'O4

100 21 24
                                    

Hari silih berganti. Matahari sudah menampakkan dirinya ke permukaan, tetapi mereka tetap belum bisa merasakannya, sebab kini mereka masih di tempat yang sama. Perut goa.

Dingin serta cahaya remang-remang, hanya itu yang dapat mereka rasakan. Beruntungnya, sejak kedatangan Renjun dengan kawan-kawannya, kini suasana dalam goa tak terlalu gelap seperti sebelumnya.

Lilin yang dibawa mereka sangat membantu. Entah dalam hal penerangan atau pengobatan. Ya, seperti yang dikatakan Jeno semalam, lilin itu bukan lilin biasa.

Sekutu Hyunjin mulai bertambah, dari datangnya Soobin hingga kini Renjun dengan ketiga temannya.

Sesi wawancara Hyunjin semalam telah berakhir dengan persetujuan bergabungnya anggota baru pada kelompoknya. Semalam pun Soobin dan Renjun telah berbincang tentang banyak hal. Entah persoalan perpustakaan yang sering didatangi Renjun, hingga tentang rasa penasaran Soobin pada lelaki bersurai abu-abu tersebut.

Sejauh apa Renjun tahu tentang dirinya?

Pikiran Soobin mulai bercabang sejak seseorang mengetahui kemampuan tersembunyinya. Ya, ia memang sengaja tak mengeluarkan kemampuannya itu hingga saatnya dibutuhkan. Karena menurutnya, tak begitu penting juga orang lain mengetahui kemampuannya itu.

Kini kesembilan lelaki itu sedang berkumpul di tengah perapian yang Jaemin dan Haechan buat semalam. Ternyata perapian itu masih menyala.

"Kayaknya udah pagi ya? Gue gak liat matahari sih, tapi di sebelah sana ada cahaya tuh."

Rasa kantuk masih ada pada diri mereka, mau tak mau dengan refleknya mereka langsung memfokuskan pandangan seperti yang Seungmin katakan.

Cahaya sedikit nampak pada langit goa yang berlubang. Tiba-tiba Renjun mengeluarkan sesuatu dalam tas rajutnya.

"Nih. Gue ada sedikit roti. Dibagi ya, gak bawa banyak soalnya. Masing-masing dari kita cuma bawa bekal roti lima potong untuk kita sendiri."

Soobin yang mendengar kata roti dan bertepatan terduduk di sebelah Renjun kepalanya langsung menengadah, menghadap Renjun. Ia tadi sedang menundukkan kepalanya sebab memikiran suatu hal.

"Mana buat gue?" Tanyanya segera.

"Ya itu. Dibagi. Tuh di tangan Seungmin." Jawab Renjun seraya menunjuk Seungmin dengan dagunya.

"Gak ada racunnya 'kan ini?" Tanya Hyunjin sebelum memakan roti pemberian Renjun.

"Gak ada lah! Gila aja. Ngapain gue ngeracunin kalian? Di desa gue gak ada yang namanya racun."

"Kalo penghianat?" Hyunjin masih dengan kecurigaannya.

Mereka yang mendengar ucapan Hyunjin sontak terkejut, buat salah satu dari mereka menganga. Hyunjin tak peduli, dan segera melahap rotinya.

"Gila itu orang. Belum pernah ngerasain gue tusuk perutnya." Gumam Jaemin sambil menatap Hyunjin datar.

"Ck, kalo keracunan juga keliatan." Jeno tak kalah kesalnya.

"Minta gelud ya lo?" Tanya Haechan retoris.

"Sok aja atuh. Apa senjata lo?" Jawab Hyunjin menantang.

"OOH JADI LO BENERAN MINTA GELUD SAMA GUE!? AYO GUE JABANIN! DENGAN SENANG HATI." Kini Haechan sudah siap mengangkat lengan bajunya, seperti biasa.

"Udah napa sih! Berantem mulu kerjaannya! Gak capek apa!? Masih pagi ini!" Jisung yang sedari tadi diam kini bersuara. Lama-lama ia jengah melihat Hyunjin yang selalu menyulut emosi orang lain.

"Ck. Ganggu aja lo." Gerutu Hyunjin. Jisung yang merasa dibicarakan hanya menatapnya datar.

"Bisa emosi ternyata temen lo, Min?" Tanya Soobin dengan berbisik pada Seungmin di sampingnya seraya menunjuk Jisung dengan dagunya. Dan Seungmin hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia juga lelah.

"Udah-udah. Sekarang gini, kita harus terusin perjalanan kita──" sebelum Soobin melanjutkan ucapannya, ia teringat satu hal.

"Oh iya, ini tujuan kita sama semua?" Tanyanya kemudian.

"Kita sih mau ke daerah Barat, pulau sebrang tuh." Ujar Jeno menjawab pertanyaan Soobin.

"Lah? Gue juga." Soobin sedikit terkejut mendengar jawaban Jeno.

"Kok kalian ikut-ikutan sih? Kita juga mau ke sana." Ujar Felix.

"Yaudah, bagus kalo gitu. Kita satu tujuan. Nah sekarang yang kita pikirin, gimana caranya kita bikin perahu buat nyebrang ke pulau itu?"

"Apa perahu gak terlalu susah, Bin? Rakit aja deh." Jisung dengan pendapatnya.

"Boleh juga. Kalo gitu, selagi kita dalam perjalanan, kita sambil nyari kayu dan makanan ya? Buah atau hewan yang kalian buru juga, terserah deh. Oke, sekarang kita──"

"Ngapain capek-capek jalan? 'Kan ada Renjun sama kemampuan teleportasinya. Oh iya, jangan sampe bikin pantat gue tepos lagi ya, Njun!" Sahut Haechan dengan idenya.

"Lo pikir teleport gak pake tenaga apa ha!? Seenaknya kalo ngomong! Sini gue tepos──"

"Lo punya kemampuan juga, Njun? Teleportasi? Woah! Keren juga." Ucap Soobin kagum. Tak hanya dirinya, keempat teman barunya pun ikut terkejut sekaligus kagum.

"Tuh 'kan! Gara-gara lo semua orang jadi tau kemampuan gue, Lee Haechan! Awas aja ya gue teleportasi lo di daerah pengasingan!" Renjun masih dengan emosinya.

"E-eh, kok gitu sih... 'kan gue cuma ngasih cara cepat. Jahat banget lo Njun sama gue." Ujar Haechan dengan ekspresi sedih yang dibuat-buatnya.

"BODO AMAT!" Ucap Renjun hingga suaranya menggema di dalam goa.

"Gila. Itu anak kalo gue ajak battle high note, bisa kalah gak ya gue?" Gumam Jisung yang didengar Felix di sebelahnya.

"Apa sih lo, gak jelas."

"Yaudah. Sekarang jangan berantem lagi. Kita berangkat. Beresin barang kalian." Perintah Soobin, dan segera mereka laksanakan.










**









Kini mereka telah keluar dari goa yang sempat mereka tinggali semalam. Hangatnya sinar matahari dan angin sejuk dapat mereka rasakan.

Jisung dan Felix tampak bersemangat. Mereka lebih menyukai hangatnya sinar matahari dengan angin yang semilir daripada cuaca semalam. Menurutnya, tinggal di dalam goa sangat tidak dianjurkan, karena itu terlalu dingin, pikir mereka.

"Seger banget gak sih dapat menghirup aroma pepohonan di sini? Ijo-ijo lagi daunnya, lihat tuh." Ucap Jisung lalu diberi anggukan oleh mereka.

"Eh Lix, nanti kalo liat kambing, sapi, atau ayam, lo tembak ya? Gue lagi pengen daging nih. Lebih tepatnya ayam sih."

"Maksud lo!? Ini hutan bukan pedesaan, Han Jisung!" Ucap Felix lalu menonyor kepala Jisung.

"Aduh! Sakit tau! Jahat banget miskah!" Gerutu Jisung.

"Bodo amat! Ditelan beruang baru tau rasa lu!"

"Amit-amit. Eh, tapi gue pernah sih hampir diterkam buaya." Ucap Jisung lalu menceritakan kisahnya.

"Buaya apa?" Tanya Renjun yang mulai tertarik dengan cerita Jisung.

"BUAYA DARAT! BHAHAHAHAHAK!" Jawab Jaemin dan Haechan kompak.

"Minta diasingkan." Gumam Renjun kesal.

Sedangkan tiga lelaki di sana, Soobin, Hyunjin, dan Jeno, hanya menyimak dan menampilkan sederet gigi putih dan rapinya, tersenyum simpul.







**






Ayo ramaikan vote dan kolom komentarnya bund ♥️
Sepertinya bakal slow update ._.

Rétter | 00 & 01 lineDonde viven las historias. Descúbrelo ahora