kembali menangis karena impian jeno harus terhenti. Perjuangan jeno berakhir begitu saja. Seharusnya jika seperti ini dulu jongin menghentikan jeno. Menghentikan perjuangannya sebelum jeno terluka seperti hari ini.

Jongin menggenggam erat surat yang sekolah jeno berikan. Jika jongin punya banyak uang orang-orang akan menghormatinya. Jika jongin punya banyak uang, jeno tidak akan berakhir seperti ini.

Seketika penyesalan menyerang jongin. Seharusnya dulu jongin tidak perlu pergi saat dia hamil. Seharusnya jongin tidak membesarkan jeno seorang diri. Andai, andai dan andai. Hanya itu yang terpikirkan oleh jongin.

Jika jongin punya banyak uang ketidak adilan ini akan terbongkar dan alasan kenapa jeno terbaring disini menjadi jelas. Haruskah jongin menggunakan cara ini? Benar-benar menggunakan satu-satunya hal yang menghubungkannya dengan seseorang dimasa lalunya?

Jongin melihat jeno yang terbaring diam tak bergerak sama sekali. Apakah ini saatnya? Apakah ini saat yang tepat untuk jongin? Bolehkah jongin berharap demi putranya?

Jongin mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai mendial sebuah nomor yang dari dulu hingga hari ini jongin ingat dikepalanya dengan baik. Nomor orang yang begitu berharga untuk nya yang menganggapnya berharga juga.

"Halo? Ini siapa?" Ucap seseorang diseberang sana dengan nada heran yang terdengar jelas.

"Halo? Jika tidak ada yang akan dibicarakan aku tutup. Selamat siang" Sambung suara di seberang sana.

"Sehun..." Panggil jongin dengan suara bergetar yang menyedihkan.

"..."

"Sehun, ini aku. Jongin. Kim jongin. Kamu masih ingat aku?"

"Jongin, Jongin. Akhirnya kamu menghubungiku jongin. Kamu dimana? Kenapa menghilang jongin?" Tanya beruntung seseorang bernama sehun dari seberang sana.

"Sehun, anakku... Anak kita... Dia terluka sehun" Ucap jongin sambil menangis.

"Apa maksudmu? Jangan katakan jika"

"Anak kita sekarat dan aku tidak bisa berbuat apapun sehun" Gumam jongin lengkap dengan isakan sedihnya.

"Aku akan datang. Tunggu aku jongin" Ucap orang diseberang sana sebelum telpon tertutup dan jongin kembali menangis.

Menangisi ketidak becusannya dalam menjaga jeno, kembali menangisi kelalaiannya menjaga putranya.

🐻🐻🐻

"Park chanyeol!!!!" Teriak sehun dari dalam ruangannya dengan nada super panik yang kentara. Hingga seorang pria tinggi berlari mendekati meja besar tuannya dengan langkah tergesa-gesa.

THE MOON (END) Where stories live. Discover now