Arga tersenyum kecil saat mendengar suara Naura yang bernyanyi di dalam sana, ia tau wanitanya ini tengah asik berendam. Arga membuka jasnya lalu melonggarkan dasi yang sedari tadi mencekik lehernya. Acaranya hari ini sudah selesai, ia benar-benar lelah dan kini waktunya Arga beristirahat. Alih-alih pulang ke rumah, ia malah menunjukkan foto selfienya dengan Naura pada pihak hotel untuk memberitahu mereka bahwa Arga dan Naura adalah sepasang kekasih sementara Arga juga mengatakan kalau Naura sedang keluar dan membawa kartu aksesnya sehingga Arga tidak bisa masuk ke dalam. Tentu saja Arga memerlukan kartu akses tambahan hingga akhirnya pihak hotelnya memberikan apa yang diinginkannya dan voila! Arga berhasil berbaring di atas ranjang yang nyaman ini tanpa menimbulkan masalah.

Ia terkikik jahil sebelum memijat pelipisnya, menutup mata dan kemudian terlelap.

****

Air hangat memang punya kekuatan magis yang menenangkan setiap orang termasuk Naura. Ia sudah berendam cukup lama dan sepertinya Naura harus mengakhiri kegiatannya saat ini juga, namun Naura baru teringat sesuatu, ia sama sekali tidak membawa pakaian untuk ganti. Ya Tuhan. Masa iya Naura memakai lagi pakaiannya yang tadi? Salah dia juga kenapa langsung check in ketika di samping hotelnya saja ada Mall yang menyediakan banyak toko pakaian. Dasar bodoh!

Satu-satunya yang bisa membantunya saat ini hanyalah Dita. Ia bisa meminta Dita untuk membawakan beberapa pakaian untuknya, ya ... lebih baik lagi jika Dita bisa menemaninya menginap di sini. Naura mengenakan bathrobe yang disiapkan oleh hotel, ia sudah merasa lebih segar sekarang. Rambutnya juga sudah selesai dikeringkan dengan hair dryer yang tersedia di sana.

"Ah segarnya," ucapnya sambil melemparkan tubuhnya diatas ranjang. Namun ia terdiam sejenak, matanya melebar saat ia merasakan ada hal yang aneh di ranjangnya. Naura menggerakkan kepalanya pelan-pelan dengan penuh kewaspadaan. Ia menarik selimut tebal putih yang berada di sampingnya.

Suprise!

Seperti dikirim hadiah dari langit, ia melihat sosok Arga yang terngah tertidur pulas di sampingnya. Arga? Ya Tuhan. Serius? Arga? Kenapa dia bisa masuk ke dalam kamarnya?

Alih-alih berteriak karena terkejut, Naura malah tersenyum karena melihat ketenangan Arga dalam tidurnya. Hey Naura! apa yang kamu pikirkan sekarang?

Seharusnya Naura tersadar dan membangunkan Arga lalu mengomelinya atau sekedar menuntut penjelasan bukan? Tetapi yang terjadi adalah... Naura malah menatap jelas pria yang tengah ia sukai ini. Perlahan jari-jarinya mengusap lembut pipi Arga yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuat Arga semakin terlihat manly. Hidung mancung milik Arga yang berdiri kokoh itu bahkan berkali-kali ia kecup dengan singkat. Dimabuk asmara! Itu yang Naura rasakan sekarang.

Sepertinya Naura sudah tak mampu mengendalikan dirinya lagi, hatinya, pikirannya, bahkan tubuhnya seolah berteriak menginginkan Arga sekarang. Naura menggigit bibirnya dengan keraguan dalam hatinya. Tangannya malah bergerak dan mulai membuka kancing kemeja Arga satu persatu hingga dada bidang milik Arga mulai terlihat sedikit demi sedikit. Astaga! Naura sudah gila?

Ia menelan ludahnya. Tangannya gemetar namun Naura sudah berjalan cukup jauh hingga ia merasa kalau berhenti bukanlah langkah yang tepat sehingga Naura membuka lagi satu kancing kemeja Arga yang terakhir. Namun tiba-tiba tangannya dicengkram oleh Arga. Pria itu bahkan menariknya hingga membuat kedua telapak tangannya benar-benar berada di atas dada Arga yang masih terbaring di ranjang. "Kamu mau godain aku?" tanya Arga dengan matanya yang masih terpejam membuat wajah Naura seketika memerah sementara matanya terbelalak sedang laju jantungnya sudah berdebar tak karuan.

