4. Syarat Dari Keysa

19.8K 1.6K 21
                                    

Butuh waktu dua hari bagi Keysa untuk menerima perubahan statusnya dari calon adik ipar menjadi calon istri Rafael. Dia bahkan sampai mengurung diri di kamar seharian, tepat setelah pengakuan mengejutkan dari orang tuanya mengenai perjanjian antara Surya dan Rafael.

Kalau Keysa bisa, dia ingin sekali kabur dari rumah dan kembali ke Jepang saja. Namun, melihat bagaimana wajah putus asa Surya dan wajah murung Amanda, Keysa tak punya pilihan lain. Ia terpaksa menerima keputusan orang tuanya yang menyuruhnya menggantikan posisi Nadine untuk menikah dengan Rafael.

Kini Keysa dalam perjalanan menuju sebuah restoran masakan Jepang yang ada di Kebayoran Baru. Rafael sudah menunggunya di sana. Hari ini mereka berencana melakukan fitting busana pengantin.

Keysa mengerucutkan bibirnya kesal tiap kali mengingat sikap Rafael yang sudah menyebar undangan terbaru, dengan namanya yang tercetak di bagian nama mempelai wanita.

Sampai detik ini, Keysa tidak mengerti alasan Rafael yang ingin menikahi putri di keluarganya setelah memberikan bantuan untuk perusahaan ayahnya. Keysa tidak tahu apa yang ada dalam pikiran pria itu.

Satu hal yang Keysa yakini, kebebasannya telah terenggut semenjak dirinya menyandang status sebagai calon istri pria terkaya nomor satu di Indonesia itu.

"Nona, kita sudah sampai."

Lamunan Keysa buyar ketika mendengar suara sopir yang menjemputnya atas perintah Rafael. Dia mengangguk kecil seraya tersenyum, lalu merapikan penampilannya sejenak sambil menunggu sopir membukakan pintu.

Tangan Keysa berkeringat, bahkan kakinya serasa berubah menjadi jelly hingga keseimbangannya sedikit goyah. Keysa menarik napas panjang-panjang, mengusap dada dengan lembut untuk mengendalikan debaran jantungnya yang menggila.

Keysa menatap lurus pada bangunan restoran yang ada di depan.

"Kamu pasti bisa menghadapinya, Keysa," gumamnya menyemangati diri sendiri.

***

Candra menatap horor pada Rafael yang sedari tadi tidak berhenti tersenyum. Belum pernah dia melihat ekspresi wajah sahabatnya tampak ceria seperti ini, layaknya remaja tanggung yang sedang kasmaran.

"Aku menyesal menemanimu di sini jika akhirnya disuguhi wajah orang gila."

Senyuman Rafael seketika luntur, bersamaan lirikan matanya yang tajam ke arah Candra. Pria itu hanya meringis lebar dan kembali menikmati sajian teh yang ada di atas meja.

Kali ini saja Candra akan bersikap patuh, karena sebenarnya dia merasa senang diajak ke restoran masakan Jepang. Sudah lama sekali dia tidak ke sini. Mungkin nanti bila ada waktu, Candra akan mengajak istri dan juga putri kecilnya yang berusia tiga tahun ke restoran ini.

"Kenapa dia lama sekali?"

"Mungkin dia berubah pikiran," celetuk Candra asal dan sekali lagi membuat Rafael menatap tajam padanya.

"Aku hanya bercanda," sahut Candra cengengesan.

Rafael mendengus kesal. Ia sudah berdiri dari posisinya semula yang duduk bersila di atas tatami, ketika pintu tiba-tiba terbuka dan memperlihatkan seorang pelayan berpakaian kimono.

"Ada apa?" tanya Rafael sengit yang membuat gadis itu tertunduk takut.

"Permisi, Tuan. Nona Keysa sudah sampai."

Wajah kusut Rafael seketika berubah cerah, tetapi dia buru-buru menutupinya dengan dehaman pelan dan kembali memasang wajah pongah. Memberi isyarat pada pelayan melalui gerakan tangan, menyuruh Keysa untuk secepatnya masuk selagi dia kembali duduk seperti semula.

Destiny of Us [Pindah ke Blogspot]Where stories live. Discover now