I Can Feel the Pain, Can You?

1.1K 173 31
                                    









️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
Tiga hari berlalu, tidak ada komunikasi diantara Rosé dan Jennie. Dari kedua pihak pun tidak ada yang ingin memulai pembicaraan atau bahasa sekarang lebih dikenal chat duluan.

Keadaan Ryujin juga membaik, dia sudah diperbolehkan pulang ke apart. Tapi jangan lupa, dia juga masih perlu perawatan mandiri di apart. Oh iya, Ryujin mendapatkan luka jahit di kepalanya. Dan selama proses penjahitan, kata dokter Ryujin banyak teriaknya.

️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
"Dok, pelan-pelan dong astaga. Perih banget sih."

"Aduh anjir pake perasaan dong, Dok."
"Kamu mau saya cintai?"
"GAK GITU!"

️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
Yaa begitulah percakapan mereka sewaktu di Rumah Sakit. Disana juga ada Rosé kok, tapi dia lebih memilih untuk nunggu diluar. Selama tiga hari di Rumah Sakit, Rosé bener-bener ngejaga Ryujin sampe sembuh. Hal buruknya sih dia engga sempet makan, sebenarnya sempet, tapi cuma nyemilin yupi doang.

️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️

Cuaca di Bandung siang ini bikin gerah banget. Apalagi sedang memasuki musim kemarau jadi tambah panas. Rosé sama Ryujin di apart cuma berpakaian kaos oblong dan hotpants. Bedanya diantara mereka ini, Ryujin seperti sedang memakai peci di kepalanya alias perban.

"Lo udah ga chattingan lagi sama Jennie?" tanya Ryujin.

"Engga."

"Kenapa?"

"Gapapa."

"Cuek banget kunyuk." ada rolling eyes dari Ryujin, dia kesel abisnya dicuekin gini sama sahabatnya. Dia udah tau kok masalah diantara Rosé sama Jennie. Ceuk aing ge, gausah dipikirin dia mah. Bandel gitu komentar Ryujin kemarin.

Entah Rosé yang emang gamau nyerah atau dia bener-bener sayang sama Jennie. Semakin sakit rasanya kalo diinget-inget, Jennie sudah memiliki calon untuk pendamping rumah tangganya nanti. Sebelum dia.

"Gue mau ke supermarket dulu, mau nitip ga?" tanya Rosé ke Ryujin. Dia ke supermarket mau beli stok makanan untuk di apart, sekalian juga mau beli rokok buat dirinya.

"Engga deh, nanti malah berat kalo gue nitip-nitip. Ngerepotin babu."

"Anjing." jawab kesal Rosé. Ryujin ketawa puas ngedenger umpatan dari si blondé. Lupa dengan keadaan, kepala Ryujin tiba-tiba nyut-nyutan.
"Ehh, aduh-aduh." nah kan, sekarang malah megangin kepalanya. Jangan usil makannya, Jin.

️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
Rosé sudah sampai di lantai bawah. Lagi santai-santainya jalan, matanya ga sengaja melihat ada dua orang perempuan yang kebetulan baru keluar dari supermarket. Rosé langsung bersembunyi di balik mobil, dia sedikit mengintip kearah dua perempuan itu. Dari ciri-cirinya sudah pasti itu adalah Jennie, tapi.. satu lagi siapa? apa calonnya?

Melihat Jennie bersama orang lain, rasa sakit itu terasa lagi. Ucapan kalimat dari Jennie masih bergentayangan di kepalanya. Rosé alihin pandangannya dan menghapus sedikit air mata yang hampir keluar. Dia harus kuat, tidak mau kelihatan lemah di depan Jennie. Harus.

Dia keluar dari tempat persembunyian, menghampiri kedua perempuan itu yang masih sibuk sama kantong belanjaannya. Rosé berusaha untuk rileks dan tetap pada pendiriannya jangan lemah, Je.

Sampai di depan supermarket, Rosé terlebih dahulu menyapa Jennie.

"Oh hai, Jen. Lama engga ketemu."

Rosé senyum tipis ke Jennie, tampaknya dia sedikit terkejut melihat kehadiran Rosé di hadapannya.

"O-Ohh Rosé. Iya hehe, kamu apa kabar?" jawabnya canggung.

"Baik. Uhm, ini calon kamu?" tanya Rosé sambil menunjuk ke orang di sebelah Jennie.

"Um, Iya, kenalin nama dia–"

"Gue Lisa. Salam kenal." jawab potong Lisa, dia juga senyum ramah ke Rosé sambil julurin tangannya untuk kenalan.

"Rosé. Salam kenal juga." bales Rosé, dia hanya nunjukin senyum tipisnya aja. Ga perlu ramah-ramah ke calon crushnya ini.

"Uhm.. Rosé, ini aku ada undangan buat kamu. Dateng ya nanti." ucap Jennie sambil mengasih sebuah kartu undangan. Rosé diam sejenak sebelum mengambil kartu itu dari tangan Jennie. Loh.. udah mau nikah? batin Rosé

"Ini.. apa, Jen?" tanya Rosé.

"Undangan buat dateng ke lamaran aku nanti hari Sabtu." Lamaran? seperti ada yang melempar api ke hati Rosé. Dia mendengar kata lamaran yang bahkan dari orang yang dia cintai, sakit rasanya.

Rosé perlahan mengambil alih kartu tersebut dari Jennie, dia buka kartu undangan tersebut dan terlampir nama Jennie & Lisa. Deg.

"Kalo gitu, kita pulang dulu ya." pamit Jennie sambil menunjukkan gummy smile. Rosé melihat senyum itu bukan merasa senang, berbanding balik sekarang. It hurts, Jen.

️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
Rosé sudah membeli semua bahan dapur dan stok makanan untuk mereka berdua, sekarang lagi di dalam perjalanan mau masuk ke apart. Di dalam lift, Rosé cuma ketawa yang menurutnya itu bukan karna kebahagiaan, tapi kesedihan. Sia-sia rasanya dia deketin Jennie selama kurang lebih tiga tahun, jodohnya pun ada di tangan Papahnya Jennie.

"Hahaha, lamaran ya, Jen." ucapnya sebelum keluar dari lift.

Sampai di depan pintu, Rosé terlebih dahulu menekan beberapa pin yang ada di sebelah pintu kamarnya.

"Ehh babu udah pulang. Kok mukanya kaya sedih gitu sih, Bu?"

"Diem, setan." tolonglah, Rosé lagi gamau buat diajak bercanda sekarang.

"Yaudah iya sini cerita." ada gerakan puk-puk dari Ryujin, mempersilahkan Rosé untuk duduk di sebelahnya.

"Jennie ngasih gue undangan lamaran buat nanti Sabtu." ucap Rosé langsung to the point.

"Hah? besok Sabtu?"

"Hm."

"Kok cepet?"

"Ya mana gue tau anjing."

Ryujin sebagai sahabat karib Rosé engga terima dong. Selama ini perjuangan sahabatnya sia-sia aja, ada hasil sementara tapi gaada hasil tetap.
"Sini peluk."

"Gamau, geli." tolak Rosé.

"Sini gue peluk dulu, nyuk." karna paksaan dari Ryujin, akhirnya Rosé nyerah. Dia meluk Ryujin beberapa menit, gaada pembahasan, cuma peluk aja.
"Udah tenangan belum?"

"Lumayan, makasih ya." Rosé sudah merasa tenang sekarang, dia beralih menjadi tiduran, kakinya menimpa paha Ryujin. Selama itu juga dia dengerin ceramah dari Ryujin untuk dia.

"Mundur aja ya? yaudah besok balik ke Jakarta, yuk?"




















️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️
️️ ️️ ️️️️️️️️ ️️ ️️

Ga jago dalam hal berbau bawang, semoga ngefeel deh ya. Nite!

Adore You | CHAENNIEWhere stories live. Discover now