^Keempat^

13 4 0
                                        

"Ada apa gerangan hingga membawaku kesini?" Arga berkomentar kala dirinya mencium aroma pengharum ruangan yang khas di indra penciumannya. Ruangan yang lumayan luas dengan meja panjang dan dilengkapi kursi disisinya. Terdapat sebuah lemari besi, rak-rak yang diisi buku-buku juga dokumen penting dan beberapa vas bunga disetiap sudutnya.

Arga segera mengetahui kalau itu adalah ruangan yang ia kenali, ruangan para petinggi anggota OSIS. Sebagai ketua OSIS, dirinya suka sekali berada diruangan ini untuk rapat atau sekedar mengobrol bersama pengurus OSIS lainnya.

"Arga, maaf mengganggumu pagi-pagi begini." Arga yang baru didudukkan dikursi pribadinya oleh Friska segera menoleh karena merespon suara wanita yang duduk di kursi wakil ketua OSIS yang berada di sisi meja, manakala Arga duduk tepat di ujung. "Oh, Bu Jovie?"

Jovie terkekeh lembut sebagai ganti senyumannya pada Arga yang tak bisa melihat, membiarkan Arga memegang tangannya yang disampirkan diatas meja. "Ada perlu apa sehingga ibu datang pagi-pagi begini kesini?"

"Begini, sekolah kita akan berulangtahun 3 hari lagi. Jadi ibu mau membicarakan soal perayaan." Arga mengangguk paham walau wajahnya tak lagi pada Jovie. "Baiklah~ Ada yang ingin dilaksanakan untuk itu?"

"Kita akan menunda nya selama seminggu. Jadi pelaksanaannya hari Senin dan berlangsung selama 3 hari."

"Kenapa ditunda?" tanya Arga lagi, menggenggam erat tangan Jovie sebagai bentuk keterkejutannya. Jovie tertawa kecil, "Agar persiapan kita bagus. Saya berencana untuk membuka perayaan ini untuk umum."

"Seperti festival budaya?" tanya Arga riang, membuat Jovie tersenyum. Kadang Jovie berfikir, Arga adalah sosok yang sangat mensyukuri hidupnya dan menjalani kehidupan seperti biasanya saja. Bahkan mendapatkan gelar ketua OSIS dalam kekurangannya. "Tentu Arga~ Dan saya mengharapkan kamu memimpin dengan baik seperti biasa~"

Arga mengangguk mantap, tersenyum cerah sembari menundukkan kepalanya. "Terima kasih atas kepercayaannya." Jovie tertawa kecil, menepuk pelan bahu Arga dan menatap Friska sekilas sebelum dia berjalan keluar dari ruang Petinggi OSIS. Arga menyandarkan punggungnya sembari tersenyum lebar.

"Jadi, formasi apa yang akan kita lakukan?" tanya seorang gadis berkacamata, menatap Arga dengan tatapan datar nya. Pemuda tampan itu diam sejenak, mengingat-ingat kembali beberapa formasi yang memang sudah disusun saat dia menjabat sebagai ketua OSIS. Karena keterbatasan fisiknya, Friska menyarankan untuk membuat beberapa formasi untuk beberapa festival di sekolah dan memberinya kode serta denah berbentuk Braille yang bisa di baca Arga.

Setelahnya setiap ada festival, Arga hanya perlu memilih satu formasi. Berterima kasihlah pada Tuhan karena Dia memberikan ingatan yang baik untuk Arga. Setelah berfikir selama setidaknya semenit, Arga tersenyum. "Kita akan gandakan formasi nya."

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Bel istirahat berbunyi nyaring, membuat para siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Miya menyimpan buku-bukunya, tak lupa mengantungi gantungan yang sudah ia beli kemarin. Berharap bisa bertemu Arga dikantin atau di lantai dasar. Entah kenapa, dirinya banyak tersenyum hari ini, bukan topeng biasanya, dia merasakan kebahagiaan kecil dihatinya.

"Ciee~ Udah punya doi ye?" Miya mengangkat kepalanya, menatap sosok Revania bersama teman-temannya. Miya menggeleng kecil, "Ada yang salah?"

"Habis lu dari tadi senyum-senyum mulu. Apa jangan-jangan udah punya pacar nih?" Ucap Revania lagi, menatap Miya dengan tatapan remeh. Miya hanya mengendikkan bahunya singkat, "Ada pacar atau tidaknya, bukan urusanmu kan."

Revania menatap Miya yang berjalan keluar kelas dengan santainya, membuat gadis itu berdecih kesal. "Songong banget sih tu anak." ujar gadis dengan surai diikat ponytail seraya mencibir pedas.

"Tapi Miya cantik ya?" tanya gadis berkacamata tanpa lensa kaca nya, menatap kedua sahabat nya polos. "Bego, lu belain dia apa kita sih?" tanya Revania kesal, memilih meninggalkan kedua sahabatnya.

Sementara Miya, berjalan dilorong sekolah dengan senyum mengembang juga gantungan yang digenggam erat di kepalan tangan mungilnya. Miya menuruni anak tangga satu persatu, saat tiba di lantai dasar Miya langsung mendapati sosok yang dicarinya. "Kak Arga!"

