Bagian 13

2.5K 298 47
                                    

"Tidak enak." Youngjae mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Jaeyun kepadanya.

Hari ini sudah tiga minggu sejak Youngjae tersadar dari komanya. Kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu. Dokter sendiri memuji perkembangan Youngjae yang luar biasa pesat, tekad pria itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.

"Kau harus memakannya," gumam Jaeyun sedikit geli dengan kemanjaan Youngjae yang seperti anak-anak, "Ini menyehatkanmu."

"Rasanya seperti muntahan." Gumam Youngjae, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Jaeyun lalu mengernyit ketika menelan. Ekspresinya membuat Jaeyun tergelak, tapi kemudian Youngjae meraih tangan Jaeyun yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius.

"Jaeyun, tak terbayangkan rasa terima kasihku padamu... Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku... Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku..."

"Stttt," Jaeyun meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Youngjae. "Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?"

"Tapi..." Ekspresi kesedihan menghantam Youngjae, "Aku... Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi beban bagimu..."

"Youngjae," Jaeyun menyela sedikit marah, "Kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu..." Suara Jaeyun berubah sendu, "Meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu... Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain. Tuhan sudah mengabulkan doaku Youngjae... Tidakkah itu cukup?"

Mata Youngjae tampak berkaca-kaca. "Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu..."

Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka. Jaeyun dan Youngjae menoleh bersamaan, lalu Jaeyun tersenyum. Dokter Heejin ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan Dokter Heejin sudah mulai akrab dan berteman dengan Youngjae. Tapi senyuman Jaeyun langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang dokter Heejin, itu Heeseung!

Heeseung yang sama. Heeseung yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca. Jaeyun tidak pernah berhubungan dengan Heeseung lagi sejak Youngjae sadar dari komanya. Heeseung selalu memaksakan maksudnya dengan perantara Dokter Heejin. Seperti ketika Heeseung memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Youngjae dan ketika Heeseung memaksakan Jaeyun setuju – lewat bujukan Dokter Heejin – agar Jaeyun dan Youngjae pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Youngjae sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.

Sekarang pria itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Jaeyun bertanya-tanya, apakah Heeseung mendengarkan percakapannya dengan Youngjae tadi. Apakah Heeseung tidak senang mendengarnya.

"Dokter Heejin," Youngjae menyapa ramah ketika Jaeyun hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah pria tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Jaeyun. "Halo Youngjae, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus." Heejin menyadari Youngjae menatap ke arah Heeseung, lalu menyikut pinggang Heeseung untuk menarik perhatian Heeseung yang terarah lurus kepada Jaeyun, "Dan ini Lee Heeseung. Dia... Eh bosku dan bos Jaeyun juga."

Heeseung menolehkan kepalanya pelan-pelan, lalu menatap ke arah Youngjae, menelusurinya dengan tajam dan meneliti.

Inikah laki-laki yang dicintai Jaeyun sampai rela mengorbankan segalanya?

A Romantic Story About JaeyunWhere stories live. Discover now