"Hanya aku saja yang membuka kancing? Bagaimana denganmu?" tambah Arga.

Naura tersadar dengan tubuh polosnya yang hanya ditutupi oleh bathrobe yang kini bahkan kampir memperlihatkan belahan dadanya karena posisinya hampir menindih Arga.

"Kamu nggak tidur ya?!" pekik Naura. Kepanikan jelas terdengar dari suaranya. Tapi lebih dari itu, ia merasa dibohongi. Naura berusaha melepaskan tangan Arga yang memegang kuat tangannya.

"Gimana aku bisa tidur ketika perempuan disampingku ini terus saja menggodaku?" jawab Arga menarik lengan Naura hingga tubuhnya kini berada dalam dekapan Arga. Jarak wajah mereka begitu dekat, bahkan sangat dekat. Arga bisa saja dengan cepat melahap tubuh kecil Naura saat ini. Arga tersenyum, "Kamu nggak pake apa-apa kan?" tanya Arga karena merasakaan sesuatu yang aneh.

"Nggak usah mikir yang iya-iya! Aku lagi nunggu Dita bawain baju!" Jawab Naura merapatkan lengannya pada dadanya. "Sejak kapan kamu di sini? Kenapa bisa masuk?"

Arga menatap Naura, lagi-lagi ia tersenyum. "Kalau diceritain panjang banget, gimana kalau ceritanya di sini, sambil duduk di pangkuan aku," goda Arga seraya membenahi posisinya untuk duduk dan menepuk pahanya.

Apa-apaan!

"Kamar ini luas kali, sofa aja ada tiga," kilah Naura.

Arga tergelak. Tawanya bahkan bertambah kencang ketika ia menatap ekspresi bodoh Naura. Pria itu menatap Naura dan mencubit pipinya dengan gemas.

"Apa sih ah! Cubit-cubit!" gerutu Naura.

Kali ini Arga tersenyum. Ia menatap Naura dengan sorot matanya yang teduh NAMUN pandangannya terasa berbeda, lebih dalam dari tatapan biasanya. Tangannya perlahan terulur untuk mengusap lembut pipi Naura, Arga mendekat. Ia masih menatap Naura yang kini menatapnya. Wajahnya semakin mendekat, Naura bahkan menutup matanya—kalau-kalau Arga akan meraup bibirnya saat ini juga. Sayangnya Arga tidak menyentuh bibirnya yang membuat Naura kembali membuka matanya dan akhirnya terkesiap karena merasakan kecupan kecil di daun telinganya hingga membuat tubuh Naura sedikit merasakan sengatan listrik karenanya.

"A—Arga kamu ng--ngapain?" tanya Naura tiba-tiba.

Arga tidak menjawabnya. Bibirnya malah turun ke bawah telinga Naura hingga Naura menggerakkan sedikit tubuhnya, namun Arga menahannya dengan memegang bahunya. Tangan Arga yang terbebas bahkan sudah meraih bahu polos Naura di balik bathrobe dan menyentuhnya dengan pelan, membuat Naura kembali bergidik karena sentuhannya.

Tangan Naura bergerak gelisah di bahu Arga. Ia meminta jeda waktu pada Arga hingga pria itu menatapnya. Naura bahkan terkejut dengan tatapan Arga yang sudah menggelap dari sebelumnya.

"Ki—kita m—mau—"

Naura bahkan tak bisa melanjutkan ucapannya dengan jelas. Ia memejamkan mata untuk menenangkan dirinya. Kecupan kecil ia terima di keningnya, membuat Naura menatap Arga dalam-dalam.

"Ka—karena udah begini. Kita—Arga—aku—maksud aku—kita bakalan—"

"Seperti ucapanku sebelumnya, hanya jika kamu mau," kata Arga.

Sekarang, keputusan ada di tangan Naura. Namun Naura sendiri dalam petaka karena ia juga tidak bisa menentukan apa-apa. Sebagian dari dirinya menolak Arga mentah-mentah sementara sebagian lagi mendambakannya hingga tersiksa. Bedebah! Dilema macam apa ini?! 







To Be Continue

******

3 SOMETHING ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang