Pendapat

547 177 242
                                    


Waktu begitu cepat berlalu, hanya memasak ala kadarnya saja sampai memakan waktu 1 jam. Sepertinya, perkataan Beomgyu yang bilang kalau aku ini wanita idaman hanya real gombalan semata buktinya aku tidak jago memasak. Terdengar suara azan berkumandang aku duduk mendengarkan dan menjawab setiap panggilan Tuhan tersebut, karena seingatku dulu, memang harus begitu ketika mendengar azan. Layaknya kita ketika di panggil orang kita harus menjawabnya apalagi ini panggilan Tuhan untuk menuju kemanangan atau kejayaan.

Setelah membereskan dapur aku pergi ke kamar untuk mengompres Ella, badannya sangat panas. Aku mengambil termometer di tasku dan mengukur suhu tubuhnya dan benar saja suhu tubuhnya mencapai 39° c. Aku meraba perut Ella dan menepuk-nepuknya dia juga kembung. Mungkin ini efek tangannya yang luka dan tidak makan dari kemarin sore.

Setelah melaksanakan salat subuh aku mengaji sebentar, ya ... sekitar 15 menit. Setelah itu aku melirik kearah Ella dan menggenggam tangannya yang masih terasa panas.

"Dek ... bangun dulu sayang yuk minum obat dulu," ucapku dengan lembut sambil mengambil satu strip obat paracetamol dari tasku.

"Dede ...  hey bangun yuk minum obat dulu biar cepat sembuh," ucapku sekali lagi karena Ella tak bangun.

"Adekku ... cintaku ... sayangku ... emes-emesku ... bangun yuk,  minum obat nanti tidur lagi," bujukku agar Ella bangun.

"Gak mau ah obatnya pasti pait kaya kehidupan," tolak Ella sambil berbalik membelakangi ku dan memeluk guling.

"Lho namanya juga obat dek," jelasku sambil mengelus-ngelus punggung Ella.

"Yaudah deh nanti kalo kamu mau minum obat, nanti kakak kasih hadiah kamu mau apa?" Ucapku mengimingi-imingi Ella agar mau minum obat.

"Gak," jawab Ella singkat, padat, dan jelas.

"Dede mau apa? Cokelat? Keju? Atau apa? " Tanyaku lembut sambil meraba pipi Ella yang terasa semakin panas.

"Dede kan udah bilang ke Kak Icel mau apa, lupa ya? Dahlah males sama Kakak mah. Dasar pelit, " rengeknya dengan manja dan sangat pelan bahkan aku hampir tak mendengarnya.

"Hp? Maksud kamu Dek?" Tanyaku kepada Ella dengan nada yang masih tetap lembut. Namun ia hanya mengangguk untuk jawaban nya

"Oh yaudah nanti kita beli ya sayang ya ... sekarang ayo minum obat yuk anak cantik ... anak sholeha ... anak pintar ... anak baik." Bujukku sambil membuka kemasan obat dan mengambil air yang ada diatas meja di samping tempat tidur.

"Janji nih?" Ella membalikkan badannya dan mengajakku untuk janji kelingking. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku adik kecilku ini sambil melakukan hal sama dengan nya. Setelah Ella minum obat dia langsung kembali ke posisi semula dan aku hanya bisa pasrah dengan sikap dan egoisme adikku ini.

Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukkan waktu pukul 6 pagi dan aku memperkirakan kalau Ella harus turun panas kurang lebih pukul 7 nanti. Aku keluar dari kamar Ella dan menutup pintunya dengan perlahan aku tak mau mengganggu waktu istirahat adik kecilku itu.

Keluar dari kamar aku melihat keadaan rumah yang berantakan. Lantai kotor, baju belum di lipat, cucian 1 ember, piring kotor di mana-mana. Mataku sakit jika melihat rumah berantakan begini. Aku pun mulai membersihkan rumah ini walaupun dengan sangat mengantuk tapi aku tidak mungkin tidur dengan keadaan rumah begini, gak enak sama abah dan emma, terlebih lagi aku cucu perempuan yang sudah dewasa.

30 menit berlalu, aku sudah selesai membersihkan rumah dan baru saja selesai mandi, mataku agak segar rasanya seketika setelah mandi, walaupun aku belum tidur sama sekali. Aku duduk di sebelah Ella yang sedang tidur terlentang di kasur. Tangan kanannya berada diatas bantal, kepalanya berada diatas guling dengan posisi tubuh yang sedikit melengkung. Menurutku ini sangat lucu sekali, aku mengambil ponselku u dan segera memotretnya lalu mengunggahnya di  instagram story.

Life | Giselle ✔Där berättelser lever. Upptäck nu