Chapter 11

6.1K 43 0
                                    

Clara merasakan jantungnya berdetak cepat. Matanya tak lepas menatap mata tajam Mark, tatapan tajam mata Mark Menghujam tepat di bola matanya membuatnya tak bisa berkutik sama sekali.

Entah kenapa jantungnya mendadak gila seperti ini. Jika semua ada hubungannya dengan calon ayah tirinya ini, ia langsung dibuat pasrah. Bahkan jika di suruh telentang di atas ranjang pun ia mau.

Ya Tuhan, otak lo Ra..

Clara mengumpati dirinya sendiri yang begitu murahan di hadapan Mark jika benar ia melakukan itu.

Namun Bibir tebal dan padat milik Mark membuatnya sangat ingin melumatnya. Katakanlah tubuhnya ini begitu murahan, tapi apa mau dikata. Ia sungguh ingin menyentuh bule di depannya ini.

Clara yang tadinya masih sibuk menatap Mark tiba-tiba terpekik saat Lengannya digenggam kasar oleh Mark.

"Awww.. Sakit woy!!" teriak Clara tanpa sadar.  Ia meringis dan menggenggam lengannya yang tadi digenggam Mark kasar.

"Sadar ini jam berapa?" ucap Mark bertanya sambil menatap tajam Clara.

Clara menatap Mark. Ia begitu terpesona dengan paras wajah tampan Mark. Padahal Mark sedang marah dan ia tahu itu.

"Aku tak memintamu untuk terpesona padaku Clara!!" ejek Mark sinis membuat Clara tersedak.

Clara melepaskan genggaman tangan Mark pada lengannya.

"aku tak terpesona sama sekali.." bantah Clara. gadis itu hendak berjalan kembali menuju kamarnya,namun kembali langkahnya harus ditahan oleh  Mark.
"Ada apa lagi?" tanya Clara yang mulai kesal.

"Kau melupakan sesuatu nona. kau sadar ini jam berapa?" ulang Mark kembali.

Clara menatap Mark dengan tatapan sinis nya, "Oke oke. aku jawab.!! ini sudah malam, aku tahu. aku tak buta, dan soal kau tanya aku dari mana, aku dari cafe temanku. sudah kukatakan tadi aku dari tempat temanku. kau masih belum percaya? perlu kuhubungi temanku yang punya cafe itu?" jawab Clara tak kalah sinis.

Clara melirik lengannya yang digenggam oleh Mark, "Aku sudah menjawab, sekarang, Bisa kau lepaskkan!!" ucap Clara.

Namun ucapan Clara tak digubris sama sekali oleh Mark. Pria itu masih terus menahan lengan Clara.

"Apa lagi? Aku sudah menjawabnya.. Apa maumu?"

Mark menatap Clara. Ia menelisik semua paras cantik Clara. Namun untuk kali ini, bukan karena ia terpesona, namun karena ia gemas dengan anak dari kekasihnya tersebut.

Sedangkan Clara merasa tatapan Mark seolah ingin menelanjanginya.

Ya Ampun,  jika benar terjadi, ia siap. Bahkan sangat siap. Ia juga ingin merasakan dihujami rudal segila itu.

Oh Tuhan, lo semakin nggak waras Ra.

Clara hanya bisa bermonolog untuk dirinya sendiri.

"Apa begini caramu memperlakukan orang tua?" tanya Mark dingin.

Clara berdelik kesal, ia menatap Mark sambil mengangkat satu alis matanya,  "Oh baiklah. Kau ingin kuperlakukan seperti orang tua? Umurmu seusia ibuku, itu artinya kau sudah kepala empat, benar kan?"

"Jaga bicaramu Clara, aku masih tiga lima.." ucap Mark melakukan pembantahan.

Clara bukannya tak tahu. Ia bahkan sangat tahu karena Lauren maminya itu sudah menceritakan semuanya.

"Oh, berarti kau masih tiga lima. Brondong ternyata, tertu saja  jika dilihat dari usia ibuku.."

Mark diam mendengarkan celotehan Clara.

Sugar Daddy I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang