"Demi anak-anak panti..." Gumam Kaisa.

Besoknya, Kaisa pergi ke rumah orang-tuanya dengan menaiki mobil panti. Rasa gugup sekaligus takut bercampur menjadi satu. Kaisa takut jika dia akan melewati batasnya. Sesampainya di depan gerbang, sopir membantu Kaisa turun dari mobil.

"Bapak tunggu Kaisa disini aja, Kaisa bakal nggak papa kok," Tutur Kaisa seraya meyakinkan sang sopir.

"Tapi bapak takut kalau kamu nanti di apa-apain sama mereka," Balas sang sopir dengan cemas.

"Tenang aja, Kaisa punya super power di dalam tubuh Kaisa. Bapak jangan takut Kaisa itu sepupunya sailor-moon!" Tutur Kaisa seraya memperlihatkan otot lengannya.

"Iya deh terserah Kaisa aja yang terpenting nanti kalau Kaisa diapa-apain mereka, Kaisa telepon bapak aja." Balas sang sopir. Kaisa mengangguk.

Lalu satpam rumah membuka gerbang rumah ini. Kemudian Kaisa masuk ke dalam halaman rumah. Sesampainya di depan pintu, Kaisa menghela nafas.

"Kaisa- tenanglah jangan takut!" Batin Kaisa.

Kemudian Kaisa menekan bel rumah. Lalu orang rumah membuka pintu. Jantung Kaisa berdegup kencang saat mendengar pintu tersebut terbuka.

"Eh- nona Kaisa? Akhirnya bibi bisa lihat kamu lagi, silahkan masuk!" Tutur pembantu rumah. Kemudian Kaisa masuk ke dalam rumah dengan tatapan dingin.

"Dimana mereka?" Tanya Kaisa kepada wanita itu.

"Tuan besar ada di kamarnya kalau nona besar baru saja dia keluar barusan," Balas wanita ini.

"Bi- boleh minta segelas air nggak?" Tutur Kaisa memelas.

"Oh oke sebentar, non!" Balas wanita tersebut seraya berjalan cepat menuju dapur.

Kaisa menatap sekeliling, tak ada yang berubah kecuali foto yang terpajang di dinding. Foto tersebut telah dirubah menjadi tiga orang yakni Mamahnya, Papahnya, dan Kakaknya. Lalu wanita tersebut kembali seraya membawa segelas air.

"Terimakasih, bi!" Tutur Kaisa seraya tersenyum.

"Sama-sama non," Balas wanita itu. Kemudian dia kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Kaisa menyeringai.

Prang!

Kaisa melempar gelas tersebut ke arah foto besar yang terpanjang di dinding. Lalu Papahnya bergegas keluar dari kamar untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di ruang tamu. Pipi Kaisa sedikit tergores karena pecahan gelas yang di lemparnya.

"Kaisa?" Gumam Papahnya.

Lalu Kaisa menatap Papahnya yang sedang menuju dirinya.

"Mau apa kamu kemari lagi?" Tanya Papahnya dengan dingin.

"Untuk menghancurkan foto itu," Balas Kaisa seraya menunjuk foto yang telah rusak karena ulah Kaisa.

"BERANINYA KAMU MENGHANCURKAN FOTO KELUARGA SAYA!" Bentak Papahnya.

Kaisa tak peduli. Suruh siapa mereka berani mengusik Kaisa, inilah balasannya. Namun ini belum seberapa, Kaisa punya ribuan rencana untuk menghancurkan keluarga ini tak peduli ada Kaysen di dalamnya.

"Tentu saja aku berani, Tuan Lazarus!" Tutur Kaisa seraya menyeringai.

"Dengar-dengar kalian ingin memindahkan panti itu bukan? Kaisa paham, Kak Kaysen tahu kan Kaisa tinggal di panti? jadi kalian berniat memindahkan kami dengan alasan tanah itu akan dibangun mall!?" Sambung Kaisa.

"Baguslah jika kamu menyadarinya. Gara-gara kamu, saya gagal mengirim Kaysen ke perusahaan di luar negeri!" Tutur Papahnya dengan menatap tajam Kaisa.

Kaisa merasa lega saat kakaknya tidak jadi pergi ke luar negeri.

DOOZYWhere stories live. Discover now