Jeffrey nyahut agak panik, “Enggak! Jelas enggak!”

“Atau aku nggak cukup cantik?” tanya Rose lagi. Ekspresinya kelihatan sedih.

“Kamu cantik, Rose. Sangat cantik,” kata Jeffrey sembari membelai pipi pacarnya yang terasa dingin. Tatapan mereka bertemu—cukup lama untuk ngebuat Jeffrey sadar kalau ada sesuatu yang Rose harapkan di balik tatapannya yang dalam.

“Then why do you never touch me, Jeffrey?”

Satu pertanyaan itu menciptakan beragam reaksi dalam diri Jeffrey. Senang dan bingung. Ini bukan kali pertama dia ngebawa perempuan ke tempatnya, entah buat teman ngobrol bahkan teman tidur, tapi biasanya dia selalu paham semua situasi yang menyelimuti dirinya dan mereka. Jeffrey tahu kalau mereka nggak keberatan dengan jenis hubungan yang dia ajukan. Tapi dengan Rose, dia selalu berusaha menahan karena perempuan itu nggak mau sesuatu yang lebih dari sekadar pelukan dan kecupan. Sebuah tapi kembali Jeffrey ajukan malam ini: Tapi kenapa tatapan matanya saat ini seolah nunjukin hal yang berkebalikan? Jeffrey tahu arti tatapan itu. Rose menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar pelukan dan kecupan di bibir.

Senyum manisnya terukir. Jeffrey nyentuh punggung tangan Rose, mengaitkan jari-jemarinya di sana sebelum menciumnya beberapa kali. Tatapannya terpatri di sepasang mata Rose yang memancarkan kemilau hitam yang terlihat melalui pantulan lampu yang temaram. Gadis itu menegang—seolah sentuhan yang sensual udah bisa ngebuat pikirannya melayang. Jeffrey paham, ini reaksi yang dikasih seorang perempuan yang nggak berpengalaman sama sekali. Rose bahkan nggak punya bayangan tentang gimana hubungan yang sensual antara laki-laki dan perempuan.

Ini pertama kalinya dia menghadapi perempuan yang sepenuhnya virgin baik tubuh dan pikiran sehingga untuk beberapa menit otaknya terus mengajukan ‘bagaimana’ supaya Rose nggak merasa tersiksa dan terlalu keteteran. Satu-satunya yang Jeffrey tahu cuma dia harus bersikap lembut karena ini bakal jadi kali pertama buat Rose. Meskipun nggak berarti setelahnya dia bakalan kasar karena semua itu situasional. Lagipula dia bisa ngelakuin keduanya.

“Jeffrey tapi aku nggak tahu gimana cara ngelakuinnya,” cetus Rose sambil nunduk. Ekspresinya kelihatan lucu.

“Sejauh apa yang kamu tahu kalau gitu, hm?” tanya Jeffrey masih memainkan tangan kiri Rose.

“We may have a baby if we don’t do it safely.” Rose kembali berujar. Wajahnya terangkat, kembali memandang Jeffrey yang kelihatan begitu dekat dan tampan.

“Yups you’re right. That’s why we should have a protection before we go in. But Princess, may I know the last time you got your period?” Jeffrey kembali ngajuin pertanyaan.

Rose menelan ludah saat ngerasain jari Jeffrey menelusuri garis wajahnya yang simetris. “Two weeks ago.”

“Then it will be safe even if we don’t use that, Princess. But I always have it anyway so don’t worry,” tutur Jeffrey dengan suara rendah yang ngebuat jantung Rose berdebar kencang. “Rose, it’s such a waste of your beauty like you know, being young just happen once. You won’t feel the same craziness when you grow older. But still I wanna ask you, are you sure? It will be a little hurt since it’s your first time. You may shed a tears as well. But I will do it as gently as possible.”

“I’m sure,” kata Rose sembari menarik wajah Jeffrey ke arahnya. Dia ngasih kecupan singkat di bibir Jeffrey lalu nambahin, “Please don’t be too gentle. I may like it a little rough.”

“I got you, Princess.”

Jeffrey narik tangan Rose ke bawah sebelum memagut bibirnya dengan lembut. Salah satu tangannya narik mantel yang masih Rose kenakan, ngedorongnya ke samping sebelum membaringkannya dengan hati-hati. Tatapannya selalu terpatri ke arah pacarnya—seolah lagi ngamatin tiap reaksi yang gadis itu kasih karena dia nggak mau jadi satu-satunya yang menikmati aktivitas saat ini. Bahkan Jeffrey ngerasa kalau dia perlu meminta izin sebelum menarik turun gaun Rose—ngebuat dia menampilkan lekuk tubuh polosnya. Senyumnya terpatri, dia menyukai setiap ekspresi yang Rose tunjukin tiap kali jarinya menyentuh sudut tubuhnya yang indah.

The Thing Between UsWhere stories live. Discover now