7. Aku.

255 24 2
                                    

V mulai curiga.

Mike selalu menyediakan waktu saat malam tiba. Hanya untuk mereka berdua. Mau itu hanya duduk berpelukan di sofa sambil bercerita apa saja, mengunyah kudapan hasil percobaan V bersama, sampai bersenggama, semua selalu sempat dilakukan mereka. Mike sendiri yang bilang jika dia akan menghabiskan sepanjang siang untuk kerja dan malamnya hanya untuk V. Itu adalah janji sekaligus pengikat mereka sejak mulai menjalin asmara dengan nyata.

Namun, lihat sekarang. Beberapa hari lalu sejak menjalankan penyelidikan dari hutan hujan, Mike jadi lebih sibuk. Satu dua kali, V memaklumi. Berhubung jarak yang ditempuh kekasihnya dari lokasi ke rumah sangat jauh, V bisa menerima jika Mike juga harus beristirahat sesampainya nanti.

Seminggu. Masih oke.

Dua minggu. Ya. Baiklah.

Tiga minggu?

Itu sudah keterlaluan.

V tidak bisa lagi memaklumi. Dulu, dia bahkan pernah sengaja hanya mengenakan kemeja atasan Mike saat menyambutnya pulang, tapi tidak membuahkan hasil. Dia cuma diberi kecupan di pipi dan Mike segera menghilang ke ruangannya di bawah sana.

Hell.

Hari ini tidak boleh terjadi lagi. V akan menemuinya nanti dan kalau ditolak lagi ... well, hanya ada satu cara.

.

"Sebastian." V menyisir helai rambut depannya yang memanjang saat turun ke ruang tamu. Pelayan setia bersetelan serba hitam di sana membungkuk padanya.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?"

"Aku mau ke bawah," jawabnya, tapi sebuah lengan terulur menghalangi jalan. V menaikkan alis. "Oh? Melarangku? Serius?"

"Saya hanya menjalankan perintah beliau, tuan."

Sudah jelas ada yang disembunyikan, bukan?

"Aku. Ini aku yang minta."

Sebastian menggeleng. "Anda sekalipun, tuan. Beliau tidak ingin ada yang menginterupsi."

"Jadi, sekarang sudah tidak pakai menyapa, hm? Langsung mendekam di bawah sana?" V mengepalkan tangan di sisi tubuh karena Sebastian tersenyum. Ganti menggunakan dirinya menghalangi langkah V.

"Beliau sungguhan tidak ingin diganggu."

Baiklah. Kepatuhan Sebastian memang dibanggakan, tapi kadang juga terasa menyebalkan.

V mengangguk. "Baik. Baiklah. Kalau begitu ...." Dia merentangkan jemari, mengusap dada bidang Sebastian penuh maksud. "Seandainya aku memberimu kepuasan, sekarang, di sini, tak perlu ke ranjang, ... kau akan menyilahkanku?" Dia ingin mencoba dengan cara baik-baik dulu.

Sebastian menurunkan jemari lentik itu dengan senyum ramah.

"Anda milik majikan saya. Mana bisa sembarangan disentuh?"

"Kalau begitu, kau boleh minggir, tampan."

"Maaf—" kalimatnya terpotong guna mencengkeram pergelangan ramping yang ujung kukunya nyaris menusuk mata Sebastian. "—tuan. Perintah beliau adalah mutlak."

V tersenyum miring. Sedikit menyesal ujung kukunya tidak jadi mencongkel mata si pelayan.

"Hebat. Apa pun pintanya bakal kau lakukan, eh?"

Sebastian melirik sekilas satu tangan V yang bebas. "Tentu saja, tuan."

"Bahkan jika Mike memintamu memperkosaku di hadapannya, bakal kau lakukan?"

Sebastian menarik senyum ramahnya. "Apa pun untuk beliau, tuan."

"Hmm ... baiklah."

.

Cwtch. | Vottom √Where stories live. Discover now