Chapter 13

6.9K 71 2
                                    

Kegilaan ini memang begitu memaksa. Saat aku tak mau hal seperti ini terjadi, aku justru merasakan detakan paling gila dalam hidupku.

Dia.
Dia yang kini mengapitku di antara kedua tangannya dan menyandarkanku pada dinding membuatku ingin berteriak ,namun entah kenapa lidah terasa begitu kelu.

Tubuhku begitu munafik. Saat hatiku menginginkan aku berteriak, otakku justru memerintahkan tubuhku untuk diam dan nikmati.

Wajah tampan yang terlihat nyata. Aku sering melibat bule dalam keseharianku. Apalagi mami yang memang punya banyak rekan bisnis dari asing.
Namun dari semua bule yang kutahu, hanya ini yang berhasil membuat jantungku menggila. Sungguh menggila.

Kalian pikir ini tak susah? Apalagi pria di depanku ini adalah kekasih mami ku dan tentu saja rencana pernikahan mereka sudah direncanakan. Dan jika sudah seperti itu, bagaimana dengan diriku nanti saat ia melanjutkan rasa di hatiku.

Terluka?
Tentu saja. Aku akan terluka. Tapi untuk kali ini apa aku boleh menghianati mamiku? Wanita yang rela menumpahkam darahnya demi melahirkanku.

Mami, maafin Clara..

Ya Tuhan, kau tak boleh melakukan itu Clara. Mamimu akan sangat kecewa denganmu.

Tapi Hatiku tak bisa dibohongi. Hatiku menginginkan pria di depanku ini. Walaupun selama ini ia selalu berpura-pura tak peduli, tapi kali ini ia tak sanggup untuk tak memikirkan perasaan itu.

Ia mempunyai rasa untuk calon daddynya ini. Semakin ia menolak, semakin gila perasaan itu.

Ini singkat. Ia tahu. Terlalu singkat semuanya untuk hadir, tapi apa boleh dikata.

****

Clara yang awalnya menunduk. Kini memberanikan diri menatap Mark yang juga menatapnya. Jarak wajah mereka hanya sejengkal. Membuat Clara bisa melihat wajah Mark begitu jelas.

Clara memperhatikan inci demi inci wajah Mark. Tak ada bekas di sana. Sepertinya pria itu rajin melakukan perawatanbpada wajah.

Sepertinya Mark baru saja cukuran. Oh tentu saja ia cukuran sebelum tidur.

Apa yang bawah juga dicukur?
Oh ya ampun Clara, kenapa otak lo bisa begini, rutuk Clara dalam hati.

"Memikirkan sesuatu nona?" tanya Mark dengan serak.

Dalam benak Mark ,ini adalah hal gila. Lihat saja, Clara tak melakukan apa-apa. Mereka hanya saling tatap tapi kenapa 'perkakas' nya juga ingin menyapa?.

Mark semakin intens menatap. Begitupun dengan Clara. Seolah ada maknet yang menarik wajah mereka untuk mendekat. Sampai setiap inci jarak itu semakin dekat sampai bibir itu mulai menyapa satu sama lain.

Awalnya ciuman itu hanya menempel saja dan tak bergerak sama sekali. Sampai akhirnya Mark mulai aktif. Ia mulai memainkan bibirnya di atas bibir Clara. Mulai dari menjilati, menghisap bibir bawah Clara kuat sampai menekan tengkuk Clara, membuat Clara mendesah geli.

Mulut Clara yang terbuka segera dimanfaatkan oleh Mark. Pria itu memainkan lidahnya dengan lidah Clara. Awalnya Clara terkejut namun ia dengan cepat menyesuaikan diri.

Ia mengalungkan tangannya di leher Mark. Meraih rambut belakang Mark dan menekan kepala Mark cukup kuat untuk memperdalam ciuman tersebut.

Keduanya sudah diselimuti nafsu. Tentu saja yang lebih gila adalah Clara. Karena Mark sendiri masih sadar dengan siapa ia berciuman panas malam ini.

Mark masih sadar jika bibir yang ia lumat saat ini adalah bibir dari anak semata wayang Lauren, kekasihnya.

Ia masih sadar jika ia tak boleh melakukan ini. Namun ini sebuah kesempatan. Di mana bagi orang yang menganut budaya Timur, ini adalah hal yang sangat tak wajar dan selalu sembunyi-sembunyi jika memang menginginkannya.

Tapi bagi dirinya yang memakai budaya barat dan memang seorang bule, semua itu biasa saja. Apalagi dinegaranya hal itu lumrah-lumrah saja.

Mark kembali fokus pada Clara saat ia mendengar Clara mendesah lemah namun ciuman Clara masih bergelora.

Tiap inci lumatan Clara pada bibirnya membuat dirinya cukup kewalahan.

Sepertinya Clara baru mencoba ciuman segila ini. Karena itu Clara menginginkan lebih.

Tak membuang kesempatan, Mark menggendong Clara, mensejajarkan wajahnya dengan kedua gunung kembar gadis tersebut. Hal itu berhasil membuat ciuman mereka terlepas.

Mark bisa melihat bibir Clara yang merekah bengkak karena ulahnya. Ia tak menyangka bisa menciptakan sensasi seksi seperti pada bibir calon putrinya ini.

"Kau seksi.." bisik Mark yang membuat Clara tersipu malu.

Gadis itu ingin kembali menangkup bibir Mark, namun dengan cepat Mark menghindar membuat Clara seketika cemberut.

Clara sungguh gila. Padahal niatan lnya tadi hanya ingin menanyai siapa yang memberi kiss mark pada lehernya, namun justru kenekatannya ingin bertanya itu justru berakhir dengan ciuman panas seperti tadi.

"Om.." ucap Clara kesal saat Mark menghindar.

Mendengar kata om dari Clara ,Mark langsung tertawa. Namun hanya sejenak karena tatapan Mark berubah sangar.

"Panggil aku daddy ,kitty.." ucap Mark lembut.

Oh, Clara pernah mendengar panggilan 'Kitty'. Itu ada pada film dewasa yang ia tonton.

Apa ini yang disebut sugar daddy?

Jika benar, itu artinya ia akan menjadi penghangat ranjang calon ayahnya ini.

Clara menggeleng, "Clara panggil Om aja.." ucapnya sambil bergelayut manja pada Mark.

"Yakin?" tanya Mark yang membuat Clara skeketika menggigit bibir bawahnya. "Aku ulangi ,apa kau yakin memanggilku om?"

Clara diam lalu menggelang pelan, "Daddy.." bisikny.

"Apa?" Mark bertanya seolah ia tak mendengar apa yang Clara ucapkan.

"Daddy.." ucal Clara lagi.

"Daddy?"

Clara mengangguk.

Mark menatap Clara intens. Tatapan itu tepat pada bibir Clara.

Mark yang sudah kepalang tanggung langsung menyilangkan kedua kaki Clara pada pinggangnya. Ia semakin menghimpit Clara pada tubuhnya. Menahan agar gadis tersebut tak jatuh lalu kembali melumat bibir Clara penuh minat.

Alam bawah sadar Mark belum hilang. Katakanlah ia ingin menikmati Clara. Katakanlah ia brengsek, namun ini sudah diujung tanduk. Semua akan menyakitkan bila ia berhenti.

Mark membawa Clara pada bagian atas sandaran sofa. Mendudukkan Clara di sana dan menahan pinggang Clara agar Clara tak terbalik kr belakang.

Ia mengusap rahang gadis tersebut dan semakin memperdalam ciuman mereka. Tak tanggung-tanggung, permainan lidah yang lebih gila sedang mereka lakukan.

Udara berubah panas walaupun AC di kamar itu hidup.

Jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi dan bukannya tidur mereka justru sibuk memancing adrenalin.

"Pegang ini.." bisik Mark sambil meminta Clara memegang kursi.

Setelah itu Mark memberi sedikit jarak antara dirinya dan Clara. Melihat Clara saat ini sungguh membuat Mark merasa puas. Clara seperti gadis yang saat ini haus akan percintaan panas, haus akan hentakan dan haus akan desahan.

Rambut acak-acakan, bibir bengkak  namun sangat seksi, wajah yang sudah diluputi nafsu. Sungguh saat ini adalah surga dunia bagi Mark. Ia tak menyangka bisa mendapatkan hal gila seperti ini.

Jujur, ia penasaran dengan Clara. Lauren begitu gila dalam bercinta ,bahkan goyangan Lauren sangat membuat adik kecilnya puas. Apa Clara juga seperti itu?

Oh, sial! Kau sangat keras saat ini Mark, Rutuk Mark dalam hati.

Sesak yang ia rasakan pada adik kecilnya membuat benda itu sedikit ngilu.

Mark menatap Clara dengan tatapan intens. Bahkan membuat Clara sampai kesusahan meneguk salivanya sendiri.

"Kau ingin lebih?"

Clara membeku seketika saat bisikan Tiga kata Mark membuat tubuhnya meremang..

*****

Sugar Daddy I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang