23. Azura!

8K 994 63
                                    


Srakk.. Satt..

Tepat saat pembunuh itu ingin menikam Azura, dari kepalanya sesuatu semacam peluru melubangi kepala pembunuh itu.

Pembunuh itu terpental ke dinding dengan mata terbuka lebar menatap samar seseorang dari pintu kamar Azura.

Strass.. Satts..

Tubuh pembunuh itu termutilasi dengan brutal bahkan jasadnya sudah tak terbentuk lagi karena dimakan oleh serigala yang liar itu.

Azura yang masih merasa sesak kini kembali muntah darah membuat 3 orang di depan pintu langsung menghampirinya.

(Zaza pun tadi muntah tapi bukan muntah darah sih)

Ya 3 orang itu adalah Hersa, Cloez dan Cloraz, lalu yang membunuh pembunuh bayaran itu siapa lagi kalau bukan Azrazel yang tengah khawatir dengan kondisi Azura yang muntah darah.

Selama ini Azura tak pernah sakit karena itu mereka biasa saja dan kalaupun Azura sakit maka ia takkan separah ini.

(Sama kayak Zaza sekali sakit pasti lama sakitnya, biasalah orang fisik kuat sekali sakit
bakal lama)

Azura dibaringkan di ranjang miliknya dan segera diobati oleh Hersa dengan kelincinya

"Kenapa bisa begini?" Cloez bertanya pada Azrazel sementara Azrazel sendiri pun tak tahu.

(Kalau bisa begini, bisa begitu, jadi keinget lagu t*ktok)

Sinar bulan sabit di langit malam yang menerangi sekitar dengan bantuan bintang-bintang yang terlihat kecil, jendela Azura terbuka lebar dengan angin malam berhembus dari jendela itu.

Selene keturunan Dewi Bulan kini tengah mengobati Azura dengan sihirnya, perlahan namun pasti tubuh Azura menerima sihir bulan itu padahal biasanya tubuhnya akan menolak terhadap sihir apapun tapi kini tubuh Azura bereaksi terhadap sihir Dewi Bulan milik Selene.

'Anak ini..' batin Selene cukup terkejut karena selama ini tak ada yang bisa menerima sihir darinya kecuali anak-anaknya.

Tubuh Azura mulai menghangat, walau gadis itu masih tak sadar diri, Azrazel menatap Azura yang berbaring entah kenapa dadanya sesak saat melihat 'adiknya' itu terbaring lemah.

'Kau tak mungkin meninggalkanku seperti ibu bukan, adikku?' Batin Azrazel, ia keluar dari kamar itu dan pergi ke air mancur.

'Darah kami yang salin terhubung dengan status kami yang sebagai adik-kakak, kenapa? Kata-kata ini begitu indah dan menyentuh tapi kenapa di saat yang bersamaan begitu menyakitkan?!' Azrazel menatap patung air mancur itu dadanya serasa sesak saat ini apalagi ia teringat saat Azura yang tersenyum dan tertawa dengan Cloraz yang bermain air di danau.

Azrazel kini menangis dalam diam apalagi tadi sebelum tak sadarkan diri Azura memanggilnya dengan senyuman walau darah memenuhi mulutnya, kulitnya yang pucat ia masih tetap tersenyum dan memanggilnya 'Kakak' yang membuat hatinya kembali seperti diremas.

Ia memperbaiki raut wajahnya kembali menjadi datar lalu membasuh muka agar air matanya tak terlihat

Ia lalu kembali ke kamar Azura hanya saja ada yang berbeda, raut wajah semuanya terlihat panik, khawatir, cemas, dan takut.

"Hersa, ada apa ini?!" Azrazel bertanya menatap Hersa yang cemas, Hersa menatap Azrazel dengan takut.

"Azura! Ia tak lagi menerima sihir bulan itu. Tubuhnya semakin memburuk!" Hersa sangat cemas bahkan beberapa kali ia menjambak rambutnya sendiri seperti orang gila.

Azrazel menatap Azura yang masih menutup matanya kulitnya sedingin es, dan sangat pucat.

Sementara itu kini Azura telah menemukan dirinya di sebuah padang rumput yang rindang bahkan semilir angin terlihat sangat sejuk, bunga menari mengikuti irama angin.

'Apakah gw udah tiada lagi? Inikah padang orang meninggal?' Batin Azura menatap sekelilingnya.

Wush....

Angin berhembus kencang bahkan membuat Azura menutup matanya

Sesudah angin itu mereda Azura menatap seseorang yang tengah bersandar di pohon

Azura cukup terkejut karena kehadiran orang itu yang mirip dengan seseorang hanya saja ia melupakan sesuatu.

"Azura.." sebuah suara memanggil Azura.

"Azura..." lagi-lagi suara itu membuat Azura mencari suara itu

"Ariel.. kemarilah.." suara itu datang dari arah pohon seseorang bersandar.

'Iyakah pohon bisa berbicara romlah?' Batin Azura yang masih diam ia lalu mendongak menatap seseorang yang pernah ia temui

'Tante bidadari!!' Batin Azura yang akhirnya mengingat perempuan yang tengah tersenyum itu.

🦋🦋

_______________

Story by : DindaQueenza [Zaza]

Jangan lupa Vote dan Comment
Bye..bye..

Adik Kejam Raja Iblis [The Cruel Stepsister Demon Lord]On viuen les histories. Descobreix ara