Percayalah kawan, one shot kali ininggaksependek summary-nya. So make sure to leave a vote and comment. It has more than 5K words by the way :)
(If there is a typo please just kindly tell me yaaa. It will help a lot)
—
•Through The Basketball He Plays•
Summary: A perfectionist high school basketball manager, Rosie, met a prodigy basketball player when she did search on his team.
Cast:
Roseanne Park as RosieHistorianna Jung Jaehyun as JuanBachtiar Cha Eunwoo as Ibrahim Khalid Bambam as Bayu Kim Mingyu as Nathaniel Jeon Jungkook as Johan Koo June as June Rowoon as Raihan Winwin as Winarto Lucas as Lucas
—
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
“Ability may get you to the top, but it takes character to keep you there.” —John Wooden—
Tahun kedua sebagai anak SMA sekaligus tahun kedua sebagai manajer Tim Basket di sekolahnya nggak lantas ngebuat Rosie Historianna Alwi terbiasa. Dia emang terbiasa sama rutinitas ‘mengamati’ tim lawan dan ngebuat kesimpulan buat disetor sama Kapten Tim Basket sebelum tanding karena itu udah jadi ‘kewajiban’ yang dia lakuin sejak kelas satu SMP. Cuma perempuan yang dijuluki vampir karena kulit putih pucat dan rambut hitam panjang itu masih berusaha menyesuaikan dan memaksakan diri buat jadi pion bagi kakak kembarnya.
Ibrahim Khalid Alwi jadi semacam penentu nasibnya di keluarga. Kalau Rosie mau diperlakuin baik sebagai satu-satunya anak perempuan di rumah, dia harus jadi berguna buat Ibra. Terdengar kayak omong kosong nggak berguna, tapi buktinya emang begitu. Bahkan nggak pernah sekalipun dalam tujuh belas tahun hidupnya Rosie ngerasain dipuji karena kemampuannya. Dia nggak pernah berada di tempat ke satu karena Ibra selalu menempati tempat itu. Orang tuanya selalu bilang, ‘Kamu emang nggak akan pernah bisa melebihi Ibra,’ sambil melengos dan nutup pintu kamar.
Seolah nggak cukup sial karena terlahir sebagai anak perempuan dengan kakak kembar di keluarga patriarki, bahkan sejak TK sampai SMA dia selalu masuk ke kelas yang sama dengan Ibra. Kakak kembarnya emang pinter—Rosie juga mengakui itu—tapi segala kelebihan yang Ibra punya nggak seharusnya ngedapetin glorifikasi berlebihan. Itu cuma ngebuat kakaknya jadi sombong dan ngerasa nggak butuh orang lain. Ibra tumbuh jadi anak yang dingin dan suka meremehkan. Jangankan sama orang lain, sama kembarannya pun Ibra suka bertindak seenaknya dan manipulatif—kayak nganggap Rosie cuma sebagai ‘Manajer Tim’ sekaligus pion dalam permainannya supaya bisa sampai di tempat teratas. Pada titik ini, Rosie mulai ngerasa kalau cara kerja semesta yang diusung Tuhan itu nggak masuk akal.