Arga yang sedang mengobrol bersama beberapa anak laki-laki sontak menoleh dengan senyum lebar. "Oh? Miya ya?" Miya terdiam sejenak, merasa tak enak kala kakak kelas laki-laki nya berpamitan dan pergi dari sana.

"Tak perlu dipikirkan." ucap Arga membuyarkan lamunan Miya. Seketika ia mendapati seorang gadis yang setia berdiri disamping Arga, "Oh kak Friska. Selamat pagi." Sapa Miya membungkukan tubuhnya.

"Kalau lu seformal itu, gua cap lu takut sama gua." ucap Friska santai, menatap Miya. Miya menggeleng kemudian tersenyum kikuk, "G-gak kok kak." Arga tersenyum teduh, "Jadi, ada apa? Tumben Miya mencariku."

Seolah tersadarkan oleh sesuatu, Miya mengulurkan tangannya untuk memamerkan sebuah gantungan berbentuk kartun matahari yang tersenyum lebar. Friska memicingkan matanya kala menyadari itu bukan gantungan kunci atau yang lainnya. "Oi. Lu bercanda? Ngasih gantungan handphone buat Arga yang picek gini?"

Miya mengerjapkan matanya sedetik kemudian merasa dirinya melemas seolah Tuhan sudah mencabut nyawanya, terlebih melihat senyuman Arga yang sedikit memudar mendengar ucapan Friska. "....Kak..Saya..Tidak."

"Lu ngajak ribut apa gimana?" tanya Friska kesal, baru saja akan menghampiri Miya kalau saja Arga tak mengangkat tangannya untuk menghalangi pergerakan Friska. "Jadi itu gantungan handphone?"

"Maaf kak.. Saya benar-benar tak bermaksud.." ucap Miya menyembunyikan gantungan itu kembali di kepalan tangannya, menundukkan tubuhnya dihadapan Arga dan menatap lantai dengan wajah pucat. Beberapa detik berlalu, bahkan beberapa siswa mulai memerhatikan interaksi mereka. "Gawat.. Hanya karena aku selalu mengingat senyumnya, aku bahkan tak ingat kalau dia tak bisa melihat.. Miya bodoh banget sih.."

"Ahahah! Ingatan Miya ceroboh banget!!" tawa Arga menepuk-nepuk bahu Friska membuat Friska melongo hebat. "HAH?! Apa maksudnya?! Dia jelas-jelas mengejekmu!!!" Arga menggeleng kecil, menepuk kepala Miya setelahnya. "Siapapun yang pernah bertemu denganku, pasti menyangkutkan ku dengan matahari."

"Pede banget anjir." ucap Friska tak percaya.

"Mau ku bongkar rahasia mu 5 tahun lalu?" tanya Arga polos.

"Gak!"

Arga tertawa kecil, "Makanya, aku mengerti perasaanmu yang langsung membeli itu karena menyangkutnya dengan ku." Miya mendongakkan kepalanya untuk menatap Arga. Benar saja, senyum itu kembali mengembang dengan indah. Jujur saja, Miya tak pernah melihat senyum setulus itu, terlebih dengan kekurangan yang dimiliki.

"Maaf kak..Niatku ingin mengganti uang kantin kemarin dengan hadiah.." ucap Miya menggenggam erat gantungannya. Arga terkekeh kecil, "Padahal sudah kubilang tak perlu diganti."

Arga meraih tangan Miya lembut dan memberikan tongkat yang ia pegang pada Miya. "Gantungannya, bisa gantungkan disini saja?" tanya nya ramah, membuat Miya bahkan Friska tertegun. "Eh? Kakak tidak marah? Maksudku ini.."

"Selama itu dibeli atas niat dan kamu benar-benar ingin memberinya, akan jahat sekali aku kalau menolak hal seperti itu." ucap Arga riang, membuat Friska menggeleng kecil kemudian menatap Miya. "Pasang saja. Jika dia berkata begitu, itu artinya benar."

Miya tersenyum lega untuk pertama kali didalam hidupnya, memasangkan gantungan manis berbentuk matahari itu di ujung tongkat Arga. "Terima kasih." ucap Miya hangat, menatap Arga sembari tersenyum cerah.

Arga hanya terkekeh kecil, menepuk pelan tangan Miya yang terulur untuk memberikan kembali tongkatnya. "Harusnya aku yang bilang terima kasih loh, Miya~" Miya tersenyum, mengusap sekilas telapak tangan Arga. "Sama-sama kak!"

"Lain kali mikir ya?" ucap Friska, menarik tangan Arga untuk pergi dari sana. Miya tersenyum kikuk seraya mengusap lengannya sendiri.

"Si Friska itu galak banget gak sih?"

"Iya kan, padahal dia gak cantik-cantik amat."

"Deket banget lagi sama Arga, punya hubungan ya?"

Miya terdiam kala mendengar celoteh nyaring dari siswa-siswa disekitarnya, kemudian ikut berfikir. "Iya ya..Mereka punya hubungan apa ya?"

To Be Continued


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DandelionWhere stories live. Discover now