Bagian 12

2.4K 290 11
                                    

Jaeyun langsung berlari ke luar ruangan, tanpa sadar melepaskan diri dari pelukan Heeseung. Dia berlari penuh air mata ke kamar perawatan Youngjae, kerinduannya membuncah, rasa syukurnya tak tertahankan. Ketika sampai di depan pintu perawatan napasnya terengah, dia berhenti karena pintu itu masih di tutup rapat. Suster Ana tergopoh-gopoh mengejarnya. "Jaeyun, jangan masuk dulu, dokter baru menstabilkan kondisinya."

Penantian itu terasa begitu lama, sampai kemudian Jaeyun diizinkan masuk, hanya lima menit untuk sekedar menengok Youngjae, setelah itu dokter harus mengevaluasi kondisinya Youngjae lagi. Dadanya sesak tak tertahankan ketika mata itu balas menatapnya, mata yang selama ini terpejam, tertidur dalam damai, membuat Jaeyun menanti, mata itu sekarang terbuka, hidup, dan balas menatapnya.

"Youngjae," suara Jaeyun serak oleh emosi, dan tangisnya meledak, dia menghampiri tepi ranjang, ke arah Youngjae yang masih terbaring, pucat dengan alat-alat penunjang kehidupan yang masih menopangnya, tapi hidup dan membuka mata. Jaeyun meraih tangan Youngjae dan menciumnya, lalu menangis. "Youngjae."

Banyak yang ingin Jaeyun ungkapkan, dia ingin mengucap syukur karena Youngjae akhirnya bangun, dia ingin merajuk karena Youngjae memilih waktu yang begitu lama untuk terbangun, dia ingin menangis kuat-kuat, tapi semua emosi menyebabkan suaranya tercekat di tenggorokan.

Air mata tampak menetes dari pipi Youngjae. Pria itu mencoba berbicara, tetapi tampak begitu susah payah. "Stttt... Kau tidak boleh bicara dulu," gumam Jaeyun lembut, mencegah Youngjae berusaha terlalu keras. "Mereka memasang selang di tenggorokanmu untuk membantumu bernapas, kau koma selama kurang lebih dua tahun."

Mata Youngjae menatap Jaeyun, tampak tersiksa, dan dengan lembut Jaeyun mengusap air mata yang luruh di pipi Youngjae. "Nanti, setelah mereka yakin kondisimu membaik, mereka akan melepas selang itu dan kau akan bisa berbicara lagi, tapi sekarang, kau cukup mengangguk atau menggeleng saja ya, sekarang..." Jaeyun menelan ludah, menahan isak tangis yang dalam. "Sekarang kita harus mensyukuri karena kau akhirnya terbangun, ya?"

Youngjae menganggukkan kepalanya, dan seulas senyum dengan susah payah muncul dari bibirnya. "Sekarang istirahatlah dulu, dokter akan mengecek kondisimu lagi." Bisik Jaeyun lembut ketika melihat isyarat dari dokter yang menunggui mereka.

Ketika Jaeyun akan beranjak, genggaman Youngjae di tangannya menguat. Dengan lembut Jaeyun menoleh dan memberikan senyuman penuh cinta kepada Youngjae. "Aku tidak akan kemana-mana, aku harus menyingkir karena dokter akan memeriksamu lagi, tapi aku tidak akan kemana-mana, aku akan berada di dekat sini sehingga saat kau butuh nanti aku akan langsung datang."

Pegangan Youngjae mengendor, pria itu mau mengerti. Dengan lembut Jaeyun mengecup dahi Youngjae dan melangkah menjauh keluar ruangan perawatan. Air matanya mengucur dengan derasnya ketika dia melangkah menghampiri Suster Ana. Suster Ana masih berdiri di sana dan Jaeyun langsung berlari ke arahnya, menangis keras-keras.

"Dia sadar suster... Dia akhirnya sadar... Aku masih tak percaya, selama ini aku hampir kehilangan harapan. Mulai berpikir kalau Youngjae memang tidak mau bangun, mulai berpikir kalau semua perjuanganku ini sia-sia... Tapi sekarang..." Jaeyun terisak, "Aku tak percaya bahwa pada akhirnya dia sadar... Dia kembali dari tidur panjangnya, dia ada di sini untuk aku..."

Dengan lembut Suster Ana mengelus rambut Jaeyun. "Ini semua karena perjuanganmu Jaeyun. Tuhan melihat keyakinanmu maka ia mengabulkannya." Mata suster Ana juga berkaca-kaca, terharu melihat pasangan yang sudah hampir menjadi legenda karena kekuatan cintanya di rumah sakit ini, akhirnya akan berujung bahagia. Tetapi kemudian Suster Ana menyadari kehadiran Heeseung di ujung ruangan, masih bersandar di pintu lorong ruang perawatan, dengan wajah tanpa ekspresi.

Dengan lembut dilepaskannya Jaeyun dari pelukannya. "Ehm... Sepertinya aku harus pergi dulu Jaeyun, mungkin masih ada hal-hal yang ingin kalian bicarakan?" Suster Ana mengedikkan bahunya ke arah Heeseung. Baru saat itulah sejak pemberitahuan Suster Ana tadi, Jaeyun menyadari kehadiran Heeseung di ruangan itu. Pipinya langsung memerah mengingat pernyataan cinta Heeseung, sesaat sebelumnya. Tapi dia sungguh tidak bisa berkata apa-apa.

A Romantic Story About JaeyunNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