'O8

97 16 2
                                    

Kriinciing!

Kriinciing!

Kriinciing!

Terdengar bunyi sesuatu di sana, buat mereka terbangun begitu mendengarnya.

Hari esok telah tiba. Perangkap yang Felix buat kali ini berhasil. Tak seperti sebelumnya, benda itu berbunyi tetapi tak ada apa-apa di dalamnya.

"Hooaam... apa ini?" Racau Jihoon begitu terbangun dari tidurnya. Ia mencoba menyadarkan dirinya dengan mengerjapkan kedua matanya, lalu setelahnya──

"ANJIR! KAKI SIAPA INI KOK ADA EMPAT!?"

"AHAHAHAHAHA!" Tawa mereka ketika berhasil mengerjai Jihoon yang sangat nyenyak dalam tidurnya.

"Kampret! Kalian ngerjain gue ya? Dasar manusia." Ucapnya lalu pergi ke sungai terdekat untuk membersihkan dirinya.

"Yaelah ngambek~" ujar Haechan dan Jisung kompak.

"Udahlah. Kalian juga buruan mandi sana. Biar Hyunjin, Jaemin, sama Yoshi yang ngurus Rusa itu."

"Kok enak lo kalo ngomong, Bin?" Tanya Hyunjin begitu namanya disebut.

"Hehe, sorry~ karena gue gak bisa masak. Jadi.. mohon bantuannya ya kawan-kawan!" Jawab Soobin dengan jujurnya diselingi candaan di sana.

"Bentar-bentar. Lo bilang tadi gak bisa masak, terus selama ini lo makan gimana? Bukannya lo bilang──"

"Adik gue. Dia selama ini yang masak tiap mau makan. Makanya kalo adik gue gak ada──"

"Lo gak makan?"

"Ya gak itu doang sih, Jun. Cuma dia keluarga gue sekarang. Makanya kita nanti ke sana." Jelas Soobin yang seketika buat atmosfer di sekitarnya berubah suram.

"Tuh 'kan, Jun. Lo sih pake nanyain hal begitu." Bisik Jaemin tepat di telinga kiri Renjun.

"Y-ya 'kan gue gak tau, Min." Sahut Renjun dengan intonasi yang sama.

"Eh bentar gue bingung nih. Maksud lo ke sana tadi ke mana, Bin?"

"Daerah Barat lah, Yosh. Lo lupa? Tujuan kita semua 'kan ke sana."

"Ah itu. Gue kira ke mana."

"WOY! DARIPADA NGERUMPI BANTUIN GUE MASAK NAPA SIH!" Teriak Hyunjin begitu netranya melihat kawannya yang asik bertukar cerita.
Mereka yang mendengar segera bubar dan kembali ke aktivitas masing-masing.

"Gila ya. Hyunjin ngulitin rusa segede itu cepet bener. Padahal tadi dia juga sempet dengerin cerita Soobin, 'kan?" Jihoon dan Junkyu yang baru saja kembali dari sungai dibuat heran dengan keterampilan Hyunjin.

"Udah pro kali ya? Dia senjatanya panah, tapi megang pedang, belati, maupun pisau kayak biasa gitu ya gak, Hoon?"

"Iya juga sih. Kita belum sepenuhnya kenal mereka. Eh tapi, lo percaya gak Kyu sama mereka?"

"Emm.. kalo diliat pake mata doang sih... tau ah. Gue percaya pak tua aja. Dia 'kan yang selama ini ngelindungin kita?" Ujar Junkyu dengan diakhiri pertanyaan retorisnya.

Mereka kini disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Sebelum melanjutkan perjalanan Soobin telah berpesan, rusa yang masuk perangkap Felix akan mereka makan saat malam atau diperjalanan nanti. Sementara untuk sarapan mereka bisa menggunakan sisa bekal. Karena sangat tidak dianjurkan jika sudah memasuki pedalaman daerah Barat untuk membuat api unggun di sana.

Mau tak mau jika mereka bermalam nanti ditemani dengan cuaca dingin. Sebab jika sudah memasuki kawasan daerah Barat, menyalakan cahaya sama dengan bunuh diri. Penjaga di sana terkenal ketat. Selain itu, mereka juga tak terlihat. Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya seperti Soobin.

"Woy, selagi kita nungguin rusa ini mateng, cerita dong gimana bisa kalian sampe sini."

"Woah.. ini Hwang Hyunjin yang nanya? Lo seriusan bisa ngepoin hal gini, Jin? Lo pinter atau gimana sih? Kita bisa sampe sini ya pake rakit itulah. Lo juga ikut buat sama naik, 'kan? Gitu kok masih nanya."

"Ya maksud gue gak gitu, Lee Haechan. Hah... sini lo gue rakit jadi raket nyamuk."

"Woah.. lo serius bisa bikin gitu, Jin? Keren banget. Bikin gih. Biar kita tidur ntar gak digigit gorilla."

"Lo gak usah ikut-ikutan ya, Park Jihoon. AH TAU AH! Kalian paham 'kan maksud pertanyaan gue?"

"Ahahaha! Gue ketawa dulu boleh gak sih? Udah lama gue gak liat lo yang dibully, Hwang Hyunjin! Ahahaha!"

Hyunjin yang mendengar gelak tawa Jisung serta yang lainnya mencoba untuk tidak emosi. Ia menyadari bahwa dirinya mempunyai sifat temperamental yang menurun dari sang Ayah. Beruntung ia sudah mempelajari bagaimana cara menahan amarahnya dari sang Ibu.

Soobin yang melihat itu berdiri dari tempat duduknya, lalu mendekati Hyunjin seraya menepuk pundaknya.

"Sabar, Jin. Mereka cuma bercanda. Jangan dimasukkin hati. Ya.. meskipun... lumayan sih buat hiburan di pagi ini, ahaha! Canda hiburan, pfft!"

"Hah.. sama aja lo ternyata." Ujar Hyunjin dengan ekspresi datarnya.

"Oke-oke guys. Biar gue aja deh yang cerita pertama." Begitu ada intruksi lain, mereka yang tertawa seketika fokus dan mengalihkan perhatiannya pada intruksi tersebut.

"Jadi gini. Tujuan gue datang ke sini yaitu mau jemput adik gue. Beberapa hari yang lalu dia diculik. Gimana gue bisa yakin kalo mereka yang nyulik? Karena sebelum adik gue, tetangga bahkan beberapa anak istimewa dari desa lain pun alami hal yang sama. Gue denger kabar itu tiap gue mau berangkat ke perpus.

Kalo di desa gue, sebelum matahari terbenam anak istimewa harus segera masuk rumah. Bahkan semenjak ada kabar itu, setiap malam warga gak pernah nyalain obor buat penerangan. Meskipun desa gue terkenal dengan bintangnya, sejak itu juga bintang di sana jarang terlihat. Hhhh.... udah bener-bener kayak hutan."

Mereka yang mendengar cerita Soobin turut bersedih. Sebab apa yang dirasakan Soobin benar-benar sama seperti mereka. Merasa kehilangan, dan tujuan yang mereka tuju pun sama.

Dengan sisa tenaga dan semangat yang mereka punya, mereka berjanji untuk membawa yang termuda kembali pada keluarga masing-masing.













**













B

intang di pojok kirinya kawand! 🌟

Thankseu♥️
-re⛄

Rétter | 00 & 01 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang