Mike tersentak kaget. Ipad di tangannya meluncur ke lantai dan helaan napas berat berlalu darinya karena pintu kayu ek yang tertutup, terbanting lepas setengah berasap di kejauhan. Sebastian tampak mengerang kesakitan dan sosok anggun yang kali ini mengenakan setelan serba merah yang kontras dengan helai kelam rambutnya, berderap mendekati Mike.

"Ini baru beli kemarin ...," ratap Mike mengelus permukaan ipad yang retak parah. Layar gelap. Sama sekali. "Aku belum menyimpannya tadi."

"SERIUS, DADDY?!" Lengking protes itu kembali menjatuhkan ipad malang di tangan Mike.

"Sayang."

"Persetan benda itu! Kau bisa beli sekalian pabriknya! Tidak usah mendramatisir segala!" V menunjuk dengan geram ke seberang ruangan. "Jadi, itu rahasiamu selama ini?!"

Mike membuka tutup mulutnya. Gemerincing rantai terdengar berisik kemudian diikuti raungan tajam. V menekuk dahi heran, saat Mike menghalangi pandangannya ke arah sana.

"Biar kujelaskan."

Yang diajak bicara menaikkan alis lalu melipat lengan di dada.

"Oh, ya. Silahkan. Jangan sungkan." Cowok itu membalas. Nada bicaranya pelan, tapi penuh maksud sarkasme.

"Dia bukan sembarang vampir. Darahnya setengah volkodlak."

Oh. Benar. V perlu diingatkan jika kekasihnya punya kegemaran berburu makhluk non-human. Karena ....

"Terlebih dia wanita! Sedikit kuramu dengan beberapa mantra rahimnya akan siap untuk—"

"Menampung benihmu alih-alih diriku? Begitu?"

Mike tersenyum, lalu menangkup wajah V. "Ini kesempatan kita, sayang. Dia bakal sanggup menerima karena aku—"

"JADI, DIA LEBIH BAIK DARIKU?!"

"Bukan, sayang. Maksudku ...." Tangan Mike ditepis dan belum sempat memproses, tahu-tahu V berderap ke arah vampir terbelenggu di sana, mengoyak dadanya sampai menarik jantung berdenyut di dalamnya. Vampir itu meronta sesaat lalu bergeming, sedang V mengangkat jantung itu, menunjukkannya pada Mike.

"Aku pun sama, daddy. Jantungku berdenyut di dalam dadaku, tapi ..., " dengan jijik dia membuang organ tubuh itu, lalu mendekati Mike, langkahnya anggun seperti biasa, tapi tatapannya terluka, " ... cukup yakin denyutan dia tidak sama denganku."

Menggunakan jemari satunya, V mengusap rahang Mike, terkekeh karena sadar perlu dicukup rapi lagi, tapi dia tidak keberatan melakukannya nanti.

Sepasang mata yang berpendar emas itu, tertuju lurus pada si pria besar.

"Sayang. Bukankah kau ingin bayi?"

"Iya, tapi bukan dengan melihatmu menghamili spesies lain, daddy. Kau sudah menculikku, oke? Tanggung jawab."

"Lalu?"

V menyentak jemari berlumur darah kemudian menangkup penuh rahang kekasihnya. Lengan keras dengan sendirinya melingkari pinggul, diam di sana sekalian menarik agar mereka dekat melekat.

"Bukankah, kau hanya perlu meminta? Aku ini pangeranmu, bukan? Kau cuma meminta satu hal padaku dari seluruh keistimewaan yang kuberi. Dari sejak kita pertama bertemu. Kenapa tidak minta bayimu dariku? Mudah, bukan?"

"Sayang. Kau calon raja neraka, bukan jin lampu. Lagi pula, kalau kuminta, nanti aku jadi punya dua bayi. Satu saja repot."

"Tunggu. Apa maksudmu itu aku? Bayi?"

Mike mengedikkan bahu. Segera menarik tengkuk kekasihnya dan menggulum bibir ranum itu sebelum keluar protes lanjutan. Setelahnya, mata bulat yang benderang emas, sudah kembali kecoklatan. V terlihat makin cantik karenanya.

Oh. Itu karena dia mengenakan warna merah kesukaan, pikir Mike.

"Tujuanku bukan hanya itu. Darahnya bisa memberimu tambahan energi, bukan? Tapi, kurasa, kalau soal bunuh-bunuhan kau masih saja kuat. Jadi, ya, aku hanya perlu melapor kalau percobaanku gagal."

"Lagi? Kau sengaja menerima semua detensi itu. Kali ini biarkan mereka tahu, aku di sini dan milikmu, daddy."

"Dan, membuat pack-ku jadi sasaran? Ayolah, sayang. Aku sudah tidak berminat mencari keributan."

V tertawa, membiarkan Mike menariknya ke gendongan dan mereka naik ke kamar. Sebastian diminta mengurus kekacauan.

Saat sampai, Mike menuju kamar mandi. Kekasihnya menolak lepas dan alhasil, Mike membuat mereka basah di bawah pancuran.

"Jangan ulangi. Aku benci bau busuk makhluk rendah itu menganggu aromamu yang kusukai. Aku mencoba maklum, tahu."

Mike membiarkan V menggunakan air untuk melunturkan pakaian mereka. Baret luka cakaran di punggung lebar Mike juga tato besar lambang kepemilikannya yang memanjang dari leher ke pinggul V, seolah jadi saksi bisu pernyataan seperti apa hubungan yang ada di antara mereka.

"Maafkan aku, sayang. Rasa cemburumu itu, memang menyenangkan dilihat sendiri," gumam Mike yang lalu diberi gigitan bibir bawah, membuatnya terkekeh. Dia lalu menggulum dalam sekalian memijat bongkah bokong kenyal di bawah sana.

V mengerang. Lengannya memeluk erat leher Mike saat lidah mereka kian erat bertaut. Rasa hampa karena lama tidak disentuh, membuatnya lapar. Haus. Juga semua rasa serakah yang dia punya, menyeruak ke permukaan. Hal itu menjalar jelas di setiap syarafnya sampai Mike tahu-tahu menarik belah bokong V guna mengecup lubang dengan kepala penisnya.

Mike sama tidak sabarnya karena tak lama, tamparan kulit dan kulit serta erangan sensual memenuhi seisi kamar mandi.

"Aku milikmu, daddy. Hanya aku," lirih V di sela-sela desahannya.

Mike terkekeh. Mengecupi leher jenjang sekalian menjilatinya, sebelum sepasang taring miliknya membenam akibat dorongan dominasi. Rasa yang dia miliki sekarang adalah, menginginkan lagi sensasi saat menyetubuhi V dalam wujud sejatinya.

"Sayang ...."

"Lakukan saja! Pikiran kotormu terlalu je—AAHHK—DADDY—pe-pelan-pelan!"

Begitulah. Mike tidak berhenti sampai matahari menduduki singgasananya.

:))

Cwtch. | Vottom √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang