Chapter 19 : Yes, I'm the Luckiest One Who Get Him

10.1K 1.3K 94
                                    

Babang Rix kambeeeeekk setelah 10 hari. Wkwk...

Aku lagi sukaaaaa bgt sama fantasy-kingdom, terutama bangsa Elf. Wkwk... Makanya aku lagi sibuk bgt bacain novel2 fantasi. 😂😂

Okelaaah, semoga kalian masih suka sama babang Rix yeeess... 😘





🍓🍓🍓




"Kau tidak ke kantor?" tanya Rylana, masih menatap plester dalam belaiannya.

"Aku ingin membeli lili putih dulu," jawab Rix.

Rylana mendongak, dan tatapan keduanya bertemu. "Tapi ini bukan hari sabtu," ujarnya lagi. Dia sudah sangat tahu Rix hanya datang di hari sabtu jika ingin membeli bunga. "Kalau begitu aku akan membuatkan buketnya."

Dia pun membereskan kotak obatnya kembali, menaruhnya di meja dan bersiap akan bangun, tapi Rix menarik sikunya ke belakang hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh di pangkuan pria itu. Rylana menahan napasnya sejenak, menoleh ke belakang untuk melihat wajah Rix. Tangan pria itu menekan perutnya hingga punggungnya menekan dengan tubuhnya.

"Kau harus ke kantor," bisik Rylana dengan suara tercekat.

Tangan Rix di perutnya terus naik, merayap di bagian tubuhnya sampai ke dadanya dan melintasi garis tengah payudaranya, membuat Rylana memejamkan mata sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang. Ketika tangan besar dan panas itu tiba di kancing kemejanya yang paling atas, secara perlahan membukanya hingga dua kancing.

Rylana menyandarkan kepalanya di bahu Rix, matanya terpejam dengan bibir yang digigit. Tangan Rix menyusup ke kemejanya, membelai bagian atas dadanya hingga menghantarkan rasa panas yang segera menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rix mencium telinganya, kemudian berbisik, "Aku akan sibuk akhir-akhir ini."

"Apa kau akan datang lagi ke sini?"

"Tergantung," bisik Rix, menggigit telinganya.

Rylana menggelinjang pelan, dengan punggung menekan dada Rix. Satu tangan Rix berada di balik kemejanya, dengan jari-jari kokohnya yang membelai pinggiran branya hingga ke tengah dan dengan sengaja menyentuh perpotongan payudaranya dengan punggung tangan yang diplester.

"Rix," erang Rylana, dengan suara bergetar menerima godaan pria itu.

"Sebut namaku," bisik Rix lagi. Satu tangan lagi membelai pinggul Rylana, terus merayap ke arah perutnya dan turun ke kancing celana jins Rylana.

"Aku belum mengunci toko." Rylana memperingati. "Ah!"

Cengkeram Rylana di jas Rix mengetat ketika tangan pria itu membuka kancing jinsnya, menurunkan ritsletingnya dan menyusupkan tangannya diantara karet celana dalamnya. Tubuh Rylana terus bergerak di atas tubuhnya, menekan-nekan bagian bawah tubuhnya hingga membangkitkan gairah dalam dirinya.

Rix dengan tak sabaran membalikkan tubuh Rylana agar menghadapnya, dan kini kedua kaki Rylana menekan kedua sisi pahanya dengan tubuh berhadapan. Tangan Rix menarik leher belakang Rylana, mendekatkan wajah mereka dan menyatukan bibir mereka.

Keduanya berciuman dengan tak sabaran, tangan yang sama-sama mencari kesenangan dengan belaian sensual satu sama lain. Ketika tangan Rylana turun dan hendak meraih kancing celana Rix, suara bel di depan mengejutkan keduanya.

Tring. Tring. Tring. Suara bel terus berbunyi, senyap sesaat kemudian berbunyi kembali.

"Permisi," teriak seseorang dari depan.

Rylana terkejut, dia segera bangun dari tubuh Rix sambil menaikkan kembali ritsleting jins dan mengancingkan kemejanya. Ia menyisir rambutnya yang agak berantakan dengan jari jemarinya, dan ketika dirasa sudah rapi kembali, Rylana pun keluar dari kamar itu menuju meja kasir.

Entangled With You [END] / Sudah Tersedia di Google Play & KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang