4. Syarat Dari Keysa

Mulai dari awal
                                    

Candra nyaris tersedak teh yang sedang dia nikmati ketika melihat perubahan sikap Rafael yang begitu drastis. Hasrat untuk mengejek pria itu muncul, tetapi Candra lebih dulu dialihkan dengan kedatangan sosok gadis mungil yang sudah berdiri tak jauh dari posisi mereka.

Inikah gadis yang bernama Keysa?

Wajah cantik, terutama di bagian matanya yang dibubuhi eyeliner. Tubuh mungilnya dibalut dress selutut warna pastel yang tertutupi oleh mantel warna merah. Rambut panjangnya yang bergelombang sengaja dibiarkan terurai bebas. Belum lagi tatapan matanya yang menggemaskan seperti kitty, ditambah gerakan bibir mungilnya yang terlihat sangat sensual.

Pantas saja sahabatnya itu bersi keras memilih Keysa. Hanya sekali melihat, Candra langsung tahu jika gadis itu tipe istri idaman Rafael.

"Duduklah."

Keysa membungkukkan badannya dengan kaku di hadapan Rafael dan Candra. Tawa Candra pecah seketika melihat bagaimana gadis itu bergerak layaknya robot.

"Candra?"

Pria itu baru berhenti tertawa setelah mendengar nada peringatan Rafael. "Maaf," ucapnya pelan lalu kembali fokus memandangi Keysa yang kedapatan mengerjapkan matanya polos.

Ekspresi wajah Keysa mengingatkan Candra pada sosok sang istri—Friska, di awal pertemuan mereka dulu sebelum resmi menikah. Setelah menjadi istrinya dan dikarunai seorang putri, Friska tidak lagi polos seperti sebelumnya. Salahkan kadar kemesuman Candra yang sudah menular pada wanita itu.

"Santai saja, Key. Tidak usah tegang begitu," tutur Candra santai tanpa sadar pria di sampingnya mengeluarkan aura gelap. Menyadari perubahan ekspresi wajah Keysa, barulah Candra menoleh dan seketika bungkam saat dihadiahi kilatan api kecemburuan dari sorot mata Rafael.

"Maksudku, Keysa," ralat Candra dengan cepat.

Keysa sebenarnya tidak tahu apa yang diperdebatkan dua pria dewasa di depannya itu. Ia hanya fokus mengendalikan debaran jantungnya yang semakin tak terkendali saat masuk ke dalam ruangan VVIP di restoran itu. Ia sedikit bernapas lega mengetahui sosok pria yang bersama Rafael bersikap lebih hangat. Paling tidak bisa mencairkan ketegangan yang terlanjur ia rasakan.

"Ini pertama kalinya kita bertemu. Aku Candra, asisten sekaligus sahabat calon suamimu," cerocos Candra memperkenalkan diri kepada Keysa. Mengabaikan tatapan kesal yang untuk kesekian kali dilayangkan Rafael.

"Senang bertemu denganmu, Kak." Keysa membungkuk sopan. "Aku Keysa."

"Berapa umurmu?"

Keysa merasa seperti calon pegawai yang sedang mengikuti tes wawancara.

"Ngg ... 21 tahun."

"Wah, kamu lebih muda 5 tahun dari kami."

Seruan polos Candra membuat Rafael kesal. "Sudah bicaranya?" potongnya tanpa basa-basi.

"Aku hanya ingin berkenalan dengan calon istrimu, Tuan Rafael. Tidak boleh?" kilah Candra dengan wajah tanpa dosa.

"Aku bahkan belum bicara dengannya. Dasar pencuri start!" gerutu Rafael.

"Kamu bilang apa?" tanya Candra penasaran karena dia mendengar Rafael mengatakan sesuatu.

"Lupakan!" Rafael putuskan untuk mengabaikan Candra dan kembali fokus pada Keysa. "Aku tidak akan berbasi-basi lagi denganmu. Kamu tentu sudah tahu apa alasanku menyuruhmu datang ke sini?"

Keysa mengangguk polos.

"Kamu mau datang ke sini, itu berarti kamu bersedia menikah denganku bukan?"

Destiny of Us [Pindah ke Blogspot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang