Chapter 6

26K 247 7
                                    

Malam ini Clara dibuat galau dan susah tidur. Sejak tadi di mobil Mark sampai saat ini otaknya Masih memikirkan tentang tawaran Mark tadi siang.

Bahkan sudah berbagai cara ia lakukan agar matanya terlelap namun tetap tak bisa. Seolah dalam dirinya saat ini tengah ada yang berkobar menyemangati sehingga adrenalinnya berpacu lebih cepat.

Beasiswa tanpa ujian? Dimana coba ia bisa mendapatkan itu. Yang biasanya ia tahu, beasiswa itu ada tesnya. Tapi Mark menawarkan sebuah peluang yang benar-benar membuatnya gila. Apalagi beasiswa yang Mark berikan ini adalah beasiswa di sekolah memasak. Itu impiannya.

Dan lihatlah sekarang, saking semangatnya, Ia sudah seperti seorang gadis yang akan melakukan kencan esok hari, dan membuat dirinya tak sabar menunggu sampai tidurpun ia tak nyenyak.

Bahkan saat makan malam tadi, ia semakin sering menatap ke arah Mark, walaupun pria itu tak pernah menatap ke arahnya dan lebih memilih untuk bercanda dengan Maminya.

Ia tak peduli dengan hal itu. karena yang ia pikirkan justru hanyalah Sebuah Tawaran dari Mark tadi siang.

Clara menyibak selimut tebal yang ia kenakan dan menendangnya jauh sehingga membuat selimut itu jatuh ke lantai.

Ia harus bicara dengan maminya tapi diluar pasti ada Mark. Bule satu itu pasti akan mengejeknya karena sudah tergiur dengan tawaran sekolah memasak tersebut.

Tapi jika tak Sekarang, kesempatan itu akan hilang karena Mark hanya memberi waktu padanya sampai malam ini dan jawabannya harus disampaikan besok.

Dengan sedikit keraguan, Clara akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi menemui Lauren untuk membicarakan tawaran yang Mark sampaikan padanya tadi siang.

Sebelum melangkah keluar, Clara merapalkan beberapa doa terlebih dahulu, sekaligus ingin merilekskan dirinya menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan sampai membuatnya merasa nyaman.

ini semua ia lakukan untuk persiapan mental nya jika nanti saat keluar ia kembali menyaksikan adegan kemarin malam.

Adegan gila yang membuat otak dan tubuhnya merasa kacau.

Setelah merasa yakin, Ia pun meraih gagang pintu kamarnya dan menariknya sampai Pintu itu terbuka. secara perlahan ia keluar dan sedikit mengintip ke arah ruang keluarga maupun dapur, dan ternyata disana Sudah Tak Ada siapa-siapa Lagi.

Clara semakin melangkah keluar. secara perlahan ia kembali menutup pintu kamarnya dan mulai melangkah menuju ruang tv.

Ruangan tempat ia berdiri saat ini sudah gelap bahkan yang memberikan cahaya hanya sinaran bulan yang memantul dari jendela kaca dan dinding-dinding kaca.

Ia menengadah ke arah atas melihat kamar maminya yang juga sudah tertutup. sebenarnya ia tak yakin ingin berbicara kepada maminya malam ini, karena ia yakin Mark akan mendengarnya juga.

tapi mau bagaimana lagi, kesempatan itu hanya terjadi satu kali dan itu berakhir hari ini.

Sekali lagi Clara ingin meyakinkan dirinya dan mencoba untuk memberanikan diri untuk menemui Lauren.

ia melangkah perlahan menuju kamar Lauren. Clara menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya kembali sampai langkah kakinya berhenti di depan kamar Lauren yang tertutup.

secara perlahan ia meraih gagang pintu kamar maminya dan membuka pintu tersebut secara perlahan.

Di sana ia bisa melihat maminya yang masih terjaga dengan Mark yang sudah tertidur.

Jujur sebenarnya ia merasa heran. padahal maminya belum sah menjadi istri Mark tapi kenapa mereka sudah tidur dalam satu kamar bahkan sudah melakukan hubungan yang layaknya suami istri.

Sugar Daddy I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang